Diam-diam Pola Diet Intermitten Fasting Bisa Sebabkan Meningkatnya Risiko Penyakit Jantung
- Freepik
Apa yang kita dapat dari makanan? Energi yang menopang tubuh sepanjang hari. Melewatkan makan atau makan dalam jendela waktu sangat terbatas dapat menyebabkan gula darah rendah, dehidrasi, atau ketidakseimbangan elektrolit. Banyak orang melaporkan sakit kepala, pusing ringan, mudah marah, lemas, dan sulit fokus, bahkan dalam waktu singkat. Saat tubuh menyesuaikan diri, kamu mungkin merasa terus kelelahan, yang mengganggu kerja, konsentrasi, dan mood.
Studi besar di AS terhadap lebih dari 20.000 orang dewasa menemukan mereka yang makan kurang dari 8 jam per hari memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung 91% lebih tinggi dibanding mereka yang makan selama 12–16 jam. Studi jangka panjang lain menunjukkan peningkatan risiko kematian akibat jantung hingga 135% pada pola makan ekstrem serupa. Dokter memperingatkan, terutama bagi orang dengan kondisi jantung, untuk menjauhi jadwal puasa ekstrem.
Kekurangan Nutrisi dan Penurunan Berat Badan pada Lansia
Jika waktu makan sangat terbatas atau kalori dibatasi ketat, mudah sekali kehilangan nutrisi penting, terutama protein, vitamin, dan mineral. Hal ini sangat berisiko bagi orang tua, yang bisa kehilangan berat badan berlebihan, mengalami penurunan massa otot, energi rendah, daya tahan tubuh menurun, dan kesehatan tulang menurun.
Meskipun IF bisa membantu menurunkan lemak, penelitian menunjukkan pola ini juga bisa menyebabkan kehilangan massa otot, yang penting untuk kekuatan, metabolisme, dan energi harian. Para ahli kebugaran memperingatkan, ini bisa membuat olahraga lebih sulit dan pemulihan lebih lambat.
Risiko Makan Berlebihan dan Metabolisme Terganggu
Tubuh tidak bisa terus-menerus lapar, kan? Meski IF bisa menurunkan asupan kalori total, efeknya bisa sebaliknya. Kamu mungkin terdorong untuk makan berlebihan setelah jendela puasa berakhir. Hormon lapar dan pusat reward di otak bisa overdrive, yang memicu makan berlebihan dan memperlambat metabolisme.