Mengenal Hurry Sickness, Intai Kesehatan Fisik dan Mental Ibu dan Pekerja

Ilustrasi hurry sickness
Sumber :
  • Freepik

”Hal ini terjadi karena peran ganda ibu dan pekerja yang sering saling bertentangan.Di tempat kerja, mereka berusaha membuktikan diri, apalagi di lingkungan yang didominasi laki-laki. Di rumah, mereka mengambil tanggung jawab besar, tapi sering merasa kurang mendapat dukungan dari pasangan,” kata, psikoterapis yang fokus pada adiksi, pengasuhan, dan relasi, Mandy Saligari.

Waspada 1 dari 4 Orang Dewasa di Indonesia Mengalami Obesitas

Di sisi lain, konselor CBT dan Psikoterapis, Lorraine Collins menambahkan bahwa multitasking yang sering dikaitkan dengan perempuan juga memperburuk masalah.

“Masyarakat kerap menekan perempuan untuk selalu sibuk. Kesibukan bisa jadi strategi untuk menghindari perasaan cemas atau khawatir yang lebih dalam. Pada intinya, hurry sickness seringkali soal penghindaran, cara untuk menjauh dari hal-hal yang sebenarnya membutuhkan perhatian dan kepedulian kita,” kata Lorraine.

Jerawat Masih Muncul Walau Sudah Rajin Skincare? Ini 5 Alasan yang Tak Terduga

Melambat Bukan Berarti Berhenti

“Ketika kita keluar dari lingkaran kesibukan tanpa henti, manfaatnya terasa hampir di seluruh sistem tubuh,” kata Dr. Cox.

Bukan Sekadar Hobi, Ini 5 Aktivitas yang Ampuh Lawan Burnout

Mengatasi hurry sickness bukan hanya membantu mencegah penyakit fisik dan memperbaiki tidur, tapi juga menurunkan risiko masalah mental seperti kecemasan, depresi, dan burnout.

“Meluangkan ruang untuk melambat bisa mengembalikan keseimbangan emosional, mempertajam fokus, memperbaiki ingatan, dan membuat hidup terasa lebih menyenangkan,” ujarnya.
Berhenti dari mode buru-buru juga bisa membantu kita pulih dari emosi negatif dan lebih mudah beradaptasi dengan tantangan hidup.

Halaman Selanjutnya
img_title