Resign di Usia 30, Bijak atau Nekat di Tengah Kondisi Perekonomian Saat ini?

Ilustrasi resign kerja
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Banyak orang memasuki usia 30 dengan perasaan campur aduk terhadap pekerjaan mereka. Di satu sisi, sudah punya pengalaman, penghasilan tetap, bahkan mungkin posisi yang cukup stabil. Namun, di sisi lain, muncul rasa jenuh, tidak berkembang, atau keinginan kuat mengejar karier yang lebih sesuai dengan impian.

7 Hal Sederhana yang Membuat Hidup Bebas Stres

Masalahnya, kondisi dunia kerja sekarang penuh ketidakpastian. Ancaman resesi, persaingan ketat, dan perkembangan teknologi membuat banyak orang ragu. Pertanyaan pun muncul apakah resign di usia 30 itu langkah bijak, atau justru nekat?

Pertama mari bahas mengapa banyak orang takut resign di usia 30 tahun saat ini. Rasa takut saat mempertimbangkan resign di usia 30 sangat wajar. Ada beberapa alasannya:

  • Takut kehilangan penghasilan tetap. Banyak yang sudah punya cicilan rumah, tanggungan keluarga, atau tabungan masa depan.
  • Khawatir sulit mendapat pekerjaan baru. Pasar kerja semakin kompetitif, sementara perusahaan lebih selektif.
  • Tekanan sosial. Budaya di sekitar kita sering menilai bahwa usia 30 harusnya sudah “mapan”.
  • Kondisi ekonomi tak menentu. Banyak orang menunda keputusan besar karena takut menyesal jika ekonomi memburuk.
Work Hard, Play Hard, Kenapa Jumat Malam Selalu Jadi Waktu untuk Melepas Penat

Namun, resign di usia 30 tidak selalu buruk. Justru, bagi sebagian orang, inilah waktu yang tepat.

  1. Kepuasan psikologis. Bekerja di bidang yang sesuai passion membuat hari-hari lebih bermakna.
  2. Pengembangan diri. Memulai jalur baru berarti membuka peluang untuk belajar skill baru dan memperluas jaringan.
  3. Peluang pendapatan lebih tinggi. Meski awalnya bisa menurun, di bidang yang tepat penghasilan justru bisa meningkat.
  4. Work-life balance. Karier baru bisa menawarkan fleksibilitas yang lebih baik dibanding pekerjaan lama.

Risiko dan Kendala Resign di Usia 30

Halaman Selanjutnya
img_title