Merasa Mentok di Kantor? Bisa Jadi Kariermu Butuh Recharging, Bukan Resigning
Kamis, 11 September 2025 - 08:02 WIB
Sumber :
- Freepik
Hal senada disampaikan Senior Director of Applied Neuroscience di Exos, Dr. Chris Bertram. Menurutnya, jeda singkat di kantor bisa jadi kunci mencegah burnout.
Baca Juga :
Gajian di Hari Jumat Bikin Lebih Implusif Buat Makan atau Belanja? Hati-hati Tanda Stres
“Jeda singkat yang dilakukan dengan sengaja, termasuk olahraga ringan atau mindfulness, bisa membantu orang tetap berada dalam aliran kerja dan mencegah burnout,” kata dia.
Tanda-tanda Kamu Hanya Butuh Recharging
Tidak semua rasa jenuh adalah sinyal harus angkat kaki dari kantor. Berikut beberapa tanda bahwa sebenarnya kamu lebih butuh istirahat ketimbang mencari pekerjaan baru:
- Energi menurun terus-menerus, bahkan setelah tidur malam.
- Konsentrasi buyar dan tugas kecil terasa berat.
- Rasa puas terhadap pencapaian kerja menghilang.
- Kehilangan flow, momen di mana bekerja terasa lancar dan menyenangkan.
Jika gejala-gejala ini muncul, coba evaluasi dulu apakah kamu benar-benar tidak cocok dengan pekerjaanmu, atau hanya sedang kelelahan secara fisik dan mental.
Strategi Recharging dari Para Ahli
Halaman Selanjutnya
Proactive recovery. Luangkan waktu untuk aktivitas di luar pekerjaan: jalan santai, kumpul dengan teman, atau menekuni hobi. Menurut Vanessa Bohns, aktivitas sederhana seperti ini bisa jadi charger alami untuk semangat kerja.Flow breaks. Dr. Chris Bertram menyarankan istirahat 5–10 menit tiap 1–2 jam. Gunakan waktu ini untuk stretching, tarik napas dalam, atau menetapkan tujuan kecil berikutnya.Downshifting karier. Jack Kelly, penulis di Forbes, menulis bahwa daripada diam-diam berhenti berusaha atau langsung resign, pertimbangkan untuk menurunkan intensitas karier. Itu bisa berarti mengurangi jam kerja, tanggung jawab, atau ekspektasi. Dengan kata lain, downshifting adalah alternatif yang lebih aman sebelum benar-benar keluar dari pekerjaan.Belajar cara istirahat. Vincent Deary, pakar fatigue yang diwawancarai The Guardian, mengatakan bahwa pekerjaan membutuhkan istirahat, dan istirahat itu sendiri membutuhkan usaha. Ia menekankan bahwa istirahat bukan sekadar tidur atau scrolling media sosial, tapi kemampuan disengage dari tekanan kerja.