Antara Bakti dan Burnout, Pergulatan Batin Generasi Sandwich yang Jarang Terungkap
- Freepik
Lifestyle –Bayangkan hidup dengan tanggung jawab ganda di satu sisi harus menafkahi dan merawat orang tua yang sudah menua, di sisi lain membesarkan anak yang masih membutuhkan banyak perhatian.
Inilah realita yang dialami generasi sandwich, sebutan bagi mereka yang terhimpit di antara dua generasi berbeda. Istilah ini makin populer di era modern, ketika biaya hidup, pendidikan, dan kesehatan semakin tinggi.
Meski penuh kasih sayang dan rasa bakti, posisi ini kerap memunculkan tekanan emosional, finansial, bahkan kesehatan mental. Pertanyaannya bagaimana mereka bisa bertahan di tengah pergulatan batin ini? Artikel ini akan membahas tuntas terkait pergolakan batin generasi sandwich.
Pertama mari pahami dulu apa itu generasi sandwich dan siapa saja yang masuk dalam katagori tersebut.
Generasi sandwich biasanya berusia antara akhir 20-an hingga 40-an. Mereka harus membiayai kebutuhan anak-anak yang masih tumbuh, sekaligus menanggung kebutuhan orang tua yang sudah tidak produktif.
Tekanan ini tidak hanya soal uang, tetapi juga energi, waktu, dan perhatian. Menurut sebuah survei oleh Pew Research Center, sekitar 23% orang dewasa Amerika yang berusia 40-an dan awal 50-an termasuk dalam kategori sandwich generation. Fenomena serupa juga terjadi di Asia, termasuk Indonesia, di mana nilai budaya seperti bakti pada orang tua sangat dijunjung tinggi.