Diam-Diam Tersiksa, Kenapa Banyak Orang Benci Kerjaannya Tapi Tetap Bertahan?
- AP Photo
Lifestyle –Pernahkah kamu merasa hanya sekadar “login” ke kantor atau rapat Zoom, tapi tanpa semangat, tanpa ide, dan tanpa rasa bangga? Kamu hadir secara fisik, tapi batinmu sudah pergi.
Fenomena ini kerap disebut silent resignation atau internal resignation, sebuah keadaan di mana seseorang tetap bekerja, tetapi sudah kehilangan keterikatan emosional dan makna terhadap pekerjaannya.
Fenomena ini ternyata sangat luas. Menurut survei Gallup, setidaknya lebih dari separuh tenaga kerja di Amerika Serikat masuk kategori “quiet quitters”, yaitu orang yang hanya bekerja sebatas minimum tanpa benar-benar terlibat.
Apa Itu Silent Resignation?
Silent resignation bukan berarti mengajukan surat resign, melainkan berhenti secara batin. Istilah ini berakar dari konsep inner resignation (innere Kündigung) dalam literatur manajemen Jerman, yang menggambarkan pekerja yang masih datang setiap hari tapi sudah tidak lagi memberikan hati, ide, atau energi ekstra.
Fenomena ini semakin mencuat sejak pandemi, ketika banyak pekerja mengalami kelelahan, stres, dan mempertanyakan makna pekerjaannya. Tren global menunjukkan keterlibatan karyawan tidak meningkat, tetapi justru tingkat stres melonjak tajam.