Ketika Stres Kerja Tak Lagi Biasa, Sejauh Apa Beban Mental Bisa Menjerumuskan pada Pikiran 'Nekat'?

Ilustrasi Stres
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Setiap hari kamu pulang kerja dengan tubuh yang masih terasa menggigil karena AC kantor, tapi sesungguhnya dada yang lebih dulu membeku—oleh tekanan, teguran kasar, atau pekerjaan yang tak ada habisnya. Di layar terlihat sibuk, tapi pikiranmu telah entah ke mana. Rasanya seperti kehilangan arah, tak ada gairah, dan pertanyaan paling menyeramkan mulai muncul diam-diam: "Apa gunanya semua ini?"

Perut Tak Nyaman Saat Liburan Long Weekend, Ternyata karena Stress, Kok Bisa?

Bagi sebagian orang, stres kerja hanyalah bagian dari rutinitas. Tapi bagi sebagian lainnya, itu adalah lorong gelap yang setiap hari semakin menyempit. Tidak sedikit yang merasa dunia kerja berubah menjadi penjara tak kasat mata, penuh tuntutan dan minim apresiasi. Di titik terendah, rasa putus asa bisa berubah jadi keinginan untuk mengakhiri segalanya. Apakah ini terdengar ekstrem? Mungkin tidak, bagi mereka yang sudah terlalu lama diam dan lelah.

Stres di tempat kerja sejatinya adalah hal yang umum. Namun, saat stres berubah menjadi tekanan kronis dan berlangsung tanpa jeda, di situlah masalah serius muncul. WHO sendiri telah mengakui bahwa burnout adalah sindrom akibat stres kerja yang tak berhasil dikelola, yang ditandai dengan rasa lelah ekstrem, sinisme terhadap pekerjaan, dan penurunan performa.

Bertahan Demi Gaji, Tapi Tiap Hari Menangis Diam-diam, Artinya Depresi Kerja

American Psychological Association (APA) mencatat bahwa lingkungan kerja berkontribusi besar pada kesehatan mental. Ketika beban kerja tidak realistis, jam kerja melewati batas wajar, dan tidak ada kontrol terhadap tugas harian, seseorang rentan terhadap depresi, kecemasan, dan bahkan pikiran untuk menyakiti diri.

WHO sendiri mencatat bahwa lebih dari 700.000 orang meninggal karena mengakhiri hidup mereka sendiri setiap tahunnya. Dari jumlah itu, banyak yang berkaitan dengan tekanan kerja. Profesi dengan tanggung jawab besar seperti tenaga kesehatan, petugas hukum, atau bahkan pekerja kantoran biasa dalam sistem korporat yang ketat, memiliki risiko lebih tinggi.

Lingkungan Toksik dan Rasa Tak Berharga

Kalau Kantor Bikin Cemas dan Susah Tidur, Ini Tandanya Harus Waspada

Di banyak tempat kerja, tekanan bukan hanya datang dari beban tugas yang menumpuk, tapi juga dari atmosfer sosial yang tidak sehat. Lingkungan kerja yang toksik ditandai dengan perilaku merendahkan, kurangnya apresiasi, budaya saling menyalahkan, kompetisi tak sehat, hingga atasan yang otoriter dan tidak suportif. Hal-hal ini perlahan-lahan bisa mengikis harga diri karyawan.

Halaman Selanjutnya
img_title