Pola Diet Tertentu Bisa Sebebkan Risiko Kanker Usus Besar
- Pixaby
“Selama ini kanker kolorektal dianggap dipengaruhi banyak faktor, termasuk pola makan, mikrobioma usus, lingkungan, dan genetik. Pertanyaan kami adalah: apakah pola makan dapat memengaruhi kemampuan bakteri tertentu untuk menyebabkan kanker?” jelas penulis senior penelitian, profesor imunologi di Fakultas Kedokteran Temerty, University of Toronto, Alberto Martin seperti dikutip dari laman Times of India, Rabu 24 September 2025.
Detail Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti mengamati tikus yang diberi tiga jenis bakteri berbeda yang sudah diketahui berkaitan dengan kanker usus besar lalu diberi pola makan normal, rendah karbohidrat, atau ala Barat.
Mereka menemukan kombinasi berbahaya yakni diet rendah karbohidrat yang dipadukan dengan strain E. coli penghasil senyawa perusak DNA bernama colibactin. Kombinasi ini memicu perkembangan kanker usus besar.
Peneliti menjelaskan, kekurangan serat dalam diet dapat meningkatkan peradangan pada usus. Hal ini mengubah komposisi mikroba usus dan menciptakan lingkungan yang mendukung berkembangnya E. coli penghasil colibactin.
Martin menekankan pentingnya mengidentifikasi pasien sindrom Lynch yang memiliki bakteri penghasil colibactin ini. Menurutnya, pasien seperti ini sebaiknya menghindari diet rendah karbohidrat atau bahkan menjalani terapi antibiotik tertentu untuk menghilangkan bakteri tersebut, sehingga risikonya berkurang.
Menariknya, strain E. coli bernama Nissle yang banyak ditemukan dalam produk probiotik juga memproduksi colibactin. Penelitian masih berlanjut untuk mengetahui apakah penggunaan probiotik ini aman bagi penderita sindrom Lynch atau mereka yang menjalani diet rendah karbohidrat dalam jangka panjang.