Bertahan atau Pergi? Ketika Stres Kerja Mengancam Jiwa, Ini Panduan Psikologisnya

Ilustrasi burnout di tempat kerja
Sumber :
  • Freepik

Psikolog dari Florida State University, Dr. Thomas Joiner yang banyak meneliti perilaku bunuh diri, menjelaskan dua faktor utama yang sering muncul pada mereka yang berada di ambang keputusasaan: perceived burdensomeness (merasa menjadi beban) dan thwarted belongingness (merasa terasing).

Traveling Bisa Jadi Terapi Bagi Pekerja? Ini Manfaat Psikologis Jalan-Jalan untuk Kesehatan Mental

Lingkungan kerja yang toksik sangat mungkin menciptakan kedua kondisi ini. Ketika kontribusimu tidak diakui, kamu disudutkan tanpa alasan, atau dijadikan kambing hitam terus-menerus—maka rasa tak berharga dan keterasingan bisa menjadi kenyataan harian yang berat.

Studi dari Mental Health America juga menunjukkan bahwa 75 persen pekerja di lingkungan toksik mengalami kelelahan mental, dan 44 persen mengaku memiliki gejala depresi serius. Yang lebih menyedihkan, banyak dari mereka tidak tahu harus mencari pertolongan ke mana.

Strategi Aman Jika Harus Pergi

Pentingnya Kesehatan Mental Anak, Cara Orang Tua Korea Menghadapi Lonjakan Kasus Depresi Para Remaja

Keputusan untuk resign bukan sesuatu yang harus dilakukan dalam kondisi emosional tinggi. Perlu strategi, terutama jika kondisi finansial masih belum aman. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu pertimbangkan:

  1. Buat Jurnal Harian Emosi: Catat perasaanmu setiap hari setelah bekerja. Ini akan membantumu melihat pola dan tingkat stres.
  2. Cari Konseling Psikolog: Profesional bisa membantumu mengukur risiko dan memberi panduan objektif.
  3. Susun Rencana Finansial Sementara: Buat tabungan darurat minimal untuk 3 bulan ke depan.
  4. Perkuat Jaringan Sosial: Temukan komunitas yang suportif di luar pekerjaanmu.
  5. Rancang Rencana Transisi Karier: Jangan tunggu sampai putus asa. Mulailah mencari opsi baru sejak awal kamu merasa tidak sehat secara mental.

Hidup Lebih Penting dari Pekerjaan

Halaman Selanjutnya
img_title