Benarkah Kejengkolan Bisa Sebabkan Gagal Ginjal? Ini Penjelasan Medisnya!
Lifestyle –Jengkol, si makanan penuh kontroversi. Aromanya tajam, rasanya menggoda, dan bagi sebagian orang, tak tergantikan. Dari semur Betawi sampai sambal balado Padang, jengkol punya tempat spesial di hati dan lidah banyak orang. Tapi, dibalik kenikmatannya, ada satu efek samping yang bikin ciut ‘kejengkolan’.
Pertanyaannya, benarkah kejengkolan bisa menyebabkan gagal ginjal? Atau ini hanya mitos yang dibesar-besarkan? Yuk, kita kupas secara medis dengan penjelasan dari seorang pakar dunia nefrologi, yang juga, editor Oxford Textbook of Clinical Nephrology, Dr. Alex M. Davison.
Apa Itu Kejengkolan?
Kejengkolan adalah kondisi nyeri akut di saluran kemih setelah makan jengkol. Gejalanya meliputi:
- Nyeri luar biasa saat buang air kecil,
- Urine berdarah,
- Sulit pipis,
- Bahkan bisa sampai demam dan muntah.
Menurut Dr. Davison, kejengkolan disebabkan oleh senyawa asam jengkolat yang secara kimia mirip dengan kristal asam urat.
“Senyawa ini sulit larut dalam air, dan jika kadarnya tinggi dalam tubuh, akan membentuk kristal padat yang menyumbat saluran kemih atau ginjal,” jelasnya.
Bagaimana Asam Jengkolat Menyerang Ginjal?
Setelah masuk ke tubuh, asam jengkolat terserap ke darah dan disaring di ginjal. Namun, karena sulit larut, senyawa ini bisa mengendap dan berubah jadi kristal. Nah, kristal inilah yang bikin masalah yakni menyumbat saluran kencing, melukai jaringan ginjal, dan menimbulkan nyeri hebat.
“Mirip seperti batu ginjal, hanya saja kristal jengkolat jauh lebih tajam dan meradang,” kata Dr. Davison.
Ia menambahkan, dalam kasus berat, kejengkolan dapat menyebabkan kondisi bernama obstruktif uropati akut, yaitu sumbatan total yang mengganggu fungsi ginjal.
Lantas apakah kejengkolan bisa menyebabkan gagal ginjal? Jawabannya bisa, tapi tidak selalu. Kebanyakan kasus kejengkolan menyebabkan gangguan ginjal akut sementara, yang bisa pulih jika ditangani dengan cepat. Tapi jika dibiarkan, apalagi jika sumbatannya parah, kristal bisa menyebabkan kerusakan permanen dan berujung pada gagal ginjal kronis.
“Kalau penyumbatan berlangsung lebih dari 48 jam tanpa penanganan, risiko kerusakan ginjal jangka panjang meningkat drastis. Maka, deteksi dan penanganan dini sangat penting,” kata Dr. Davison menjelaskan.
Siapa yang Rentan Kejengkolan?
Tidak semua orang akan mengalami kejengkolan setelah makan jengkol. Menurut penelitian, risikonya lebih tinggi pada:
- Orang dengan gangguan metabolisme atau kadar asam urat tinggi.
- Mereka yang kurang minum air putih.
- Individu dengan riwayat batu ginjal.
- Anak-anak atau orang tua yang daya filtrasi ginjalnya lebih lemah.
Dr. Davison menegaskan, beberapa orang punya kemampuan metabolisme yang lebih baik terhadap asam jengkolat, tapi yang lain bisa sangat sensitif. Faktor genetik dan kondisi hidrasi sangat berpengaruh.
Membedakan Mitos dan Fakta tentang Jengkol
Ada banyak anggapan salah soal jengkol yang perlu diluruskan:
- Mitos: Jengkol pasti bikin gagal ginjal.
Fakta: Tidak selalu. Asalkan dikonsumsi dengan bijak dan tubuh cukup cairan, jengkol relatif aman. - Mitos: Jengkol beracun karena baunya.
Fakta: Bau khas jengkol berasal dari senyawa sulfur, bukan racun. “Bau bukan indikator toksisitas,” kata Dr. Davison. - Mitos: Kejengkolan pasti terjadi kalau makan jengkol.
Fakta: Tidak. Banyak orang bisa makan jengkol tanpa masalah, tergantung cara memasak dan kondisi tubuh.
Cara Aman Makan Jengkol Tanpa Risiko Kejengkolan
Kamu bisa tetap menikmati jengkol, asal tahu triknya. Berikut tips dari para ahli:
- Rebus dua kali dan buang air rebusannya — mengurangi kadar asam jengkolat.
- Rendam semalaman — proses ini membantu menguraikan senyawa kristal.
- Jangan makan berlebihan — porsi kecil jauh lebih aman.
- Minum air putih banyak sebelum dan sesudah makan jengkol — ini membantu tubuh membuang asam jengkolat.
- Kenali respons tubuhmu sendiri — kalau kamu pernah kejengkolan, sebaiknya hindari.
Dr. Davison menyarankan untuk memperlakukan jengkol seperti zat dengan potensi iritasi tinggi dan menyarankan pendekatan moderat.
“Jangan dijadikan makanan sehari-hari, tapi tak perlu juga dimusuhi,” ujarnya.
Apa yang Harus Dilakukan Kalau Sudah Kejengkolan?
Kalau kamu merasakan nyeri setelah makan jengkol, jangan panik, tapi juga jangan diabaikan.
Langkah awal:
- Minum air putih sebanyak mungkin (lebih dari 2 liter/hari).
- Hindari konsumsi obat antinyeri bebas sembarangan, terutama NSAID seperti ibuprofen.
- Kompres hangat area perut bawah jika nyeri.
Segera ke dokter jika muncul gejala seperti:
- Tidak bisa buang air kecil sama sekali,
- Urine berdarah pekat,
- Mual, muntah, atau demam.
Di rumah sakit, penanganan biasanya meliputi:
- Cairan infus,
- Obat anti-inflamasi dan peluruh kristal,
- Kateterisasi untuk membuka sumbatan,
- Dalam kasus berat: tindakan operasi kecil.
Dr. Davison menjelaskan, dengan penanganan yang cepat dan tepat, pasien kejengkolan bisa pulih total tanpa kerusakan ginjal permanen.