'Mau Makan Apa? Terserah' Ini Alasan Kenapa Milih Makan Siang Bisa Bikin Galau!
- Freepik
Akhirnya, otak mengambil jalan pintas menyerah. Kita pun melempar pertanyaan ke teman, pasangan, atau rekan kerja seperti “Terserah, kamu aja deh.”
Padahal, rasa lapar tetap ada. Tapi otak enggan menambahkan satu beban keputusan lagi ke daftar panjang tugas hari itu.
Terlalu Banyak Pilihan Justru Bikin Bingung
Ironisnya, di era digital sekarang, kita punya terlalu banyak pilihan. Mau makan di luar atau delivery? Pakai GoFood, GrabFood, atau ShopeeFood? Menu Padang, ayam geprek, sushi, atau salad? Semuanya ada di ujung jari, tapi justru itu yang membuat kita makin sulit memilih.
Fenomena ini dijelaskan oleh Dr. Barry Schwartz lewat konsep paradox of choice. Ia menjelaskan bahwa ketika seseorang dihadapkan pada terlalu banyak pilihan, orang tersebut akan cenderung lebih sulit membuat keputusan dan merasa kurang puas dengan pilihan yang diambil.
Jadi bukan hanya makin bingung, tapi setelah memutuskan pun kita sering merasa kurang puas. Misalnya, setelah pesan ayam geprek, tiba-tiba merasa, “Harusnya tadi pilih soto aja.” Ini yang disebut dengan anticipatory regret, rasa sesal terhadap kemungkinan alternatif yang ditinggalkan.
Alih-alih bahagia karena punya banyak pilihan, kita justru lebih stres dan tidak puas karena takut salah pilih. Apalagi kalau makanan yang dipesan ternyata rasanya biasa aja. Rasanya seperti gagal dalam sesuatu yang harusnya sederhana.