'Mau Makan Apa? Terserah' Ini Alasan Kenapa Milih Makan Siang Bisa Bikin Galau!
- Freepik
Fenomena ini disebut konformitas sosial yang mana kita cenderung menyesuaikan diri dengan keputusan kelompok untuk menjaga hubungan tetap harmonis.
Sayangnya, ini bisa membuat kita tidak puas dengan apa yang dimakan. Kamu mungkin ingin makanan pedas, tapi mayoritas memilih sushi. Lalu kamu ikut saja, padahal tak sepenuhnya suka. Setelah makan, bukan kenyang yang kamu rasakan, tapi rasa “kurang puas” yang tidak bisa dijelaskan.
Konflik antara preferensi pribadi dan tekanan kelompok membuat keputusan makan siang jadi lebih kompleks dari yang terlihat.
Mood dan Emosi yang Mengacaukan Nafsu Makan
Selain faktor kognitif dan sosial, kondisi emosional juga punya andil besar dalam menentukan selera makan. Saat kamu stres, lelah, atau cemas, sistem limbik di otak—bagian yang mengatur emosi ikut memengaruhi area pengambilan keputusan dan pengaturan nafsu makan.
Dalam kondisi bad mood, kita jadi kurang antusias terhadap makanan. Sebaliknya, saat terlalu bersemangat atau ingin memanjakan diri, kita bisa jadi terlalu perfeksionis seperti “Pengen makan siang yang benar-benar enak.” Tapi definisi “enak” itu sendiri tidak jelas di kepala.
Akhirnya kita terjebak dalam lingkaran berpikir: pengen makan, tapi nggak tahu apa. Semua terasa kurang cocok.