Orang Tua Anda Sering Mengantuk dan Diam Saja? Jangan Anggap Rewel, Bisa Jadi Masalah Ginjal

Ilustrasi lansia jadi pendiam
Sumber :
  • Pixaby

Lifestyle –Tak sedikit keluarga yang mengira perubahan sikap orang tua mereka hanyalah bagian dari proses menua. "Wajar, namanya juga sudah tua," begitu kira-kira komentar yang sering terdengar saat ibu di rumah jadi lebih banyak tidur, jarang bicara, atau hanya menatap kosong tanpa semangat.

Wukuf di Cuaca Ekstrem Saat Haji Bisa Picu Heatstroke yang Mengancam, Begini Cara Lindungi Diri Sebelum Terlambat

Namun, bagaimana jika perubahan itu bukan sekadar soal usia? Bagaimana jika tubuh ibu atau ayah Anda sedang mengirimkan sinyal darurat, bahwa ada organ vital yang perlahan-lahan tak lagi mampu bekerja?

Salah satu penyakit yang sering terabaikan pada lansia adalah uremia, sebuah kondisi di mana tubuh mengalami penumpukan racun akibat ginjal yang sudah tidak bisa menyaring darah dengan optimal. Celakanya, tanda-tanda uremia ini sering kali muncul dengan cara yang sangat halus dan membingungkan. Saking samar dan pelan prosesnya, keluarga pun kerap telat menyadari hingga penyakit telah berkembang ke tahap yang lebih berat.

Apakah Ginjal Bocor Bisa Sembuh? Ini Penjelasan dari Dokter Spesialis Ginjal

Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai hubungan antara perubahan perilaku lansia seperti mengantuk dan jadi pendiam dengan gangguan ginjal, serta bagaimana keluarga bisa lebih peka sebelum semuanya terlambat.

Pertama-tama mari kita bahas apa itu uremia dan bagaimana bahaya bagi orang tua.  Uremia adalah kondisi serius yang terjadi ketika ginjal tidak lagi bisa membuang produk limbah dari tubuh, seperti urea dan kreatinin. Ketika limbah ini tertumpuk dalam darah, tubuh pun mulai mengalami berbagai gejala, dari yang ringan seperti mudah lelah hingga yang berat seperti gangguan kesadaran.

Kenapa Tubuh Bengkak dan Berat Badan Naik Drastis? Waspadai Bisa Jadi Pertanda Ginjal Bocor

Menurut spesialis ginjal dan profesor emeritus dari UCLA, Dr. Richard Glassock uremia adalah komplikasi utama dari penyakit ginjal kronis yang sering tidak terdiagnosis dengan baik, terutama pada lansia.

 "Gejalanya bisa sangat samar. Banyak keluarga tidak sadar sampai pasien benar-benar jatuh sakit," ungkapnya dalam jurnal Kidney360.

Oleh karena itu, penting untuk memahami gejala-gejala halus yang bisa muncul di awal, termasuk perubahan perilaku. Berikut adalah beberapa tanda yang umum terlihat tapi sering dianggap ‘biasa saja’ pada lansia:

  1. Sering Mengantuk di Siang Hari
    Bukan sekadar lelah karena usia, mengantuk berlebihan bisa jadi tanda tubuh tak mampu membersihkan racun.
  2. Diam dan Tidak Responsif
    Bukan tidak mau bicara, bisa jadi otaknya mulai terkena dampak racun yang menumpuk di darah.
  3. Nafsu Makan Hilang
    Makanan favorit pun terasa hambar. Ini karena racun yang mengganggu pusat rasa dan mual ringan.
  4. Bau Mulut Seperti Amonia
    Tanda khas uremia yang sering tercium tapi jarang disadari sebagai gejala medis.
  5. Kulit Gatal dan Kering
    Racun dalam tubuh membuat kulit meradang dan kehilangan kelembapan.
  6. Pembengkakan di Mata atau Kaki
    Ginjal yang rusak tak mampu membuang kelebihan cairan.
  7. Perubahan Pola Tidur dan Emosi
    Bisa jadi insomnia, atau sebaliknya, tidur berlebihan tanpa energi untuk bangun.

Sayangnya, banyak lansia yang rentan terlambat didiagnosis uremia, alasannya menurut nefrolog dari Columbia University Irving Medical Center, Dr. Andrew Bomback, lansia cenderung memiliki penyakit ginjal kronis stadium awal tanpa gejala mencolok. Ditambah lagi, ada beberapa alasan lain kenapa gangguan ginjal pada lansia kerap terabaikan:

  • Gejala mirip penuaan normal: Lemas, lupa, tidak semangat, sering dianggap hal wajar.
  • Tidak menyampaikan keluhan: Banyak lansia yang memilih diam atau tidak tahu cara menggambarkan gejalanya.
  • Minim skrining ginjal rutin: Tes fungsi ginjal sering kali bukan prioritas dalam pemeriksaan kesehatan lansia.

Berikut beberapa kondisi yang meningkatkan risiko gangguan ginjal dan uremia pada lansia:

  • Hipertensi atau tekanan darah tinggi kronis
  • Diabetes yang tidak terkontrol dalam waktu lama
  • Penggunaan rutin obat anti nyeri (NSAID)
  • Riwayat infeksi saluran kemih berulang
  • Dehidrasi kronik
  • Konsumsi jamu atau suplemen herbal yang belum terbukti aman bagi ginjal

Pakar ginjal dari University of Kentucky, Dr. Eleanor Lederer menekankan bahwa perhatian terhadap riwayat medis dan gaya hidup lansia sangat penting untuk deteksi dini penyakit ginjal.

“Kita tidak bisa hanya bergantung pada usia sebagai patokan. Harus dilihat konteks lengkapnya,” ujarnya.

Jika Anda mulai menyadari adanya perubahan seperti yang disebutkan di atas pada orang tua di rumah, lakukan hal berikut:

  1. Jangan langsung menyalahkan usia.
    Dengarkan dan perhatikan perubahan kecil pada perilaku atau fisik.
  2. Ajak periksa fungsi ginjal.
    Cek ureum, kreatinin, dan GFR bisa memberikan gambaran awal kondisi ginjal.
  3. Perhatikan pola makan dan minum.
    Pastikan asupan cairan cukup dan hindari makanan tinggi garam atau protein berlebihan tanpa kontrol medis.
  4. Hindari memberikan jamu atau obat sembarangan.
    Banyak produk herbal bisa memperburuk fungsi ginjal.
  5. Konsultasi ke dokter spesialis ginjal dan hipertensi.
    Semakin cepat diketahui, semakin besar kemungkinan memperlambat progresinya.

Meskipun uremia bisa berakibat serius, masih ada peluang untuk memperlambat bahkan menghentikan progresi penyakit ginjal jika ditangani sejak dini:

  • Manajemen penyakit penyerta: Seperti diabetes dan hipertensi.
  • Pola makan ramah ginjal: Mengurangi protein dan garam, sesuai arahan ahli gizi.
  • Terapi obat: Dokter mungkin meresepkan obat untuk membantu fungsi ginjal dan mengontrol gejala.
  • Dialisis: Jika fungsi ginjal sangat menurun, dialisis mungkin dibutuhkan untuk menggantikan peran ginjal.

Jangan Tunggu Orang Tua Diam Selamanya

Sikap diam, mengantuk, atau kehilangan semangat pada lansia bukanlah sesuatu yang boleh dianggap enteng. Bisa jadi tubuh mereka sedang berjuang menyingkirkan racun karena ginjal yang tak lagi sanggup menyaring dengan baik. Maka, daripada menganggap ibu rewel atau manja, lebih baik perhatikan dengan hati. Sebab cinta tak cukup hanya dengan kata, tapi juga hadir dalam bentuk perhatian dan tindakan. Terutama ketika ibu tak bisa berkata bahwa tubuhnya sedang sakit.