Pernah Sesak Napas? Ini yang Perlu Kamu Tahu Sebelum Terlambat

Ilustrasi masalah pernapasan
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Kita bernapas lebih dari 20 ribu kali sehari tanpa sadar. Tapi coba bayangkan kalau satu tarikan napas terasa berat, seperti ada beban besar di dada. Itu yang dirasakan jutaan orang dengan gangguan paru. Sesak napas bukan cuma gejala ringan. Dalam banyak kasus, itu adalah sinyal tubuh bahwa ada yang salah dan bisa jadi, waktunya tidak banyak.

Infeksi yang Mengintai Lansia, Kenali 7 Penyakit Menular Berbahaya Bagi Lansia

Sayangnya, banyak orang masih menganggap remeh sesak napas. Dianggap hanya karena kurang olahraga, kelelahan, atau masuk angin. Padahal di balik gejala itu, bisa tersembunyi gangguan paru serius yang butuh penanganan cepat, bahkan bantuan alat seperti ventilator.

Mari kita bahas lebih lanjut. Namun sebelum itu, pertama-tama kita harus memahami tentang permasalahan penyakit pernapasan. Untuk diketahui, penyakit paru bukan hanya masalah orang tua atau perokok berat. Di Indonesia, penyakit pernapasan menyerang dari balita hingga lansia. WHO mencatat bahwa infeksi saluran pernapasan dan gangguan paru kronis menjadi penyebab kematian keempat di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Mari kenali tiga penyakit pernapasan utama yang paling sering muncul di masyarakat:

5 Alat yang Bisa Membantu Orang Tua Pantau Asma Anak di Rumah

PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

PPOK adalah kondisi kronis yang menyebabkan saluran napas menyempit dan fungsi paru menurun secara bertahap. Penyebab utama adalah merokok, termasuk menjadi perokok pasif, serta paparan polusi udara dalam jangka panjang. Gejala awalnya bisa tidak terasa, seperti batuk kecil di pagi hari. Tapi lama-kelamaan, penderita akan merasa lelah saat berjalan, sering sesak, dan produktivitas terganggu.

6 Pencetus Asma pada Anak yang Sering Diabaikan

“PPOK bukan hanya penyakit orang tua atau perokok aktif. Banyak juga pasien perempuan yang terpapar asap dapur atau tinggal di kota dengan polusi tinggi,” jelas profesor spesialis paru dari Imperial College London, Dr. Peter Barnes.

Halaman Selanjutnya
img_title