7 Rutinitas Sehari-hari ini Ternyata Menyebabkan Kelelahan Mental
- Freepik
Lifestyle –Pernahkah kamu bangun pagi dalam keadaan utuh, cukup tidur, tidak banyak pekerjaan berat, tetapi tetap merasa kosong dan lelah sepanjang hari? Rasanya seperti tubuhmu berjalan, tetapi pikiranmu tertinggal jauh di belakang? Kamu tidak menangis, tidak juga kesal, hanya hampa dan penuh beban yang tidak bisa dijelaskan. Bisa jadi Anda merasa kelelahan mental.
Mungkin tidak sedikit dari kita yang mengira kelelahan mentalmuncul karena trauma besar, beban kerja yang ekstrem, atau peristiwa menyakitkan dalam hidup. Tapi nyatanya, banyak orang mengalami kelelahan emosional hanya karena menjalani hidup seperti biasa. Rutinitas harian yang terlihat wajar ternyata menyimpan tekanan psikologis yang terus menumpuk tanpa disadari.
Menurut, psikiater di Stanford University dan penulis buku Dopamine Nation, Dr. Anna Lembke menyebut kita hidup di dunia yang penuh stimulasi, bahkan dalam aktivitas yang kita anggap biasa. Jika kita tidak sadar akan cara hidup kita, kelelahan mental bisa jadi konsekuensi yang tak terhindarkan.
Hal ini juga ditegaskan oleh psikolog klinis asal Inggris yang juga seorang pengajar, Dr. Julie Smith dia menjelaskan bahwa kelelahan mental bukan soal seberapa sibuk kamu, tapi seberapa banyak energi emosional yang kamu keluarkan tanpa pemulihan yang memadai.
Dalam artikel ini, kita akan membahas rutinitas-rutinitas harian yang tampaknya ‘normal’, namun ternyata menyedot energi mentalmu secara perlahan. Apa saja? Berikut ini rangkuman 7 rutinitas yang ternyata membuatmu kelelahan mental.
1. Bangun Tidur Langsung Cek HP
Membuka mata dan langsung mengecek notifikasi ponsel adalah kebiasaan yang sangat umum, tapi juga sangat menguras otak. Menurut ahli saraf dari Stanford University, Dr. Andrew Huberman, saat seseorang langsung terpapar informasi dan stimulasi dari layar di pagi hari, sistem saraf langsung aktif dalam mode ‘siaga penuh’. Ini menyebabkan kelelahan mental bahkan sebelum hari benar-benar dimulai. Untuk mengurangi kelelahan mental dia menyarankan untuk meluangkan waktu 10–15 menit pertama setelah bangun untuk tidak menatap layar ponsel melainkan memokuskan diri pada pernapasan, paparan sinar matahari, dan gerakan ringan.
2. Terlalu Multitasking
Multitasking sering dianggap sebagai bentuk efisiensi, tapi dalam jangka panjang ini seperti membelah perhatian dan energi menjadi serpihan-serpihan kecil. Psikolog Harvard dan penulis Emotional Agility, Dr. Susan David menyatakan bahwa multitasking tidak hanya membuat seseorang tidak fokus, tetapi juga menyebabkan kelelahan emosional karena otak terus berpindah tugas tanpa jeda.
Solusi: Ubah cara kerja jadi monotasking. Fokus pada satu hal, istirahat pendek di antara aktivitas, dan beri otak ruang untuk pulih.
3. Tidak Mengatur Batasan dengan Pekerjaan
Banyak orang merasa harus selalu ‘siaga’setiap saat seperti menjawab email bahkan di malam hari, menerima chat kerja di akhir pekan, bahkan merasa bersalah saat tidak produktif. Menurut profesor psikologi organisasi di Wharton School, Dr. Adam Grant kurangnya batasan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan adalah penyebab utama burnout pada generasi profesional saat ini.
Solusinya: Tetapkan jam kerja yang jelas dan konsisten. Matikan notifikasi kerja di luar jam tersebut. Ingat: kerja bagus butuh otak yang segar.
4. Menyimpan Emosi Tanpa Ekspresi
Bersikap tegar setiap saat, menyimpan semua kesal dan kecewa dalam hati, bisa membuat mentalmu perlahan-lahan terkikis.
“Emosi yang tidak diekspresikan tidak menghilang. Mereka mengendap dan muncul dalam bentuk kelelahan, rasa cemas, atau kemarahan pasif,” kata pakar psikologi dari University of Houston, Dr. Brené Brown.
Solusi: Luangkan waktu untuk journaling, berbicara dengan teman terpercaya, atau bahkan menangis jika perlu. Emosi perlu ruang untuk dilepaskan.
5. Terjebak dalam “Waktu Luang yang Tidak Berkualitas”
Scrolling media sosial berjam-jam, nonton tanpa henti, atau main game bukanlah istirahat jika tidak membuat pikiran merasa segar.
“Kita hidup dalam budaya ‘distracted rest’—seakan istirahat, tapi otak tetap sibuk menerima input,” kata profesor dari Georgetown University, Dr. Cal Newport.
Solusi: Ganti sebagian waktu luang dengan kegiatan hening atau mindful seperti membaca, berjalan kaki tanpa musik, atau meditasi ringan.
6. Terlalu Banyak Mengurus Orang Lain, Lupa Diri Sendiri
Memberi perhatian dan energi untuk keluarga, pasangan, atau rekan kerja adalah hal baik. Tapi jika kamu tidak pernah menyisakan energi untuk diri sendiri, mentalmu bisa kehabisan daya.
“People-pleasing adalah akar dari banyak kelelahan emosional. Ketika kebutuhan diri diabaikan, tubuh akan bicara melalui rasa lelah, cemas, atau bahkan penyakit,” kata Dr. Gabor Maté, psikiater kenamaan dan penulis When the Body Says No.
Solusi: Pelajari untuk berkata ‘tidak’. Jadwalkan waktu untuk dirimu sendiri setiap hari, walau hanya 20 menit.
7. Hidup Tanpa Tujuan yang Jelas
Menjalani rutinitas hanya demi bertahan tanpa arah bisa membuat hidup terasa kosong. Dan kekosongan itu, lambat laun, menjadi lelah yang tak bisa ditidur-selesaikan. Neurolog dan psikiater asal Austria, Dr. Viktor Frankl menulis dalam Man’s Search for Meaning, bahwa ketika manusia kehilangan makna, ia tidak hanya kehilangan harapan, tapi juga kekuatan untuk bertahan secara mental.
Solusi: Tanyakan secara rutin pada dirimu: “Kenapa aku melakukan ini?” Temukan makna dalam pekerjaan, keluarga, atau kontribusi sosial sekecil apapun.
Tanda-Tanda Kelelahan Mental yang Perlu Diwaspadai
- Merasa kosong meskipun sedang istirahat
- Mudah tersinggung terhadap hal kecil
- Tidak menikmati hal-hal yang dulu menyenangkan
- Sulit fokus meskipun sudah tidur cukup
- Merasa ‘mati rasa’ secara emosional
Jika tanda-tanda ini berlangsung lebih dari dua minggu, bisa jadi kamu mengalami mental fatigue. Konsultasi ke psikolog profesional sangat disarankan.
Kelelahan mental bukan hanya milik orang dengan trauma besar atau pekerjaan yang ekstrem. Ia juga bisa mengintai orang-orang yang hidup dalam rutinitas yang tampaknya normal—bangun, kerja, pulang, dan mengulang hari yang sama tanpa jeda dan tanpa makna.
Kuncinya bukan menghindari rutinitas, tapi menyadari dan menyusun ulang rutinitas yang benar-benar menyehatkan pikiran dan batin. Jadilah lebih lembut pada diri sendiri. Kurangi beban yang tak perlu. Dengarkan sinyal tubuh. Dan yang paling penting: izinkan dirimu merasa.