Perut Tak Nyaman Saat Liburan Long Weekend, Ternyata karena Stress, Kok Bisa?
- Pixaby
Lifestyle –Libur long weekend adalah momen yang ditunggu banyak orang. Tiket sudah di tangan, koper siap, dan rencana perjalanan tertata rapi. Tapi sayangnya, tidak sedikit yang harus menghadapi kenyataan tak nyaman: perut kembung, mual, bahkan susah buang air besar selama perjalanan. Bukannya menikmati liburan, malah sibuk mencari toilet terdekat atau obat lambung.
Masalah pencernaan saat bepergian jauh bukan hal sepele. Banyak orang menganggapnya sebagai efek samping biasa dari perubahan cuaca atau makanan baru. Padahal, menurut penelitian medis, ada faktor lebih dalam yang berkaitan dengan sistem saraf, stres perjalanan, hingga perubahan ritme biologis tubuh. Mengapa perut bisa “rewel” saat liburan, dan bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasan ilmiah dan saran dari pakar berikut ini.
Mengapa Sistem Pencernaan Rentan Terganggu Saat Perjalanan?
Tubuh kita memiliki ritme alami yang disebut ritme sirkadian—jam biologis yang mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk sistem pencernaan. Ketika kita bepergian, terutama dalam waktu lama dan melintasi zona waktu atau mengalami perubahan rutinitas, ritme ini terganggu. Profesor di UCLA dan pakar neurogastroenterologi, Dr. Emeran Mayer menyebut bahwa 'gut-brain axis' atau hubungan antara otak dan usus sangat sensitif terhadap perubahan eksternal.
Selain itu, duduk terlalu lama di kendaraan, entah itu mobil, kereta, atau pesawat, menghambat pergerakan usus (motilitas). Akibatnya, makanan lebih lambat dicerna dan bisa menyebabkan sembelit atau rasa penuh di perut. Berikut ini penjelasan lebih lengkap mengenai alasan dibalik pencernaan terganggu selama liburan.
1. Stres Perjalanan dan Perut: Sebuah Koneksi Tak Terlihat
Banyak orang tidak menyadari bahwa stres sebelum dan selama perjalanan juga ikut bermain dalam menyebabkan gangguan pencernaan. Menurut American Psychological Association (APA), stres dapat memicu pelepasan hormon kortisol yang mengganggu keseimbangan asam lambung dan gerakan otot di saluran pencernaan. Inilah sebabnya mengapa saat kita merasa tegang—misalnya saat buru-buru mengejar kereta atau pesawat—perut bisa langsung merasa mual atau kram.
Dalam jangka panjang, stres ini dapat memicu kondisi seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS) yang ditandai dengan nyeri perut, diare atau sembelit secara bergantian. Dr. Peter Whorwell, profesor gastroenterologi dari University of Manchester, menjelaskan bahwa penderita IBS memiliki sistem saraf usus yang lebih sensitif terhadap stres dan perubahan lingkungan.
2. Perubahan Pola Makan dan Dehidrasi
Saat liburan, pola makan cenderung berubah drastis. Kita mungkin makan makanan tinggi lemak, kurang serat, atau mencoba kuliner baru yang tidak biasa dikonsumsi sehari-hari. Tubuh yang tidak terbiasa bisa merespons dengan munculnya gejala seperti kembung, diare, atau sakit perut.
Tidak hanya itu, dehidrasi menjadi penyebab umum lain yang sering diabaikan. Saat bepergian, kita cenderung minum lebih sedikit air agar tidak sering ke toilet. Padahal, kurang cairan akan membuat tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan, sehingga menyebabkan sembelit.
3. Duduk Terlalu Lama dan Minim Aktivitas Fisik
Perjalanan jauh biasanya membuat kita duduk dalam waktu lama tanpa banyak gerak. Ini memperlambat proses pencernaan secara alami. Sistem pencernaan memerlukan gerakan tubuh untuk membantu mendorong makanan melewati usus. Kurangnya aktivitas fisik juga bisa membuat gas terperangkap dalam saluran cerna, menyebabkan perut terasa kembung dan nyeri.
Sebuah studi dari British Journal of Sports Medicine menemukan bahwa bahkan gerakan ringan, seperti berjalan kaki singkat setiap dua jam, dapat membantu mempercepat transit makanan dalam usus dan mengurangi risiko gangguan pencernaan.
4. Jet Lag dan Pergeseran Ritme Tubuh
Jika perjalanan melibatkan perubahan zona waktu, jet lag juga dapat mempengaruhi kesehatan pencernaan. Ritme biologis tubuh akan mengalami disorientasi sementara. Ini bisa menyebabkan perut merasa lapar di waktu yang tidak biasa, atau justru tidak merasa lapar sama sekali. Proses metabolisme ikut terganggu, membuat sistem cerna bekerja tidak optimal.
Menurut National Sleep Foundation, jet lag bukan hanya gangguan tidur, tetapi juga berdampak pada sistem metabolik dan pencernaan. Perut bisa terasa mual, produksi asam lambung menjadi tidak stabil, dan nafsu makan menurun atau meningkat drastis.
Gejala Gangguan Pencernaan yang Perlu Diwaspadai
Jika kamu mengalami beberapa gejala ini saat bepergian, tubuh mungkin sedang memberi sinyal bahwa sistem pencernaanmu terganggu:
- Perut kembung atau penuh terus-menerus
- Rasa mual tanpa sebab yang jelas
- Sembelit selama lebih dari 2 hari
- Diare berkepanjangan
- Nyeri perut yang tak kunjung reda
Jangan abaikan sinyal-sinyal ini. Meski tampak sepele, gangguan pencernaan yang berulang dapat menandakan masalah yang lebih serius, terutama jika disertai dengan penurunan berat badan atau kelelahan ekstrem.
Berikut beberapa langkah pencegahan yang direkomendasikan oleh para ahli:
- Jaga hidrasi – Minum cukup air, terutama saat dalam pesawat atau cuaca panas.
- Pilih makanan berserat – Buah, sayur, dan biji-bijian membantu menjaga kelancaran pencernaan.
- Bergerak secara berkala – Setiap dua jam, usahakan bangun dan lakukan peregangan ringan.
- Kelola stres perjalanan – Persiapkan diri dengan baik, buat itinerary fleksibel, dan latih teknik pernapasan dalam.
- Cermati makanan lokal – Pilih makanan yang tidak terlalu asing atau ekstrem agar perut tidak kaget.
- Pertimbangkan probiotik – Beberapa studi menunjukkan bahwa suplemen probiotik dapat menjaga keseimbangan mikrobiota usus selama bepergian.
Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?
Jika gangguan pencernaan terjadi terus-menerus setelah perjalanan, atau jika kamu mengalami gejala seperti muntah darah, tinja berdarah, atau nyeri perut parah, segera cari pertolongan medis. Dr. Megan Rossi, ahli diet dan pakar usus dari King's College London, menegaskan bahwa gangguan pencernaan yang berulang saat bepergian bisa menjadi tanda awal dari masalah seperti gastritis kronis atau gangguan fungsi usus yang memerlukan perhatian khusus.
Liburan seharusnya menjadi momen bahagia, bukan malah terganggu oleh perut yang bermasalah. Dengan memahami penyebab pencernaan terganggu saat perjalanan jauh, kita bisa lebih siap menjaga tubuh tetap sehat di tengah liburan panjang. Karena kenyamanan liburan tak hanya soal destinasi, tapi juga soal bagaimana tubuh kita merasa—terutama perut yang tenang.