Ingin Resign Tapi Masih Ragu? Mungkin Ini Tanda Kamu Sedang Alami Decision Fatigue
Rabu, 28 Mei 2025 - 12:45 WIB
Sumber :
- Freepik
- Menunda keputusan penting,
- Membuat pilihan impulsif,
- Atau malah berhenti memutuskan sama sekali.
Baca Juga :
Ketika Stres Kerja Tak Lagi Biasa, Sejauh Apa Beban Mental Bisa Menjerumuskan pada Pikiran 'Nekat'?
Dan dalam konteks pekerjaan, ini bisa sangat berbahaya.
Kenapa Decision Fatigue Bisa Sangat Berbahaya?
Menurut profesor psikologi dari Yale University dan pengajar kursus psikologi kebahagiaan paling populer di dunia, Dr. Laurie Santos decision fatigue bukan hanya soal "lelah memilih". Ia bisa berdampak sistemik terhadap kesehatan mental, produktivitas, bahkan kualitas hidup. Berikut beberapa alasannya:
1. Menumpulkan Intuisi dan Akal Sehat
Saat mental kelelahan, kita kehilangan kepekaan terhadap intuisi. Hal-hal yang seharusnya mudah kita nilai—apakah ini sehat untukku? Apakah ini menyakitiku?—menjadi kabur. Kita mulai merasionalisasi hubungan kerja yang toksik, menyalahkan diri sendiri atas beban yang seharusnya dibagi, bahkan merasa “tidak berhak” resign.
2. Mengunci Diri dalam Lingkaran Stagnan
Halaman Selanjutnya
Decision fatigue bisa membuat seseorang terjebak dalam pola “diam dan bertahan”. Bukan karena tidak punya pilihan, tapi karena tidak punya energi untuk mengevaluasi pilihan. Kita menjadi pasif, menunggu segalanya berubah tanpa langkah konkret, yang akhirnya hanya menambah stres dan frustrasi.