Industri Pekerjaan Mana yang Paling Bikin Stres? Data Terbaru Bikin Merinding
- Freepik
Lifestyle –Stres di tempat kerja adalah hal yang akrab bagi banyak dari kita. Stres di tempat kerja bisa membawa berbagai dampak buruk bagi karyawan, mulai dari menurunnya produktivitas, rasa tidak puas terhadap pekerjaan, absensi yang meningkat, hingga tingginya tingkat turnover.
Secara fisik, stres juga bisa memicu tekanan darah tinggi, penyakit jantung, bahkan diabetes. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui stres di tempat kerja sebagai epidemi kesehatan global, dengan riset yang menunjukkan hampir satu dari empat pekerja mengalami stres terkait pekerjaan.
Pada 2023, model ekonomi dari AXA UK dan Centre of Economic and Business Research mengungkap bahwa stres kerja dan burnout merugikan ekonomi Inggris sebesar £28 miliar atau setara Rp 615 triliun per tahun dan menyebabkan 23,3 juta hari sakit akibat absensi karyawan.
Tidak berlebihan jika dikatakan stres di tempat kerja bisa menjadi masalah hidup dan mati. Contoh paling terkenal adalah karoshi, istilah Jepang untuk kematian akibat kerja berlebihan.
Di Jepang, ada kasus individu yang meninggal karena serangan jantung dan stroke setelah bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang. Kasus ekstrem ini menyoroti betapa berbahayanya stres kerja dan pentingnya mengenali serta menanganinya sebelum menjadi masalah serius.
Bidang Kerja dengan Tingkat Stres Tinggi
Sebuah studi di International Journal of Stress Management menemukan bahwa pekerja kesehatan, pekerja sosial, dan guru mengalami tingkat stres lebih tinggi dibanding profesi lain.
Studi lain di Journal of Occupational Health Psychology menemukan bahwa industri teknologi dan finansial tingkat stresnya sangat tinggi karena faktor jam kerja panjang, ketidakpastian pekerjaan, dan beban kerja tinggi.
Selain itu, berikut ini daftar lengkap profesi dengan tingkat stres tertinggi.
1. Kesehatan
- Survei British Medical Association (2018) menemukan lebih dari 80% dokter merasa stres atau burnout. Penyebab utamanya lantaran jam kerja panjang dan beban kerja berat.
- Studi 2020 di Journal of Occupational Health Psychology menunjukkan tenaga kesehatan, termasuk perawat dan dokter, mengalami tingkat burnout dan ketidakpuasan kerja yang tinggi.
- Studi 2022 menyoroti dampak fisik dan emosional pada tenaga NHS akibat stres, kelelahan, burnout, dan cedera moral, hingga kesehatan mental yang terganggu.
2. Pendidikan
- Survei National Education Union (2019) menunjukkan lebih dari 80% guru di Inggris merasa stres, terutama karena beban kerja dan tekanan akuntabilitas.
- Studi 2018 di International Journal of Educational Management melaporkan guru di Inggris mengalami kelelahan emosional dan depersonalisasi dua komponen utama burnout.
- Survei NEU pada 2023 bahkan mencatat banyak guru yang mengonsumsi antidepresan untuk menghadapi beban kerja yang dianggap atk terkendali. Sebanyak 48% guru mengatakan beban kerja mereka tidak bisa dikelola, dan hanya 1% yang merasa selalu bisa mengendalikannya.
3. Perhotelan & Kuliner
- Laporan 2019 mencatat 8 dari 10 chef mengalami masalah kesehatan mental selama kariernya, dan 48% merasa dukungan kesehatan mental di tempat kerja masih kurang.
- Studi 2021 di Selandia Baru menemukan lebih dari 90% pekerja kuliner dan perhotelan mengalami stres, disertai gejala fisik dan emosional seperti sakit kepala, kecemasan, dan depresi.
- Studi 2020 di International Journal of Hospitality Management menunjukkan stres kerja dan burnout adalah prediktor utama masalah kesehatan mental di kalangan chef.
- Studi 2018 di Journal of Occupational and Environmental Medicine menemukan chef memiliki angka bunuh diri tertinggi dibanding semua kelompok pekerjaan di AS.
4. Hukum
- Survei Law Society (2019) menemukan lebih dari 90% pengacara di Inggris merasa stres. Faktor utamanya beban kerja berat dan jam kerja panjang.
- Lebih dari 28% pengacara di firma kecil melaporkan sering merasa tidak sanggup mengatasi stres kerja, dibandingkan 16% di firma besar.
5. Media & Jurnalisme
- Survei National Council for the Training of Journalists (2020) menemukan lebih dari 80% jurnalis di Inggris merasa stres, terutama karena tingginya beban kerja dan tekanan untuk menghasilkan konten dengan cepat.
- Studi 2017 di Journal of Occupational Health Psychology melaporkan jurnalis mengalami tuntutan kerja tinggi dan sumber daya rendah, faktor utama burnout.
- Studi lain menemukan 4–59% jurnalis menunjukkan gejala PTSD, tergantung lokasi dan beban kerja.
6. Pekerjaan Sosial
- Pekerja sosial membantu individu dan keluarga dalam situasi sulit, tugas yang sangat menekan secara emosional.
- Studi di British Journal of Social Work melaporkan pekerja sosial mengalami kelelahan emosional dan stres kerja tinggi, diperparah dengan beban kasus yang besar dan sumber daya terbatas.
7. Teknologi
- Pekerja di bidang teknologi, termasuk software developer dan insinyur, menghadapi jam kerja panjang, deadline ketat, serta tekanan karena inovasi yang terus-menerus.
- Studi di Journal of Occupational Health Psychology menemukan pekerja teknologi melaporkan tingkat stres tinggi akibat tuntutan kerja besar dan kurangnya kendali terhadap pekerjaan.
8. Kesehatan Mental
- Ironisnya, pekerja di bidang kesehatan mental juga mengalami burnout.
- Tinjauan 2018 menemukan faktor utama burnout adalah beban kerja dan hubungan di tempat kerja. Sebaliknya, kejelasan peran, rasa otonomi, keadilan, dan supervisi rutin dapat membantu menekan stres.
- Pekerja tim kesehatan mental komunitas cenderung lebih rentan burnout dibanding tim spesialis.