Sering Dialami Pekerja, Kenali ‘Boreout’ yang Lebih Bahaya dari Burnout!

Ilustrasi Pekerja
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle – Pernah merasa setiap hari di kantor hanya seperti menjalani autopilot datang, absen, mengerjakan tugas seadanya, lalu pulang tanpa ada rasa pencapaian? Jika ya, bisa jadi kamu sedang mengalami boreout.

Terjebak Toxic Productivity? 5 Cara Hidup Minimalis Ala Jepang Biar Nggak Stress Berlebihan

Berbeda dengan burnout yang sering dibahas, boreout masih jarang dikenal padahal efeknya sama seriusnya terhadap kesehatan mental dan karier.

Boreout adalah kondisi ketika pekerja mengalami kebosanan ekstrem karena tugas yang monoton, kurang tantangan, atau minim rasa makna. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Peter Werder dan Philippe Rothlin dalam buku Diagnose Boreout (2007).

Rage Applying Makin Marak, Tanda Gen Z Sudah Nyerah Sama Pasar Kerja yang Lesu?

Jika burnout muncul karena beban kerja yang berlebihan, boreout justru kebalikannya yakni kekurangan stimulasi mental. Tidak ada tantangan, tidak ada variasi, dan akhirnya muncul rasa hampa yang bisa menggerus motivasi.

Kondisi ini juga sering disamakan dengan sekadar bosan di kantor. Padahal, boreout jauh lebih dalam.

Merasa Bosan Begitu-begitu saja Setiap Harinya? Hati-hati Bisa Jadi Kamu Alami Languishing

“Boreout bukan berarti perusahaan atau rekan kerja yang buruk. Kamu bisa merasa boreout karena kamu sudah menguasai semua yang kamu kerjakan sehingga pekerjaan kehilangan tantangannya,” jelas Kacy Fleming, psikolog organisasi dan pendiri The Fuchsia Tent, dikutip dari Business Insider.

Tanda-Tanda Kamu Mengalami Boreout

Mengenali boreout tidak selalu mudah karena gejalanya bisa samar. Namun, ada beberapa tanda yang umum:

  1. Tidak ada tantangan – Setiap hari pekerjaan terasa sama dan tidak ada hal baru yang membuatmu berkembang.
  2. Busyness theater – Tampak sibuk, tetapi sebenarnya kamu sekadar menghabiskan waktu agar terlihat produktif.
  3. Kehilangan rasa makna – Merasa pekerjaan yang kamu lakukan tidak penting atau tidak berkontribusi pada tujuan yang lebih besar.
  4. Stagnasi karier – Tidak ada perkembangan keterampilan atau jenjang karier yang jelas.
  5. Gejala fisik dan emosional – Mudah cemas, sulit tidur, daya tahan tubuh menurun, bahkan bisa memicu depresi ringan.

Adam Grant, psikolog di Wharton, menyebut fenomena boreout makin meningkat sejak banyak perusahaan beralih ke sistem kerja jarak jauh. Minimnya interaksi dan perubahan ritme kerja membuat lebih banyak karyawan merasa tidak terlibat penuh dengan pekerjaan mereka.

Penyebab Boreout

Boreout bisa muncul karena kombinasi beberapa hal, antara lain:

  • Mismatch antara kemampuan dan pekerjaan: Kamu punya kapasitas lebih, tetapi pekerjaan yang diberikan terlalu mudah atau monoton.
  • Budaya kerja yang menghargai jam hadir, bukan hasil: Akhirnya, banyak karyawan berpura-pura sibuk.
  • Minim variasi dan peluang pengembangan: Tidak ada proyek baru atau kesempatan untuk belajar hal baru.
  • Kurang komunikasi dengan atasan: Aspirasi karier atau minat jarang didengar, sehingga kamu merasa terjebak.

Dampak Boreout

Jangan anggap remeh boreout. Kondisi ini bisa berdampak besar, baik pada individu maupun organisasi.

Bagi individu, boreout memicu penurunan motivasi, rasa percaya diri, serta kesehatan mental dan fisik. Gangguan tidur, kecemasan, dan depresi ringan adalah beberapa contoh yang bisa muncul.

Sementara itu, bagi perusahaan, boreout berarti menurunnya produktivitas dan meningkatnya risiko turnover. Studi dari Korn Ferry bahkan menunjukkan boreout dapat merugikan perusahaan secara global hingga miliaran dolar karena karyawan bekerja hanya sekadar menghabiskan waktu.

Cara Mengatasi Boreout

Kabar baiknya, boreout bisa diatasi jika dikenali sejak awal. Ada langkah yang bisa dilakukan baik oleh karyawan maupun perusahaan.

A. Untuk Pekerja

  1. Kenali dan validasi perasaanmu
    Sadari bahwa boreout nyata dan bukan sekadar malas. Ini langkah pertama agar kamu bisa mencari jalan keluar.
  2. Komunikasikan pada atasan
    Jangan ragu meminta tugas atau proyek yang lebih menantang. Jika memungkinkan, mintalah rotasi pekerjaan agar ada variasi.
  3. Job crafting
    Cobalah mendesain ulang peranmu sendiri. Misalnya, cari cara agar tugas monoton memiliki dampak yang lebih berarti atau menambahkan inovasi kecil dalam rutinitas.
  4. Bergerak pelan menuju perubahan
    “Kamu tidak perlu langsung resign. Cobalah bergerak satu persen lebih dekat ke pekerjaan yang memuaskan setiap harinya,” saran pelatih karier Kelli Thompson.
  5. Perluas diri di luar pekerjaan utama
    Ikut komunitas profesional, belajar keterampilan baru, atau cari proyek tambahan yang bisa membangkitkan rasa pencapaian.

B. Untuk Manajemen & Perusahaan

  1. Bangun komunikasi terbuka
    Ciptakan budaya di mana karyawan bisa membicarakan aspirasi karier dan tantangan mereka.
  2. Redesain peran
    Berikan variasi dalam pekerjaan, otonomi lebih, dan umpan balik yang jelas agar karyawan merasa dihargai.
  3. Pantau indikator disengagement
    Tingkat kehadiran pasif, turnover, dan skor keterlibatan karyawan bisa jadi sinyal awal boreout.
  4. Dorong inovasi dan kolaborasi
    Mentoring, tim lintas divisi, atau proyek inovasi bisa membantu karyawan merasa lebih terlibat.