Kenapa Karyawan Sering Ngumpat Diam-Diam Kalau Bosnya Nyebelin? Ini Penjelasan Psikologisnya

Ilustrasi mengumpat
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Hampir semua orang pernah bekerja dengan bos yang menyebalkan. Entah karena terlalu perfeksionis, suka marah-marah, atau gemar mengklaim hasil kerja tim, karyawan sering merasa frustrasi.

Kok Anak Perempuan Lebih Emosian dari Laki-Laki? Ini Jawaban Ilmiahnya

Salah satu bentuk pelampiasannya? Ngumpat diam-diam. Ada yang mengeluh di hati, ada yang bisik-bisik dengan rekan kerja, bahkan ada yang meluapkan emosinya di grup chat pribadi.

Meski terlihat sepele, perilaku ini sebenarnya punya dasar psikologis yang kuat. Mengumpat atau venting bisa jadi cara karyawan melepaskan tekanan emosional ketika mereka merasa tidak punya ruang untuk berbicara terbuka.

Bos Sering Marahi Karyawan di Depan Umum? Tegas atau Tidak Tahu Cara Memimpin?

Namun, apakah cara ini benar-benar efektif? Mari bahas satu-persatu. 

Dasar Psikologis dari Mengumpat

  1. Mekanisme pelepasan emosi (catharsis)
    Dalam psikologi, venting atau mengungkapkan emosi negatif sering disebut sebagai catharsis. Secara teori, melampiaskan perasaan bisa memberikan kelegaan instan. Saat mengumpat, tubuh melepaskan ketegangan yang tertahan, membuat seseorang merasa lebih lega sementara.
  2. Mengurangi beban dengan “pura-pura lega”
    Menahan emosi atau expressive suppression terbukti meningkatkan tekanan darah dan kadar stres. Dengan mengumpat dalam hati atau berbicara diam-diam dengan rekan, karyawan merasa sedang melakukan self-protection, mencegah emosi meledak di hadapan bos.
  3. Validasi dan penguatan ego
    Mengeluh bersama rekan kerja juga bisa memberi rasa validasi: “Oh, ternyata bukan cuma aku yang merasa begini.” Ini memperkuat ego dan membuat karyawan merasa punya sekutu.

Mengumpat ke Rekan Bikin Lega atau Malah Memperburuk?

Halaman Selanjutnya
img_title