Silent Struggle di Kantor, Kenapa Banyak Karyawan Diam-Diam Burnout?
Senin, 6 Oktober 2025 - 11:30 WIB
Sumber :
- Freepik
- Beban kerja berlebihan. Deadline ketat, target tinggi, dan jam kerja panjang membuat tubuh dan pikiran cepat terkuras.
- Kurangnya kontrol atas pekerjaan. Karyawan merasa tidak punya kuasa mengambil keputusan atau mengatur ritme kerja sendiri.
- Dukungan minim dari atasan dan rekan kerja. Tidak ada ruang untuk curhat atau berbagi tekanan membuat beban terasa semakin berat.
- Budaya “tahan saja.” Di banyak perusahaan, mengeluh sering dianggap lemah. Akibatnya, banyak karyawan memilih diam.
- Perubahan organisasi dan komunikasi buruk. Restrukturisasi, pemotongan biaya, atau aturan baru yang tidak jelas memperparah stres.
Meskipun tidak selalu terlihat jelas, ada tanda-tanda yang bisa dikenali:
- Selalu merasa lelah meski tidur cukup.
- Mulai sinis atau kehilangan semangat terhadap pekerjaan.
- Produktivitas menurun, sulit fokus, atau sering menunda pekerjaan.
- Sakit kepala, gangguan tidur, atau mudah tersinggung.
- Merasa tidak dihargai, cemas, atau putus asa.
Sayangnya, tanda-tanda ini sering diabaikan baik oleh karyawan itu sendiri maupun oleh lingkungan kerjanya.
Dampak Silent Struggle: Bukan Hanya ke Individu
Silent struggle bukan sekadar urusan pribadi. Dampaknya bisa meluas:
- Bagi individu: risiko depresi, kecemasan, gangguan tidur, bahkan masalah kesehatan fisik seperti tekanan darah tinggi.
- Bagi organisasi: absensi meningkat, performa menurun, turnover tinggi, dan biaya perusahaan membengkak untuk rekrutmen baru.
Halaman Selanjutnya
Sebuah laporan dari Inggris menunjukkan, sekitar 85% pekerja pernah mengalami gejala burnout atau kelelahan akibat stres kerja. Ini menunjukkan masalah ini bukan kasus individual, melainkan fenomena global.