Menangis Setelah Marah? Ternyata Ini Cara Otak Wanita Meredakan Emosi
- Pixaby
Lifestyle – Pernahkah kamu merasa marah begitu hebat hingga setelah segalanya reda, kamu justru menangis dalam diam? Tangisan itu datang tanpa undangan, mengalir deras seolah menjadi penutup dari badai emosi yang baru saja terjadi. Banyak wanita pernah mengalaminya—dan tak sedikit pula yang bingung kenapa kemarahan harus diikuti air mata.
Apakah ini pertanda kelemahan? Atau justru bentuk kekuatan tersembunyi dari tubuh yang tahu cara menyembuhkan dirinya sendiri? Ternyata, fenomena menangis setelah marah bukan sekadar drama emosional, tetapi bagian dari proses biologis dan psikologis yang kompleks. Artikel ini akan mengajakmu menyelami cara otak wanita bekerja saat emosi memuncak, dan kenapa tangisan seringkali menjadi pintu pulang menuju ketenangan.
Emosi Wanita: Kompleks, Tapi Teratur
Menurut psikolog klinis asal Amerika Serikat, Dr. Lisa Damour, wanita memiliki jalur emosi yang cenderung lebih ekspresif dibandingkan pria. Ini bukan karena mereka lebih lemah atau mudah terbawa perasaan, tetapi karena sistem limbik di otak wanita, bagian yang mengatur emosi, lebih aktif dan terhubung erat dengan area pemrosesan verbal dan sosial.
“Wanita secara biologis memang lebih terbuka dalam mengekspresikan emosi, termasuk dengan menangis. Ini adalah bentuk adaptasi dan kekuatan, bukan kelemahan,” jelas Damour dalam bukunya Untangled.
Ketika marah, tubuh melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Pada wanita, setelah ledakan marah mereda, otak akan mencari cara untuk melepaskan sisa ketegangan yang tertinggal. Di sinilah tangisan hadir sebagai 'katup pelepas tekanan' alami.