Menangis Setelah Marah? Ternyata Ini Cara Otak Wanita Meredakan Emosi
- Pixaby
Tangisan setelah marah sering dianggap sebagai reaksi emosional spontan. Tapi lebih dari itu, menurut ahli biokimia dari Amerika, Dr. William Frey, air mata emosional mengandung zat kimia seperti prolaktin, adrenokortikotropin, dan leusin-enkefalin, senyawa yang berkaitan dengan stres. Artinya, tubuh secara aktif membuang sisa-sisa tekanan melalui tangisan.
“Tangisan emosional adalah cara alami tubuh mendetoksifikasi stres,” ungkap Frey dalam penelitiannya di Ramsey Medical Center.
Bagi wanita, yang sistem limbiknya lebih responsif, menangis bukan sekadar ekspresi perasaan, melainkan mekanisme biologis untuk menenangkan sistem saraf yang sedang bekerja ekstra keras akibat ledakan emosi.
Kenapa Wanita Lebih Sering Menangis Setelah Marah
Menurut, seorang neuropsikiater dari University of California dan penulis The Female Brain, Dr. Louann Brizendine wanita memproses emosi marah dan sedih di bagian otak yang lebih saling terhubung. Ini membuat emosi mereka lebih tumpang tindih, marah bisa berubah menjadi sedih, atau sebaliknya.
“Kemarahan pada wanita seringkali datang bersama rasa kecewa, frustasi, atau tidak dipahami. Saat rasa itu memuncak, air mata menjadi jembatan untuk melepaskannya,” jelasnya.
Banyak wanita tidak hanya marah karena satu insiden, tetapi karena akumulasi emosi yang lama terpendam: merasa tidak dihargai, tidak didengar, atau terus-menerus menahan diri. Ketika akhirnya meledak, tubuh mereka tahu bahwa satu-satunya jalan menuju kelegaan adalah menangis.