Fakta atau Mitos? Rahasia di Balik Diet Berdasarkan Golongan Darah yang Bikin Banyak Orang Penasaran

Ilustrasi diet
Sumber :
  • Pixaby

Lifestyle –Pernahkah kamu mendengar bahwa golongan darah bisa menjadi penentu makanan apa yang sebaiknya kamu konsumsi? Konsep ini dikenal sebagai diet berdasarkan golongan darah, sebuah pendekatan nutrisi yang sempat populer dan masih menarik perhatian hingga saat ini. Banyak orang yang mengklaim bahwa mereka merasakan manfaat nyata, mulai dari penurunan berat badan hingga peningkatan energi, hanya dengan mengikuti pola makan yang disesuaikan dengan golongan darah mereka—A, B, AB, atau O.

Rahasia Nutrisi Sesuai DNA: Apakah Tubuhmu Butuh Diet yang Berbeda dari Orang Lain?

 

Diet ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Peter J. D'Adamo, seorang dokter naturopati, melalui bukunya yang berjudul Eat Right 4 Your Type pada tahun 1996. Menurutnya, setiap golongan darah berevolusi dalam kondisi lingkungan dan pola makan yang berbeda, sehingga tubuh akan lebih mudah mencerna dan menyerap nutrisi tertentu sesuai dengan golongan darah masing-masing. Teorinya sederhana namun menarik: jika kamu makan sesuai dengan golongan darah, maka tubuh akan bekerja lebih optimal.

Mengapa Berat Badan Sulit Turun? Mungkin Genetikmu yang Berperan!

 

Sebagai contoh, pemilik golongan darah O disebut lebih cocok dengan diet tinggi protein hewani, seperti daging merah dan ikan, karena dianggap sebagai golongan darah tertua yang berasal dari zaman pemburu. Sebaliknya, mereka disarankan untuk menghindari gandum dan produk susu. Sementara itu, golongan darah A dianggap lebih cocok dengan pola makan nabati dan lebih sedikit mengonsumsi daging karena dianggap berkembang pada masa pertanian. Golongan B dikatakan lebih fleksibel, bisa mengonsumsi produk hewani maupun nabati, dan golongan AB disebut sebagai "modern mix" yang membutuhkan keseimbangan dari keduanya.

Makan Sesuai DNA: Bagaimana Analisis DNA Nutrigenomic Mengubah Cara Kita Diet dan Hidup Sehat

 

Konsep ini terdengar logis bagi sebagian orang, terutama karena terasa personal dan spesifik. Banyak yang merasa bahwa pendekatan ini memberi arahan yang lebih jelas dibandingkan diet-diet umum yang sering membingungkan. Terlebih lagi, ketika seseorang merasa lebih baik setelah menjalani diet tertentu, asumsi bahwa golongan darahlah yang menjadi kunci seolah mendapatkan pembenaran.

 

Namun, pertanyaan pentingnya adalah: apakah benar ada dasar ilmiah yang kuat di balik diet berdasarkan golongan darah?

 

Beberapa studi telah dilakukan untuk menguji klaim ini, namun hasilnya belum mendukung sepenuhnya teori D'Adamo. Salah satu penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition pada tahun 2013 menyimpulkan bahwa tidak ditemukan hubungan langsung antara golongan darah dan efektivitas diet terhadap kesehatan. Penelitian tersebut bahkan menyebutkan bahwa manfaat yang dirasakan peserta lebih mungkin berasal dari perbaikan pola makan secara umum, bukan karena kecocokan dengan golongan darah.

 

Meski begitu, penting untuk dicatat bahwa perubahan pola makan—apa pun jenisnya—yang mengurangi konsumsi makanan olahan, gula berlebih, dan meningkatkan asupan sayuran serta makanan utuh memang dapat memberikan efek positif bagi tubuh. Jadi, bukan tidak mungkin orang-orang yang mengikuti diet berdasarkan golongan darah merasa lebih sehat, bukan karena golongan darah itu sendiri, tetapi karena mereka menjalani gaya hidup yang lebih baik secara keseluruhan.

 

Di sisi lain, diet berdasarkan golongan darah tetap memiliki daya tarik tersendiri, terutama karena pendekatannya yang terasa personal dan unik. Dalam dunia diet yang dipenuhi informasi dan rekomendasi yang sering kali bertentangan, konsep yang memberi arah spesifik seperti ini bisa menjadi pegangan yang membantu. Bagi sebagian orang, memiliki struktur dan batasan bisa menjadi cara yang efektif untuk membangun disiplin dalam makan.

 

Banyak praktisi kesehatan bersikap hati-hati terhadap diet ini. Mereka menyarankan agar orang tidak terlalu terpaku pada teori golongan darah tanpa mempertimbangkan faktor-faktor penting lainnya, seperti kondisi medis, alergi, preferensi pribadi, dan keseimbangan nutrisi. Misalnya, jika seseorang dengan golongan darah O memutuskan untuk menghindari semua produk susu dan gandum, namun tidak menggantinya dengan sumber nutrisi lain yang seimbang, maka bisa terjadi kekurangan nutrisi tertentu.

 

Dengan kemajuan teknologi saat ini, pendekatan nutrisi yang lebih akurat dan berbasis data mulai banyak digunakan, seperti nutrigenomik dan personal meal plan berbasis AI. Meskipun diet golongan darah menawarkan daya tarik personalisasi, pendekatan modern lebih mengandalkan analisis genetik dan biometrik nyata untuk menentukan pola makan yang optimal.

 

Namun begitu, diet berdasarkan golongan darah bisa menjadi pintu masuk untuk memulai kebiasaan makan sehat, selama dijalani dengan bijak dan fleksibel. Jika kamu merasa cocok dan tidak mengalami efek negatif, tidak ada salahnya mencoba. Tetapi jangan menjadikannya satu-satunya kebenaran dalam memilih makanan. Dengarkan tubuhmu, konsultasikan dengan ahli gizi, dan pastikan kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi.

 

Tren diet akan terus datang dan pergi, namun pemahaman tentang tubuh sendiri akan selalu menjadi fondasi terpenting. Diet bukan sekadar tentang menurunkan berat badan, tapi juga tentang menciptakan hubungan sehat dengan makanan dan merawat tubuh secara menyeluruh. Entah kamu bergolongan darah A, B, AB, atau O—yang paling penting adalah menyadari bahwa tidak ada pendekatan yang cocok untuk semua orang.

 

Jika kamu penasaran dan ingin mencoba diet ini, mulailah dengan memahami karakteristik dasar golongan darahmu, lalu lihat bagaimana tubuh merespons perubahan makanan. Catat perubahannya dan evaluasi secara berkala. Mungkin kamu akan menemukan bahwa teori lama ini memiliki tempat tersendiri dalam perjalanan dietmu. Atau sebaliknya, kamu akan menyadari bahwa tubuhmu butuh pendekatan yang lebih modern. Yang jelas, kunci utama tetap satu: kenali tubuhmu, dan biarkan ia memandu kamu menuju kesehatan yang lebih baik.