Stop Sekarang Juga! 8 Tren Parenting Ini Ternyata Berbahaya untuk Anak
- freepik
Lifestyle –Di era digital yang dipenuhi informasi, tren parenting sering kali menjadi sorotan di media sosial, menawarkan berbagai pendekatan pola asuh yang tampak menarik dan modern. Namun, di balik popularitasnya, sejumlah tren justru dapat membahayakan perkembangan fisik, mental, dan emosional anak.
Artikel ini mengulas delapan tren parenting yang perlu dihindari, mulai dari penggunaan produk skincare berlebihan hingga pola asuh berbasis teknologi. Dengan informasi yang akurat dan berbasis fakta, orang tua diharapkan dapat memilih pola asuh yang lebih sehat, konsisten, dan relaks untuk mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
1. Over-Skincare untuk Anak
Penggunaan produk skincare dewasa pada anak menjadi tren parenting yang kian marak, didorong oleh iklan dan influencer di media sosial. Krim pencerah, serum anti-aging, hingga exfoliator kimiawi kerap diaplikasikan pada kulit anak yang sebenarnya masih sensitif.
Menurut dermatologis, kulit anak memiliki lapisan pelindung yang lebih tipis, sehingga produk dengan bahan aktif seperti retinol atau asam salisilat dapat menyebabkan iritasi, alergi, bahkan gangguan hormon. Selain itu, tren ini menciptakan tekanan penampilan yang tidak sehat bagi anak. Orang tua disarankan memilih produk skincare khusus anak yang bebas pewangi dan bahan agresif, serta berkonsultasi dengan dokter kulit untuk memastikan keamanan.
2. Milestone Parties Berlebihan
Merayakan capaian anak seperti langkah pertama atau kata pertama memang penting, tetapi tren milestone parties yang berlebihan dapat berdampak negatif. Pesta mewah dengan dekorasi mahal dan ekspektasi tinggi sering kali lebih berfokus pada kepuasan orang tua ketimbang kebahagiaan anak. Hal ini dapat menciptakan tekanan pada anak untuk terus "berprestasi" demi pengakuan, sekaligus membebani finansial keluarga. Sebagai alternatif, orang tua dapat mengadakan perayaan sederhana seperti makan malam keluarga atau aktivitas bersama yang memperkuat ikatan emosional tanpa ekspektasi berlebihan.
3. “Tradwife-Style” Pengasuhan
Tren pola asuh “tradwife” yang mengidealkan peran ibu rumah tangga secara tradisional—fokus pada tugas domestik dan pengasuhan penuh waktu—tengah populer di kalangan tertentu. Namun, pendekatan ini sering kali mengabaikan keseimbangan peran dalam keluarga modern. Tekanan untuk memenuhi standar ideal ini dapat menyebabkan kelelahan mental dan fisik pada ibu, serta mengurangi fleksibilitas dalam mendidik anak sesuai kebutuhan zaman. Orang tua disarankan menyesuaikan pola asuh dengan dinamika keluarga, misalnya dengan berbagi tanggung jawab antaranggota keluarga untuk menciptakan lingkungan yang harmonis.
4. Over-Scheduling Aktivitas Anak
Banyak orang tua terjebak dalam tren parenting yang mengisi waktu anak dengan les musik, olahraga, dan kursus akademik tanpa jeda. Meskipun bertujuan mempersiapkan anak untuk masa depan, pola asuh ini dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan kurangnya waktu untuk bermain secara spontan.
Penelitian menunjukkan bahwa waktu luang penting untuk mengembangkan kreativitas dan kemandirian anak. Orang tua perlu menyeimbangkan jadwal anak dengan waktu bebas, seperti bermain di taman atau melakukan aktivitas tanpa struktur, untuk mendukung perkembangan emosional dan sosial yang sehat.
5. Sharenting Berlebihan di Media Sosial
Sharenting, praktik membagikan momen anak di media sosial, menjadi bagian dari parenting modern. Namun, membagikan foto, video, atau cerita pribadi anak secara berlebihan dapat melanggar privasi mereka dan meningkatkan risiko keamanan digital, seperti penyalahgunaan data oleh pihak tak bertanggung jawab.
Selain itu, anak mungkin merasa tidak nyaman ketika dewasa mengetahui kehidupan mereka terekspos. Orang tua disarankan untuk membatasi konten sensitif, seperti foto wajah atau informasi pribadi, serta mempertimbangkan dampak jangka panjang pada privasi anak.
6. Helicopter Parenting
Pola asuh helicopter parenting, di mana orang tua mengawasi dan mengontrol setiap aspek kehidupan anak, sering kali dilakukan dengan niat melindungi. Namun, pendekatan ini dapat menghambat kemandirian dan kemampuan anak dalam menghadapi tantangan. Anak yang terbiasa dikendalikan cenderung memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dan kurang percaya diri.
Untuk mengatasinya, orang tua dapat memberikan ruang bagi anak untuk membuat keputusan kecil, seperti memilih pakaian atau menyelesaikan tugas sekolah, guna membangun rasa tanggung jawab.
7. Diet Ketat untuk Anak
Tren parenting yang menerapkan diet dewasa, seperti keto atau rendah karbohidrat, pada anak semakin meningkat. Padahal, anak membutuhkan nutrisi seimbang untuk mendukung pertumbuhan otak dan tubuh.
Diet ketat dapat menyebabkan kekurangan vitamin, mineral, dan energi, yang esensial, serta memicu gangguan pola makan di masa depan. Pedoman dari ahli gizi menekankan pentingnya pola makan kaya sayuran, buah, protein, dan karbohidrat kompleks untuk anak. Orang tua disarankan berkonsultasi dengan ahli gizi sebelum mengubah pola makan anak.
8. Teknologi sebagai Pengasuh
Mengandalkan gadget untuk menghibur atau mengasuh anak menjadi tren pola asuh yang mengkhawatirkan. Meskipun teknologi dapat menjadi alat bantu, penggunaan berlebihan dapat mengganggu perkembangan sosial-emosional anak dan meningkatkan risiko kecanduan layar.
Studi menunjukkan bahwa interaksi langsung dengan orang tua adalah kunci untuk perkembangan bahasa dan empati. Orang tua perlu membatasi screen time sesuai usia anak—misalnya, tidak lebih dari satu jam per hari untuk anak di bawah lima tahun—dan memprioritaskan aktivitas seperti membaca bersama atau bermain di luar ruangan.