Fenomena 'Tiger Parenting' di Korea Selatan, Membentuk Anak Hebat atau Menambah Stres?
- Freepik
Lifestyle –Di tengah persaingan pendidikan yang ketat di Korea Selatan, fenomena Tiger Parenting menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Pola asuh ini, yang menekankan disiplin tinggi dan ekspektasi besar terhadap prestasi akademik anak, telah membentuk generasi siswa berprestasi, namun juga memicu debat tentang dampaknya pada kesehatan mental.
Istilah Tiger Parenting, yang dipopulerkan oleh Amy Chua melalui buku Battle Hymn of the Tiger Mother, menggambarkan pendekatan parenting yang tegas, di mana orang tua mengontrol hampir setiap aspek kehidupan anak untuk memastikan keberhasilan akademik dan profesional. Di Korea Selatan, budaya yang menghargai pendidikan dan kerja keras memperkuat praktik ini. Artikel ini menggali esensi Tiger Parenting, konteks budayanya di Korea Selatan, serta dampak positif dan negatifnya terhadap perkembangan anak.
Apa Itu Tiger Parenting?
Tiger Parenting adalah pola asuh yang ditandai dengan ekspektasi tinggi terhadap prestasi anak, disiplin ketat, dan pengawasan intensif terhadap aktivitas mereka. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini sering kali menetapkan standar akademik yang nyaris sempurna, mendorong anak untuk menghadiri les tambahan (hagwon), dan membatasi waktu bermain atau kegiatan non-akademik.
Pendekatan ini berakar pada keyakinan bahwa kesuksesan di masa depan bergantung pada kerja keras dan prestasi sejak dini. Dalam bukunya, Amy Chua menggambarkan bagaimana ia menerapkan aturan ketat, seperti melarang anaknya menonton televisi atau bermain video game, demi fokus pada pelajaran dan latihan musik. Di Korea Selatan, Tiger Parenting bukan sekadar gaya individu, tetapi mencerminkan norma budaya yang lebih luas.
Konteks Tiger Parenting di Korea Selatan
Korea Selatan dikenal dengan sistem pendidikannya yang sangat kompetitif, di mana ujian masuk universitas (Suneung) menjadi penentu masa depan siswa. Budaya Konfusianisme, yang menekankan pentingnya pendidikan, hormat kepada orang tua, dan kerja keras, memperkuat pola asuh ini.