Sering Makan Mi Instan Dua Porsi Sekaligus? Hati-hati Picu Masalah Kesehatan yang Serius

Ilustrasi mie
Sumber :
  • Freepik

LifestyleMi instan sudah menjadi bagian dari gaya hidup banyak orang Indonesia. Entah sebagai solusi saat tanggal tua, menu sahur, camilan malam, atau bahkan makanan pokok harian bagi sebagian orang. Rasanya yang gurih dan waktu penyajian yang super cepat membuat makanan ini digemari lintas usia.

Hasil Skrining Temukan Banyak Kasus Gula Darah Tinggi di Usia Muda, Dokter Ungkap Penyebabnya

Namun, satu hal yang sering luput dari perhatian adalah porsi. Banyak orang merasa satu bungkus mi instan tidak cukup mengenyangkan, dan akhirnya menambahkan satu bungkus lagi. Tapi, pernahkah kamu bertanya-tanya, apa dampaknya jika kebiasaan ini dilakukan terus-menerus?

Mari kita lihat data faktualnya. Rata-rata satu bungkus mi instan dengan bumbu lengkap mengandung 450–500 kalori, 15–20 gram lemak, dan 1.000 mg sodium. Ini karbohidrat sederhana tanpa serat signifikan.

Baru Makan Mi Tapi Masih Lapar, Kok Bisa? Ternyata Ini yang Terjadi di Tubuhmu!

Jika kamu makan dua bungkus sekaligus, maka asupanmu langsung melonjak menjadi 900–1.000 kalori,  2.000 mg sodium (setara batas harian WHO), Lemak dan karbohidrat dalam jumlah besar

Belum lagi jika kamu menambahkan topping seperti telur, sosis, atau bahkan makan mi dengan nasi, maka total kalori bisa tembus 1.200–1.400 kalori dalam sekali makan. Angka ini mendekati total kebutuhan kalori harian orang dewasa.

Padat Kalori, Miskin Gizi

Alasan Kenapa Mi Instan Enak Banget, Ternyata Ini Senjata Rahasianya

Mi instan memang mengenyangkan, tetapi secara gizi, ia termasuk dalam kategori kalori kosong yakni tinggi energi, tapi rendah kandungan mikronutrien penting seperti serat, vitamin A, B, dan C, zat besi, zink, dan magnesium serta protein berkualitas.

Artinya, tubuh mendapatkan banyak energi, tapi tidak mendapatkan ‘bahan bangunan’ penting untuk menjaga metabolisme, sistem imun, dan kesehatan organ.

Lonjakan Gula Darah Setelah Makan Mi Instan Dua Porsi

Mi instan umumnya terbuat dari tepung terigu yang diproses, dengan indeks glikemik (IG) tinggi. Ketika dikonsumsi dalam jumlah banyak, mi instan memicu lonjakan kadar gula darah secara drastis.

Menurut, profesor nutrisi dari Tufts University dan editor jurnal Circulation dari American Heart Association, Dr. Dariush Mozaffarian menyebut karbohidrat olahan seperti mi instan menyebabkan lonjakan kadar gula darah, yang kemudian turun drastis (crash), sehingga menimbulkan rasa lapar kembali dan mendorong makan berlebih.

Inilah alasan mengapa banyak orang merasa cepat lapar dan mengantuk setelah makan mi dua porsi. Tubuh dipaksa mengeluarkan insulin dalam jumlah besar untuk menyeimbangkan lonjakan gula, dan saat kadar gula turun terlalu cepat, muncullah rasa lemas, kantuk, hingga craving (ngidam) makanan manis.

Berat Badan Naik Drastis: Kombinasi Kalori dan Retensi Air

Selain lonjakan gula darah, konsumsi mi dua porsi secara rutin juga meningkatkan risiko penambahan berat badan karena:

1. Surplus kalori harian

Jika satu kali makan sudah mencapai 1.000 kalori lebih, maka sisa hari hanya menyisakan sedikit ruang untuk asupan lainnya sebelum terjadi kelebihan kalori yang disimpan sebagai lemak.

2. Retensi cairan

Sodium tinggi (sekitar 2.000 mg untuk dua porsi) menyebabkan tubuh menahan cairan lebih banyak, sehingga berat badan bisa naik semu dalam waktu singkat.

3. Minim rasa kenyang berkualitas

Karena minim serat dan protein, mi instan tidak memberikan rasa kenyang tahan lama. Hal ini mendorong konsumsi berlebih pada waktu makan berikutnya.

Menurut profesor nutrisi dan epidemiologi dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr. Frank B. Hu dalam publikasi resmi Harvard Nutrition Source menyebut konsumsi mi instan secara rutin dikaitkan dengan peningkatan risiko sindrom metabolic seperti obesitas perut, tekanan darah tinggi, dan gula darah tidak stabil terutama pada wanita.

Ini memperkuat bahwa kebiasaan makan mi instan dua porsi bisa menjadi pintu masuk ke gangguan metabolisme, bahkan jika dilakukan “hanya” beberapa kali dalam seminggu.

Masih Boleh Makan Mi Instan? Boleh, Asal…

Mi instan tidak harus dihindari sepenuhnya, tapi perlu dikonsumsi dengan lebih bijak:

  • Batasi konsumsi maksimal 1–2 kali seminggu.
  • Gunakan setengah bumbu atau hanya sebagian saja untuk mengurangi sodium.
  • Tambahkan sumber protein seperti telur rebus, ayam suwir, tahu, atau tempe.
  • Masukkan sayuran seperti bayam, wortel, tomat, atau jamur untuk menambah serat dan vitamin.
  • Rebus mi, buang air rebusan pertama, lalu masak kembali untuk mengurangi minyak dan zat aditif.

Alternatif Lebih Sehat: Mi Tak Harus Instan

Jika kamu suka makan mi, ada beberapa pilihan lebih sehat:

  • Mi gandum utuh: lebih tinggi serat dan indeks glikemiknya lebih rendah.
  • Mi shirataki: rendah kalori dan cocok untuk pengaturan berat badan.
  • Mi homemade dari tepung mocaf, telur, atau campuran sayur.
  • Bumbu alami seperti kecap rendah garam, minyak wijen, dan kaldu ayam homemade.

Kebiasaan makan dua bungkus mi instan mungkin terlihat sepele, tapi efeknya bisa besar terhadap kesehatan. Dari lonjakan gula darah yang tidak stabil, peningkatan berat badan, hingga gangguan metabolik dalam jangka panjang semuanya bermula dari satu keputusan: menambah satu bungkus lagi.

Dengan informasi yang tepat dan kesadaran akan kandungan gizinya, kamu tetap bisa menikmati mi tanpa harus mengorbankan kesehatan. Ingat, yang membuat kita tidak sehat bukan sekadar apa yang kita makan, tapi seberapa sering dan sebanyak apa kita mengonsumsinya.