Besok Idul Adha, Daging Kambing vs Daging Sapi Mana yang Lebih Aman untuk Kolesterolmu?

Ilustrasi daging kurban
Sumber :
  • Pixaby

Lifestyle –Setiap kali hari raya tiba, entah Idul Adha atau sekadar pesta keluarga hidangan daging selalu jadi primadona. Baunya yang menggoda dari dapur, sajian sate, gulai, atau sop daging membuat siapa pun sulit menolak. Tapi di balik kelezatannya, ada satu pertanyaan klasik yang kerap muncul, "Kebih aman mana, kambing atau sapi untuk kolesterolku?"

Habis Makan Daging Kurban? Coba 5 Minuman Ini untuk Turunkan Kolesterol Secara Alami

 

Sebagian orang langsung menghindari kambing karena dianggap lebih 'jahat' untuk tekanan darah dan kolesterol. Ada pula yang merasa daging sapi lebih berat dan berlemak. Di sisi lain, tak sedikit juga yang bingung karena informasi yang beredar simpang siur. Padahal, tak semua daging merah dibuat sama. Kandungan lemak, kolesterol, dan cara memasaknya punya dampak besar terhadap kesehatan, terutama jantung dan pembuluh darah.

Cara Sehat Makan Daging Kurban, Nikmati Hidangan Idul Adha Tanpa Khawatir Kolesterol

 

Lalu, mana yang sebenarnya lebih ramah bagi tubuh? Mari kita bedah fakta gizi dan pandangan ahli. Siapa tahu, setelah membaca ini, kamu tetap bisa menikmati hidangan Iduladha tanpa rasa bersalah. Pertama-tama mari kupas kandungan gizi dasar dari kedua daging tersebut.

Makan Daging Kurban Tanpa Takut Kolesterol? Bisa, Asal Ikuti 7 Cara Ini

 

Kandungan Gizi Dasar: Daging Kambing vs Sapi

Menurut data dari USDA (United States Department of Agriculture), inilah perbandingan kandungan gizi dalam 100 gram daging tanpa lemak:

 

Kandungan Daging Kambing Daging Sapi (lean)
Kalori 143 kkal 250 kkal
Lemak 3 gram 15 gram
Lemak jenuh 0.9 gram 6 gram
Kolesterol 75 mg 90 mg
Protein 27 gram 26 gram

 

Profesor nutrisi dan epidemiologi dari Tufts University, Dr. Dariush Mozaffarian menyatakan bahwa kandungan lemak jenuh dalam daging lebih berpengaruh terhadap kolesterol LDL (jahat) dibanding kolesterol dari makanan itu sendiri. Artinya, bukan hanya soal kolesterol, tapi lemak jenuh menjadi faktor utama dalam memicu gangguan pembuluh darah.

 

Lemak Jenuh dan Kolesterol di Sapi dan Kambing, Siapa Lebih Bersahabat untuk Jantung?

Daging kambing secara alami mengandung lebih sedikit lemak jenuh dibandingkan daging sapi. Lemak jenuh ini dikenal sebagai salah satu pemicu peningkatan kolesterol LDL, yang memperbesar risiko penyakit jantung koroner.

 

Melansir Mayo Clinic, konsumsi lemak jenuh yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri, meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung. Dalam hal ini, daging kambing lebih unggul secara gizi, asalkan dimasak dengan benar dan tanpa tambahan lemak berlebihan.

 

Profesor di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Dr. Frank Hu menekankan bahwa bukan hanya jenis dagingnya yang penting, tapi juga bagaimana cara memasaknya. Daging yang dibakar sampai gosong atau digoreng dalam minyak jenuh bisa meningkatkan risiko peradangan dan kolesterol tinggi.

 

Risiko Penyakit Jantung: Apakah Daging Kambing Lebih Berbahaya?

Mitos yang sering beredar di masyarakat menyebutkan bahwa daging kambing memicu hipertensi lebih cepat dibanding sapi. Namun faktanya, daging kambing justru mengandung natrium yang lebih rendah, yaitu sekitar 82 mg per 100 gram, dibandingkan daging sapi yang bisa mencapai 90–95 mg tergantung bagian dagingnya.

 

American Heart Association menyatakan bahwa konsumsi daging merah tetap bisa menjadi bagian dari pola makan sehat, selama dalam jumlah moderat dan memilih bagian yang rendah lemak. Jika seseorang punya riwayat kolesterol tinggi atau hipertensi, disarankan membatasi konsumsi daging merah menjadi tidak lebih dari 2–3 porsi kecil per minggu.

 

Dampak pada Asam Urat dan Kesehatan Sendi

Baik kambing maupun sapi sama-sama mengandung purin, senyawa alami yang dapat memicu produksi asam urat dalam tubuh. Namun, melansir laman Cleveland Clinic, daging kambing cenderung sedikit lebih tinggi kandungan purinnya dibanding sapi, terutama jika dimakan dalam jumlah banyak atau dimasak dengan jeroan.

 

Pakar reumatologi dari Cleveland Clinic, Dr. Scott Burg menegaskan bahwa penderita asam urat tidak perlu menghindari daging sepenuhnya, tapi penting untuk mengontrol porsi, menghindari jeroan, dan memperbanyak minum air putih setelah makan daging.

 

Cara Mengolah dan Porsi Aman: Kunci Menjaga Kolesterol Stabil

Cara memasak bisa menentukan apakah seporsi daging menjadi sahabat atau musuh bagi tubuh. Berikut beberapa tips dari para ahli:

 

  • Hindari menggoreng dengan minyak jenuh atau santan berlebihan.

  • Gunakan metode panggang, kukus, atau rebus agar lemak tidak berlebih.

  • Hindari membakar sampai gosong, karena senyawa karsinogenik bisa terbentuk.

  • Tambahkan bumbu sehat seperti bawang putih, kunyit, jahe, yang membantu menurunkan kolesterol.

 

Menurut pedoman dari World Health Organization (WHO), batas aman konsumsi daging merah adalah kurang dari 500 gram per minggu, terutama untuk mencegah penyakit jantung dan kanker kolorektal.

 

Profesor nutrisi dari Harvard, Dr. Walter Willett menjelaskan bahwa fokus utama bukan hanya pada jenis daging merah, tapi bagaimana seluruh pola makan kita terbentuk. Jika kamu rutin makan sayuran, buah, biji-bijian, dan olahraga, maka mengonsumsi daging merah sesekali bukanlah masalah besar.

 

Jika harus memilih, daging kambing cenderung lebih aman untuk kolesterol berkat kandungan lemak jenuh dan kalorinya yang lebih rendah. Namun, jika kamu penggemar sapi, pilih bagian seperti sirloin atau tenderloin yang lebih “lean”.

 

Jadi, dengan demikian antara daging kambing dan sapi, tidak ada yang sepenuhnya buruk atau sempurna. Keduanya punya manfaat dan risiko masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana kamu memilih, mengolah, dan membatasi porsinya.

 

Kambing unggul dalam hal lemak lebih rendah, sedangkan sapi bisa lebih rendah purin tergantung bagian dagingnya. Jika kamu mengutamakan kesehatan jantung dan menjaga kolesterol, daging kambing bisa jadi pilihan lebih ringan. Tapi bila kamu punya riwayat asam urat, pastikan kamu mengontrol porsinya.

 

Rayakan momen makan daging dengan bijak, seimbang, dan tetap peduli pada tubuhmu. Karena daging yang enak akan lebih nikmat jika tidak datang dengan tagihan ke dokter.