Tidur Cukup Tapi Tetap Lelah? Waspadai Sindrom Kelelahan Kronis
- Freepik
Lifestyle –Anda mungkin pernah mengalami situasi ini sudah tidur cukup 7–8 jam semalam, tetapi bangun pagi rasanya tubuh masih berat, pikiran lelah, dan energi seperti habis. Jika kondisi ini terus berulang, jangan buru-buru menyalahkan pola tidur atau stres semata. Bisa jadi, tubuh sedang memberi sinyal adanya kondisi serius yang disebut Sindrom Kelelahan Kronis (Chronic Fatigue Syndrome/CFS atau ME/CFS).
Sindrom Kelelahan Kronis adalah kondisi medis yang ditandai dengan rasa lelah ekstrem yang berlangsung lama, umumnya lebih dari enam bulan, dan tidak membaik meskipun sudah beristirahat cukup. Penyakit ini juga dikenal dengan nama Myalgic Encephalomyelitis (ME).
Berbeda dengan rasa lelah biasa setelah bekerja keras, kelelahan pada CFS bisa muncul bahkan setelah aktivitas ringan, seperti berjalan sebentar atau berpikir intens. Menurut data, kondisi ini lebih sering dialami oleh wanita dibanding pria, dan dapat menyerang pada usia produktif.
Gejala Utama yang Harus Diwaspadai
CFS bukan sekadar rasa capek biasa. Ada beberapa gejala khas yang membedakannya, di antaranya:
- Kelelahan berat yang membuat penderita kesulitan melakukan aktivitas harian dan jauh berkurang dibanding kondisi sebelum sakit.
- Post-Exertional Malaise (PEM), yaitu gejala yang memburuk setelah melakukan aktivitas fisik atau mental ringan. Misalnya, setelah berbelanja sebentar, tubuh terasa drop hingga berhari-hari.
- Gangguan tidur, seperti tidur tidak nyenyak, sering terbangun, atau bangun dengan tubuh tetap lelah.
- Masalah kognitif, sering disebut “otak kabur”, berupa kesulitan konsentrasi, memori menurun, atau sulit menemukan kata-kata saat berbicara.
- Gejala tambahan, seperti nyeri otot dan sendi, sakit kepala, nyeri tenggorokan, kelenjar bengkak, hingga gejala mirip flu yang tak kunjung hilang.
Gejala-gejala ini sering membuat penderita merasa hidupnya “terhenti” karena aktivitas sederhana pun bisa memicu kelelahan parah.
Mengapa Tidur Cukup Tetap Lelah?
Pertanyaan besar dari banyak pasien adalah mengapa istirahat tidak membantu? Jawabannya ada pada cara tubuh memproses energi.
Penelitian menunjukkan bahwa penderita CFS mengalami disfungsi pada sistem imun dan saraf, serta adanya peradangan kronis. Tubuh mereka kesulitan memulihkan energi meski sudah tidur. Akibatnya, tidur panjang tidak otomatis membuat tubuh segar kembali.
Kapan Harus Memeriksakan Diri ke Dokter?
Kelelahan yang berlangsung sesekali setelah kerja berat masih wajar. Tetapi bila Anda mengalami hal berikut, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter:
- Rasa lelah terus-menerus selama lebih dari 1–2 minggu tanpa sebab jelas.
- Kelelahan disertai gejala peringatan seperti nyeri dada, sesak napas, atau pusing berat.
- Gejala khas CFS, seperti kelelahan tak membaik meski istirahat, PEM, dan gangguan tidur, yang menetap hingga berbulan-bulan.
Mencatat gejala harian dapat membantu dokter menilai pola kelelahan dan kemungkinan CFS.
Penanganan dan Cara Mengelola
Hingga kini belum ada obat khusus untuk menyembuhkan CFS. Namun, ada beberapa strategi yang terbukti membantu penderita mengelola gejala:
- Pacing: mengatur aktivitas agar tidak memicu kelelahan parah. Prinsipnya adalah mengenali batas energi dan berhenti sebelum gejala memburuk.
- Gaya hidup sehat: menjaga pola makan seimbang, hidrasi cukup, serta mengelola stres.
- Perbaikan kualitas tidur: dengan rutinitas tidur yang konsisten, lingkungan kamar nyaman, dan menghindari kafein berlebih.
- Pengobatan suportif: dokter dapat meresepkan obat untuk mengatasi gejala tertentu, seperti nyeri otot atau insomnia.
- Dukungan psikologis: konseling atau terapi kognitif dapat membantu pasien menghadapi dampak emosional dari penyakit ini.
Pendekatan terbaik biasanya melibatkan tim multidisiplin, termasuk dokter spesialis penyakit dalam, neurologi, fisioterapis, dan psikolog.
Imunolog yang banyak meneliti CFS, Dr. James F. Jones menegaskan realitas penyakit ini. Dia menjelaskan bahwa vagi pasien, tidak ada keraguan bahwa penyakit ini nyata.
“Bagi dokter yang melihat para pasien ini, kesamaan di antara mereka memungkinkan identifikasi yang jelas akan sebuah penyakit klinis yang khas,” kata dia.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun belum ada tes laboratorium yang spesifik, pola gejala yang dialami pasien sudah cukup jelas bagi dokter untuk mengenali CFS sebagai penyakit yang serius.