Kenapa Banyak Orang Diam-Diam Muak dengan Kerjaannya dan Pilih Resign?
- Freepik
Lifestyle –Pernahkah kamu merasa malas setengah mati ketika membuka laptop untuk bekerja, atau mendadak kehilangan semangat walau gaji tetap mengalir? Tenang, kamu tidak sendirian. Banyak orang diam-diam muak dengan kerjaannya, meski di permukaan terlihat baik-baik saja.
Fenomena ini bukan sekadar rasa bosan sesaat, melainkan tanda bahwa ada masalah lebih dalam dalam hubungan kita dengan pekerjaan. Rasa muak ini sering dipendam. Orang enggan mengakuinya karena takut dianggap tidak bersyukur, malas, atau tidak profesional. Padahal, jika dibiarkan, hal ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental, kinerja, hingga keputusan besar seperti resign mendadak.
Artikel ini akan mengulas penyebab umum kenapa banyak orang merasa muak dengan pekerjaannya, menjelaskan fenomena boreout menurut psikolog organisasi Adam Grant, serta memberikan solusi praktis agar pekerjaan terasa lebih bermakna.
Apa Itu “Muak” dengan Pekerjaan?
Dalam konteks kerja, “muak” bukan sekadar bosan. Ia bisa berupa:
- Hilangnya motivasi meski tugas ringan.
- Perasaan pekerjaan tidak ada artinya.
- Energi mental terkuras hanya dengan memikirkan kantor.
- Diam-diam iri pada orang lain yang terlihat bahagia dengan pekerjaannya.
Fenomena ini mirip dengan boreout, kebalikan dari burnout. Kalau burnout disebabkan pekerjaan yang terlalu berat, boreout muncul karena pekerjaan terlalu monoton, minim tantangan, atau kehilangan makna.
Penyebab Utama Rasa Muak dengan Pekerjaan
- Pekerjaan monoton tanpa tantangan
Rutinitas yang sama setiap hari membuat otak kurang terstimulasi. Akibatnya, kerja jadi terasa hambar. - Pekerjaan tidak bermakna
Saat seseorang merasa pekerjaannya tidak punya dampak, motivasi akan cepat turun. - Kurangnya peluang berkembang
Tidak ada promosi, pelatihan, atau skill baru membuat pekerja merasa terjebak. - Ekspektasi vs realita
Banyak orang masuk kerja dengan harapan besar, tapi kenyataannya jauh berbeda. - Beban kerja yang kabur
Tugas tidak jelas atau target selalu berubah bisa membuat frustrasi. - Kurang dukungan dari atasan atau tim
Lingkungan kerja yang dingin, tidak suportif, atau bahkan toxic mempercepat rasa muak. - Kompensasi dan apresiasi minim
Gaji yang tidak sepadan dengan usaha atau jarang mendapat pengakuan bisa menurunkan semangat kerja.
Profesor psikologi organisasi di Wharton School, Adam Grant bahwa menjelaskan bahwa boreout adalah kondisi berlawanan dari burnout.
Ia mengatakan bahwa ketika kamu burnout, kamu kewalahan dan kelebihan beban. Tapi kalau boreout, kamu justru kekurangan stimulasi.
Menurut Grant, boreout muncul ketika pekerjaan tidak memberi ruang untuk pertumbuhan, terasa tidak menantang, atau bahkan tidak ada makna yang dirasakan pekerja. Hasilnya? Orang kehilangan semangat, lebih mudah terdistraksi, dan akhirnya muak.
Fenomena ini makin sering terjadi di era modern, terutama di pekerjaan yang repetitif atau dalam sistem kerja hybrid/remote yang minim interaksi sosial.
Dampak Rasa Muak terhadap Hidup dan Karier
1. Psikologis:
- Stres berkepanjangan.
- Rasa cemas atau depresi ringan.
- Hilangnya antusiasme hidup
2. Kinerja kerja:
- Produktivitas menurun.
- Kualitas kerja menurun.
- Sering menunda tugas (procrastination).
3. Jangka panjang:
- Keputusan resign mendadak.
- Hubungan kerja rusak.
- Masalah kesehatan fisik (misalnya sakit kepala, sulit tidur, cepat lelah).
Studi juga menunjukkan hubungan antara ketidakpuasan kerja dengan kesehatan mental. Penelitian oleh Qiu dkk. (2021) menemukan bahwa ketidakpuasan kerja menjadi mediator antara stres kerja dan gangguan mental. Artinya, semakin tidak puas seseorang dengan pekerjaannya, semakin besar dampaknya pada kesehatan mentalnya.
Cara Mengatasi & Mencegah Rasa Muak dengan Pekerjaan
Bagi individu:
- Cari tantangan baru. Ikut proyek tambahan atau pelajari skill yang relevan.
- Refleksi makna kerja. Ingat kembali kontribusi kecil dari pekerjaanmu.
- Komunikasi dengan atasan. Jangan ragu meminta feedback atau peluang belajar baru.
- Jaga keseimbangan hidup. Luangkan waktu untuk hobi, olahraga, dan istirahat cukup.
- Gunakan teknik 20-20-20. Setiap 20 menit, alihkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki selama 20 detik, terutama jika bekerja di depan layar.
Bagi organisasi:
- Mendesain ulang pekerjaan agar lebih variatif.
- Menekankan visi besar agar karyawan merasa pekerjaannya bermakna.
- Memberikan pelatihan dan jenjang karier yang jelas.
- Membangun budaya apresiasi.
- Atasan aktif mendeteksi tanda disengagement dan memberi solusi sebelum terlambat.