Kenapa Ibu Rumah Tangga Rentan Alami Emotional Burnout?
- Freepik
Tanda-Tanda Emotional Burnout yang Sering Terabaikan
Emotional burnout pada ibu rumah tangga tidak selalu muncul dalam bentuk tangisan atau ledakan emosi. Justru, yang paling mengkhawatirkan adalah tanda-tanda halus yang sering disalahartikan sebagai "hal biasa." Inilah yang membuat banyak ibu rumah tangga menjalani hari-hari mereka dalam kelelahan emosional tanpa menyadarinya, hingga akhirnya tubuh dan mental mereka memberi sinyal dengan cara yang lebih serius.
- Merasa Hampa Meski Hari Terasa Penuh
Setiap jam dalam sehari dipenuhi kegiatan: mengurus anak, memasak, mencuci, menjemput sekolah, mengatur keuangan, hingga menemani belajar. Tapi di malam hari, rasa kosong datang begitu saja. Tidak ada rasa puas, tidak ada rasa "cukup". Ini adalah tanda bahwa tubuh bergerak, tapi hati dan pikiran sudah kehabisan bahan bakar. - Sulit Tidur, atau Justru Ingin Tidur Sepanjang Hari
Kelelahan seharusnya membuat tidur nyenyak. Tapi ibu yang mengalami burnout sering mengalami overthinking di malam hari. Pikiran tidak berhenti bekerja, bahkan ketika tubuh sudah rebah. Sebaliknya, ada juga yang merasa ingin tidur terus, sebagai bentuk pelarian dari realitas yang melelahkan. - Sering Marah untuk Hal-Hal Sepele
Ketika segelas air tumpah atau anak menangis lebih lama dari biasanya, emosi bisa tiba-tiba meledak. Bukan karena hal itu benar-benar mengganggu, tetapi karena kesabaran telah menipis jauh sebelum peristiwa kecil itu terjadi. Ini adalah tanda bahwa kapasitas emosi sudah terlalu penuh dan tak sempat dikosongkan. - Menjauh dari Orang yang Disayangi
Ironisnya, burnout membuat ibu menjauh dari orang-orang yang paling ia cintai—anak dan pasangan. Bukan karena kehilangan kasih, tapi karena sudah terlalu lelah untuk hadir sepenuhnya. Ibu menjadi mudah tersinggung, enggan bercerita, bahkan memilih diam dalam kebersamaan. Ini bukan bentuk penolakan, tapi sinyal bahwa ia sedang kewalahan secara batin. - Kehilangan Diri Sendiri
Pertanyaan seperti “Aku ini siapa selain seorang ibu?” mulai muncul. Hal-hal yang dulu memberi semangat—hobi, teman, impian—seolah menguap. Identitas pribadi terbenam dalam lautan rutinitas. Rasa kehilangan jati diri inilah yang sering menjadi akar depresi jangka panjang jika tak ditangani. - Merasa Bersalah Saat Ingin Waktu Sendiri
Ketika ingin menonton film sendirian, jalan-jalan sebentar, atau sekadar menikmati kopi dalam diam—rasa bersalah langsung muncul. Seolah waktu untuk diri sendiri adalah bentuk egois. Padahal justru itulah yang dibutuhkan untuk tetap waras dan bisa terus memberi. - Mengalami Gejala Fisik yang Tak Bisa Dijelaskan
Burnout tidak hanya menyerang pikiran, tapi juga tubuh. Ibu bisa merasa nyeri kepala berulang, nyeri otot, gangguan pencernaan, atau mudah jatuh sakit tanpa sebab yang jelas. Ini adalah cara tubuh berkata: “Aku tidak baik-baik saja.” - Menangis Diam-Diam Tanpa Alasan Jelas
Menangis di kamar mandi, saat anak tidur, atau bahkan di tengah malam tanpa sebab yang bisa diungkapkan. Air mata menjadi satu-satunya saluran emosi yang tak sempat diurai dengan kata-kata. Ini bukan kelemahan—ini adalah seruan yang sering tak terdengar.
Kenapa Sering Terabaikan?
Karena masyarakat sudah terbiasa melihat ibu rumah tangga sebagai “pilar tangguh”. Ketika mereka bicara soal lelah, sering dianggap berlebihan. Ketika mereka diam, disangka semuanya baik-baik saja. Padahal justru diam itulah yang paling perlu diwaspadai.
Psikolog asal Inggris, Dr. Emma Hepburn, mengatakan dalam salah satu artikelnya mengungkap bahwa burnout pada perempuan sering kali tidak terlihat dramatis—ia tidak selalu tampak seperti kehancuran, tapi lebih seperti pengikisan lambat dari siapa diri mereka sebenarnya.