Kenapa Siklus Haid Jadi Tidak Teratur Setelah Melahirkan? Ini Penjelasan Medisnya yang Jarang Dibahas
- Pixaby
Walau siklus haid tidak teratur setelah melahirkan bisa dianggap wajar, ada beberapa tanda yang patut diwaspadai. Jika kamu mengalami perdarahan sangat deras hingga harus mengganti pembalut tiap jam, nyeri hebat yang tidak bisa ditahan, atau haid tidak juga kembali setelah setahun berhenti menyusui, sebaiknya segera periksa ke dokter. Begitu pula jika haid disertai bau tidak sedap atau gumpalan besar yang tidak biasa.
Kondisi seperti gangguan tiroid, polip rahim, endometriosis, hingga sindrom Asherman (jaringan parut di rahim setelah persalinan atau kuret) bisa menyebabkan haid menjadi tidak normal pasca melahirkan. Pemeriksaan lebih lanjut akan membantu memastikan apakah tubuh sedang mengalami gangguan medis atau hanya penyesuaian pasca kehamilan.
Mengatur Pola Hidup untuk Menstabilkan Siklus
Setelah tubuh mulai pulih dari proses persalinan, menjaga gaya hidup sehat sangat penting untuk membantu menstabilkan siklus haid. Konsumsi makanan bernutrisi, tidur cukup, olahraga ringan, serta mengelola stres akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan hormon.
Banyak ibu baru yang kurang tidur, mengalami stres karena adaptasi dengan bayi, atau tidak sempat mengatur pola makan dengan baik. Semua ini bisa menjadi pemicu tambahan yang membuat haid makin tidak teratur. Maka penting bagi ibu untuk tetap menjaga kesehatan fisik dan mental, meski tantangan di masa awal menjadi ibu tidaklah mudah.
Siklus haid yang tidak teratur setelah melahirkan adalah sesuatu yang umum dan sebagian besar tidak berbahaya. Tubuh butuh waktu untuk beradaptasi kembali setelah mengalami perubahan besar selama kehamilan dan menyusui. Namun, jika kamu merasa ada yang tidak biasa atau gejalanya mengganggu aktivitas harian, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke tenaga medis.
Yang terpenting adalah memahami bahwa setiap tubuh punya ritme penyembuhan dan penyesuaian yang berbeda. Tidak ada “normal” yang mutlak untuk semua wanita. Dengan mengenal tubuh sendiri dan memperhatikan setiap sinyal yang diberikan, kamu bisa menjaga kesehatan reproduksi dengan lebih baik—mulai dari fase pascamelahirkan hingga seterusnya.