Konsumsi Obat Pereda Nyeri Kepala Terus-menerus Bisa Bikin Masalah pada Ginjal?

Ilustrasi ginjal
Sumber :
  • Pixaby

LifestyleGagal ginjal adalah kondisi ketika fungsi ginjal menurun drastis atau bahkan berhenti total, sehingga tidak mampu lagi menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah. Ginjal merupakan organ vital yang bekerja 24 jam sehari menyaring sekitar 50 galon darah dan menghasilkan sekitar 1-2 liter urin per hari. Jika organ ini rusak, maka racun bisa menumpuk dalam tubuh dan memicu komplikasi serius bahkan kematian jika tidak ditangani.

Salah Kaprah, 70 Persen Luka di Kaki yang Tak Kunjung Sembuh Ternyata Bukan Diabetes

Gagal ginjal terbagi menjadi dua jenis utama:

  • Gagal ginjal akut: Terjadi secara tiba-tiba, bisa disebabkan oleh infeksi, kehilangan darah besar, atau efek obat-obatan tertentu.
  • Gagal ginjal kronis: Terjadi secara perlahan dan bertahap akibat kerusakan ginjal jangka panjang, biasanya terkait penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi.

Sementara itu di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2018 tercatat 3,8 persen masyarakat Indonesia menderita penyakit ginjal kronis, dengan angka kematian mencapai 42 ribu jiwa per tahun. Sementara itu, menurut data BPJS Kesehatan, lebih dari 134 ribu pasien menjalani prosedur hemodialisis (cuci darah) pada tahun 2024, dengan total pembiayaan lebih dari Rp11 triliun. Angka ini menunjukkan beban penyakit ginjal yang sangat besar, baik secara klinis maupun finansial.

Penyebab Gagal Ginjal

Cuma dari Golongan Darah, Kamu Bisa Tahu Risiko Penyakit Berbahaya Ini!

Banyak orang tidak menyadari bahwa kebiasaan sehari-hari seperti konsumsi obat sakit kepala secara terus-menerus bisa merusak ginjal. Spesialis Urologi dari RSU Bunda Jakarta, dr. Sigit Sholichin, Sp.U, FICRS, mengungkapkan bahwa salah satu pasiennya yang berusia 28 tahun mengalami gagal ginjal akibat terlalu sering minum obat penghilang rasa sakit.

“Jadi ada satu pasien gagal ginjal usia 28 tahun. Ternyata dia ada satu keluhan nyeri kepala kronik. Dia mengonsumsi obat-obat untuk menghilangkan nyeri kepala. Pada akhirnya membuat ginjalnya rusak,” kata dr. Sigit.

9 Tanda Diabetes yang Bisa Terlihat di Kulitmu, Nomor 5 Sering Diabaikan!

Diungkap dr. Sigit konsumsi obat penahan sakit sendiri tidak boleh dikonsumsi dalam jangka panjang tanpa pengawasan dokter. Jangka panjang yang dimaksudkan dr. Sigit adalah dua minggu berturut-turut.

“Sebetulnya obat penahan sakit tidak boleh diminum dua minggu berturut-turut. Itu kan hanya symptomatis saja yang lebih penting (cari tau) kenapa nyeri kepala kok tidak hilang-hilang. Kalau sudah minum (obat penghilang nyeri kepala) dua hari tidak hilang, mesti dicari tahu (penyebab sakit kepalanya),” jelas dr. Sigit.

Untuk informasi, obat anti-nyeri, terutama dari golongan NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) seperti ibuprofen atau diklofenak, dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal dan dalam jangka panjang merusak nefron, unit penyaring dalam ginjal.

Penyebab Gagal Ginjal Lainnya

Selain konsumsi obat sembarangan, berikut penyebab umum gagal ginjal:

  • Diabetes melitus: Penyebab utama gagal ginjal kronis di seluruh dunia.
  • Hipertensi: Tekanan darah tinggi menyebabkan pembuluh darah ginjal rusak.
  • Infeksi ginjal (pielonefritis kronis): Dapat merusak jaringan ginjal secara bertahap.
  • Batu ginjal atau obstruksi saluran kemih: Menyebabkan tekanan balik dan kerusakan ginjal.
  • Glomerulonefritis: Peradangan unit penyaring ginjal.
  • Penyakit autoimun seperti lupus.

Pengobatan Gagal Ginjal

Pengobatan gagal ginjal sangat bergantung pada stadium dan penyebabnya. Berikut tiga metode utama:

1. Obat-obatan

Pada tahap awal, dokter biasanya meresepkan obat untuk:

  • Menurunkan tekanan darah
  • Mengontrol kadar gula darah
  • Mengurangi peradangan
  • Menangani komplikasi seperti anemia dan kelebihan kalium

Namun, jika kerusakan ginjal sudah parah, pengobatan medikamentosa saja tidak cukup.

2. Dialisis (Cuci Darah)

Dialisis adalah proses menggantikan fungsi ginjal secara buatan untuk menyaring limbah dan kelebihan cairan dalam darah. Ada dua jenis utama:

  • Hemodialisis: Dilakukan di rumah sakit menggunakan mesin.
  • Dialisis peritoneal (CAPD): Menggunakan selaput perut pasien sendiri sebagai filter.

Meskipun menyelamatkan nyawa, dialisis membutuhkan komitmen seumur hidup dan bisa menimbulkan efek samping seperti infeksi, kelelahan, dan ketergantungan mesin.

Transplantasi Ginjal: Harapan Baru yang Menyelamatkan

Berkaca dari tingginya angka pasien cuci darah, transplantasi ginjal dinilai sebagai pilihan terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Tidak hanya mengurangi biaya jangka panjang, transplantasi juga membebaskan pasien dari ketergantungan pada prosedur dialisis mingguan.

Sebagai respons terhadap prioritas nasional dalam layanan ini, PT Bundamedik Tbk (BMHS) melalui RSU Bunda Jakarta memperkuat layanan transplantasi ginjal yang didukung teknologi bedah terkini dan tim multidisiplin. Ketua Tim Transplantasi Ginjal RSU Bunda Jakarta sekaligus Ketua Perkumpulan Transplantasi Indonesia, Dr. dr. Maruhum Bonar Hasiholan Marbun, SpPD-KGH, menjelaskan bahwa transplantasi ginjal memberi harapan baru untuk hidup yang lebih berkualitas, meminimalisir perawatan jangka panjang, serta meningkatkan angka harapan hidup pasien.

"Dalam satu tahun terakhir, RSU Bunda Jakarta telah melakukan 6 prosedur transplantasi ginjal dengan tingkat keberhasilan 100 persen, suatu capaian yang sangat menggembirakan," kata dia.

Tim medis yang terlibat dalam layanan ini sangat berpengalaman dan terdiri dari lintas spesialisasi, seperti Dr. dr. Maruhum Bonar Hasiholan Marbun, SpPD-KGH – Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Ginjal-Hipertensi,  dr. Vidhia Umami, SpPD-KGH – Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Ginjal-Hipertensi, Prof. dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D – Spesialis Urologi Konsultan Urologi-Andrologi, Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U(K), FICRS, Ph.D – Spesialis Urologi Konsultan Uro-Onkologi serta dr. Sigit Sholichin, Sp.U, FICRS – Spesialis Urologi

Transplantasi ginjal di RSU Bunda tidak hanya fokus pada tindakan operatif, tetapi juga mencakup pendekatan holistic, dari skrining donor, evaluasi kesehatan penerima, hingga pemantauan pasca operasi.

Kapan Transplantasi Ginjal Diperlukan?

Transplantasi ginjal menjadi opsi ketika:

  • Fungsi ginjal menurun hingga <15 persen (stadium 5)
  • Pasien tidak merespon pengobatan konservatif
  • Cuci darah sudah tidak lagi memberikan kualitas hidup yang baik

Namun, transplantasi tetap memerlukan seleksi ketat, termasuk kecocokan donor dan kesiapan fisik-psikologis pasien.