Kehilangan Pekerjaan di Tengah Ketidakpastian, Ini Cara Menyembuhkan Luka Batin Akibat PHK
Lifestyle –Pemutusan Hubungan Kerja, atau yang kita kenal sebagai PHK, sering kali terdengar sebagai istilah administratif. Tapi bagi yang mengalaminya langsung, PHK bukan sekadar kehilangan pekerjaan, melainkan kehilangan arah, makna, bahkan harga diri.
Reaksi awal bisa bermacam-macam mulai dari kaget, marah, malu, merasa gagal, atau bahkan kosong. Beberapa orang bisa bangkit dengan cepat, tapi tak sedikit pula yang butuh waktu lama untuk pulih, terutama secara emosional. Artikel ini ditulis untuk kamu yang mungkin sedang mengalami fase itu. Kami ingin bilang perasaanmu valid, dan luka batin akibat PHK bisa dipulihkan dengan waktu, perhatian, dan empati terhadap diri sendiri.
Pernahkah kamu bertanya kenapa kehilangan pekerjaan terasa sangat menyakitkan, bahkan lebih dari kehilangan uang? Karena bagi banyak orang, pekerjaan bukan hanya soal mencari nafkah, tapi juga soal identitas diri. Profesor psikologi dari Boston College, Dr. David Blustein menyebut pekerjaan memberi kita struktur, rasa aman, koneksi sosial, hingga makna hidup.
“Pekerjaan menjadi bagian dari siapa kita di mata orang lain—dan di mata kita sendiri,” jelasnya dalam jurnal The Psychology of Working.
Jadi, ketika kita di-PHK, rasa kehilangan itu bukan cuma karena kita tak lagi menerima gaji. Tapi juga karena kita merasa kehilangan jati diri. Bahkan sebagian orang merasa 'tidak berguna' setelah kehilangan peran yang biasa ia pegang setiap hari.
Kenapa PHK Bisa Begitu Menyentuh Sisi Terdalam Kita?
Menurut psikolog Harvard dan penulis buku Emotional Agility, Dr. Susan David pekerjaan adalah pilar utama dalam hidup dewasa, setara dengan hubungan dan kesehatan. Maka ketika pekerjaan itu hilang, dunia kita bisa seakan runtuh.
“Kita kehilangan rutinitas, makna, dan status. Ketika struktur itu hilang tiba-tiba, muncul rasa takut dan kehilangan arah,” ujar Susan dalam wawancaranya dengan Harvard Business Review.
PHK bisa jadi semacam trauma kecil (micro trauma), apalagi jika datang mendadak tanpa persiapan, atau disampaikan secara tidak manusiawi. Bahkan setelah PHK, rasa malu kerap menghantui seperti pikiran 'bagaimana menjelaskan ke keluarga? Apa yang akan dikatakan teman-teman?' Semua ini membuat luka batin semakin dalam.
Tahapan Emosi Setelah PHK, Mirip Proses Berduka
PHK bisa memicu emosi yang mirip dengan kehilangan orang tersayang. Berikut tahapan yang umum terjadi:
Penolakan – “Aku nggak percaya ini terjadi.”
Marah – “Kenapa aku? Kenapa bukan orang lain?”
Sedih dan putus asa – “Aku gagal. Aku nggak punya masa depan.”
Penerimaan – “Ini memang sulit, tapi aku akan mencari jalan baru.”
Perlu diingat bahwa tidak semua orang melewati tahapan ini secara berurutan. Beberapa bisa lompat dari marah ke penerimaan, lalu kembali ke sedih. Dan itu wajar. Menurut pakar riset tentang kerentanan dan rasa malu, Dr. Brené Brown kunci dari pemulihan emosional adalah mengizinkan diri untuk merasa, tanpa menghakimi perasaan itu sendiri.
Cara Menyembuhkan Luka Batin Akibat PHK
Lalu bagaimana menyembuhkan luka emosional setelah kehilangan pekerjaan? Berikut langkah-langkah yang bisa kamu coba:
1. Validasi dan Izinkan Diri untuk Merasa
Jangan buru-buru menyuruh diri sendiri untuk 'move on'. Rasakan dulu semua emosi yang datang. Marah, sedih, takut, kecewa, itu semuanya valid.
Menurut American Psychological Association (APA), penyangkalan terhadap emosi negatif justru memperpanjang stres. Jadi tak apa jika kamu ingin menangis atau menghabiskan beberapa hari tanpa produktivitas. Itu adalah bagian dari penyembuhan.
2. Pisahkan Identitas Diri dari Pekerjaan
Kamu adalah lebih dari sekadar jabatan atau nama perusahaan tempatmu dulu bekerja. Kamu adalah pribadi dengan kemampuan, nilai, dan pengalaman yang tak bisa dihapus oleh satu surat PHK.
Mulailah menulis jurnal tentang siapa dirimu di luar pekerjaan bisa terkait apa yang kamu sukai, apa yang kamu perjuangkan, siapa yang kamu cintai. Ini adalah cara sederhana untuk membangun ulang identitasmu dengan lebih sehat dan utuh.
3. Bangun Rutinitas Baru, Sekecil Apa Pun Itu
Kehilangan pekerjaan bisa membuat hidup terasa hampa karena tak ada struktur. Maka penting untuk membangun rutinitas baru, walaupun kecil. Misalnya, bangun di jam yang sama, olahraga ringan, membuat kopi pagi, atau menulis jurnal malam.
Rutinitas akan membantu otakmu merasa aman, dan itu sangat penting di tengah ketidakpastian.
4. Dapatkan Dukungan Sosial
Kamu tidak perlu menghadapi semua ini sendirian. Bicaralah dengan pasangan, teman, mentor, atau komunitas yang kamu percaya. Kadang hanya dengan mendengar 'kamu nggak sendiri, perasaan kita bisa membaik.
Jika kamu merasa malu untuk cerita, ingatlah bahwa semakin kamu menyembunyikan luka, semakin lama ia sembuh.
5. Konsultasi ke Profesional Bila Perlu
Jika perasaan sedih, putus asa, atau kecemasanmu tidak kunjung reda dalam 2–4 minggu, ada baiknya mencari bantuan profesional. Psikolog atau konselor bisa membantumu mengenali pola pikir negatif dan membangun ulang kepercayaan diri.
Banyak platform konseling online kini tersedia, sehingga kamu bisa mengakses bantuan dari rumah.
6. Pelan-Pelan Bangun Kembali Kepercayaan Diri
Setelah di-PHK, rasa percaya diri biasanya ikut jatuh. Tapi bukan berarti hilang. Coba ingat kembali pencapaianmu selama ini. Apa yang pernah kamu selesaikan dengan baik? Apa kekuatanmu? Kamu juga bisa ikut pelatihan online, menulis blog, atau mengembangkan skill baru. Merasakan kemajuan, sekecil apa pun, bisa menjadi bahan bakar mental yang sangat penting.
PHK bisa terasa seperti pukulan telak. Tapi bukan berarti akhir dari segalanya. Identitasmu tidak ditentukan oleh status pekerjaanmu. Dan luka batin ini, sekuat apa pun rasanya sekarang, bisa pulih, asal kamu memberi ruang dan waktu untuk menyembuhkannya.
Jangan bandingkan ritme pemulihanmu dengan orang lain. Setiap orang punya waktu dan cara berbeda untuk bangkit. Yang penting: kamu tetap berjalan, satu langkah kecil demi satu langkah kecil.
Ingat, kamu lebih kuat dari yang kamu kira. Di luar sana, hidup yang baru sedang menunggumu dengan peluang, makna, dan versi dirimu yang lebih utuh dari sebelumnya.