Kenapa Gampang Emosi hingga Ngamuk Saat Tersenggol di KRL Saat Jam Pulang Kantor? Ini Penjelasan Ilmiahnya
- Pixaby
Artinya, setelah seharian bekerja dan terus-menerus menahan emosi, membuat keputusan, serta berinteraksi sosial, otak kita kehabisan energi untuk mengatur emosi. Akibatnya, hal kecil seperti tersenggol di dalam kereta bisa terasa sangat mengganggu. Inilah yang disebut ego depletion, yaitu kelelahan mental yang membuat kita lebih mudah marah atau kesal, meski untuk hal sepele.
Studi Baumeister menunjukkan bahwa setelah aktivitas kognitif yang intens, kemampuan seseorang untuk mengendalikan amarah atau impuls menurun drastis. Inilah sebabnya mengapa dalam kondisi seperti commuting setelah kerja, emosi kecil bisa meledak besar karena emotional reserve kita sudah kosong.
Overstimulasi di Lingkungan Padat
Menurut teori sensory overload, otak manusia hanya bisa memproses sejumlah rangsangan dalam satu waktu. Ketika berada di lingkungan padat seperti transportasi umum, kita diserbu oleh suara keras, kontak fisik tak diinginkan, bau menyengat, serta informasi visual yang padat.
Kondisi ini mengaktifkan sistem saraf simpatik, memicu reaksi stres meskipun tidak ada ancaman nyata. Akibatnya, tubuh masuk ke mode siaga tinggi (hyperarousal), sehingga seseorang jadi mudah tersinggung, gugup, atau agresif.
“Keramaian memperkuat respons stres kita, apalagi ketika kita kehilangan kendali atas ruang pribadi,” kata Psikolog Lingkungan dari City University of New York, Dr. Arline L. Bronzaft.
Dr. Bronzaft meneliti dampak lingkungan bising dan padat terhadap psikologi manusia. Menurutnya, saat berada di transportasi umum yang sesak, tubuh kita terus-menerus menerima rangsangan seperti suara keras, bau, dorongan, hingga tatapan orang lain. Semua ini membuat sistem saraf jadi ‘kewalahan’. Tubuh pun masuk dalam kondisi waspada tinggi, yang membuat kita lebih mudah marah atau cemas, walaupun tidak ada ancaman nyata.