5 Kebiasaan Buruk Orang Tua yang Tanpa Sadar Ditiru Anak

Ilustrasi anak adu argumen dengan orang tua
Sumber :
  • Freepik

LifestyleAnak belajar lebih banyak dari contoh nyata daripada dari nasihat lisan. Ketika orang tua menjadi sosok paling dekat dan paling sering dilihat, setiap sikap baik maupun buruk mudah terekam dan ditiru oleh anak.

Tips Efektif Mengatasi Anak Pemalu agar Lebih Percaya Diri Bertemu Orang Baru

Itulah mengapa pola asuh bukan hanya soal memberi makan, mendidik sekolah, atau mengatur jadwal tetapi juga  menjadi teladan. Sayangnya, kebiasaan negatif sering muncul tanpa disadari: percakapan kasar, ledakan emosi, ketergantungan pada gadget, janji yang tidak ditepati, dan kecenderungan menunda pekerjaan.

Apabila dibiarkan, perilaku ini bisa membentuk sikap anak yang kurang empati, impulsif, kurang bertanggung jawab, atau tidak disiplin. Berikut lima kebiasaan buruk orang tua dan tanpa disadari juga ditiru oleh anak yang berdampak terhadap tumbuh kembang. 

1. Berbicara Kasar

5 Investasi Jadul Favorit Orang Tua Zaman Dulu untuk Jaga Harta, Nomor 3 Jadi Primadona Sampai Sekarang

Kata-kata menyakitkan dari orang tua seringkali dianggap anak sebagai hal yang normal. Ucapan merendahkan, hinaan, atau ejekan, meski terlontar sekadar marah sesaat, dapat menurunkan rasa percaya diri anak dan mengajari mereka bahwa menyakiti orang lain adalah cara untuk menegaskan diri.

Untuk mencegahnya, orang tua perlu sadar bahasa yang dipakai atau mengganti kata kasar dengan kalimat tegas namun penuh rasa hormat. Komunikasi positif menumbuhkan empati dan keterampilan sosial pada anak.

2. Mudah Marah

Pola Asuh yang Tepat Agar Anak Tetap Rendah Hati dan Tidak Egois

Melihat orang tua meledak emosi membuat anak belajar mengekspresikan frustrasi dengan cara yang sama. Kebiasaan ini meningkatkan risiko anak bersikap agresif atau cepat terpancing konflik di sekolah dan lingkungan.

Solusinya bukan menekan emosi, melainkan menunjukkan teknik pengelolaan emosi: tarik napas dalam, istirahat sejenak, dan berbicara menenangkan. Menjelaskan proses pengendalian emosi kepada anak saat suasana tenang juga membantu mereka meniru perilaku sehat tersebut.

3. Bermain Gadget Berlebihan

Ketika gadget menjadi prioritas dalam interaksi keluarga, anak menangkap pesan bahwa layar lebih penting daripada kehadiran emosional. Dampaknya bisa berupa keterlambatan kemampuan bahasa, kurangnya perhatian terhadap orang lain, dan kecenderungan mencari kepuasan instan.

Terapkan aturan keluarga seperti “no-phone dinner” atau waktu khusus tanpa layar. Berikan contoh penggunaan gadget yang produktif, misalnya membaca berita atau belajar bersama bukan malah scrolling tanpa tujuan.

4. Tidak Menepati Janji

Janji yang sering dilanggar mengajarkan anak bahwa komitmen tidak penting. Hal ini merusak kepercayaan dan menurunkan integritas sebagai nilai yang ditiru.

Untuk memperbaiki, kurangi membuat janji yang tidak pasti. Apabila terpaksa menunda, jelaskan alasan secara jujur dan tawarkan alternatif konkret guna membentuk kebiasaan dapat diandalkan pada anak.

5. Menunda atau Bermalas-malasan

Kebiasaan menunda pekerjaan di depan anak meng-normalisasi perilaku malas dan melemahkan rasa tanggung jawab. Anak yang terbiasa melihat orang tua menunda tugas cenderung meniru, sehingga berdampak pada prestasi akademis dan kemandirian. 

Orang tua sebaiknya menunjukkan manajemen waktu dengan membuat rutinitas harian atau membagi tugas besar menjadi bagian kecil. Ayah dan ibu juga bisa melibatkan anak dalam menyelesaikan tugas rumah secara konsisten sehingga mereka belajar disiplin dari tindakan nyata.

Teladan orang tua membentuk fondasi karakter anak. Mengidentifikasi dan memperbaiki kebiasaan buruk bukan hanya untuk kebaikan diri sendiri, tetapi investasi jangka panjang bagi perkembangan anak. Mulailah dari kesadaran kecil karena perubahan sederhana yang konsisten akan menghasilkan dampak besar bagi masa depan si kecil.