Ukuran Rumah dan Lama Waktu Perjalanan ke Kantor Sebabkan Gangguan Tidur hingga Kematian
- Freepik
Untuk menggali lebih jauh hubungan ini, tim peneliti yang dipimpin Profesor Daisuke Matsushita dari Osaka Metropolitan University’s Graduate School of Human Life and Ecology meneliti apakah waktu perjalanan dan ukuran rumah bisa memprediksi risiko insomnia serta kantuk di siang hari.
Mereka meminta pekerja berusia 40–59 tahun di Tokyo untuk menjawab pertanyaan seputar lama perjalanan dan luas tempat tinggal mereka. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor demografis dan sosial-ekonomi yang memengaruhi kualitas tidur, serta apakah lokasi dan ukuran rumah punya pengaruh independen.
Responden dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan lama perjalanan yakni lebih dari 50 menit per hari, atau 50 menit ke bawah. Perhitungan dilakukan dengan mempertimbangkan moda transportasi dan kode pos rumah serta kantor. Mereka juga dibagi berdasarkan ukuran tempat tinggal yakni kurang dari 92 meter persegi, atau lebih. Setelah itu, peneliti mengukur tingkat insomnia dan rasa kantuk di siang hari.
Analisis data menunjukkan bahwa orang dengan waktu perjalanan lebih lama cenderung mengalami insomnia dan kantuk di siang hari. Hal serupa juga terlihat pada mereka yang tinggal di hunian kecil di tengah kota.
Meski begitu, hasil ini tidak berarti bahwa faktor-faktor tersebut secara langsung menjadi penyebab utama. Banyak hal lain yang bisa meningkatkan risiko insomnia, seperti pola makan, aktivitas fisik, gaya kerja, hingga kondisi keluarga.
“Pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi terbukti menjadi faktor independen yang menurunkan risiko insomnia dan kantuk di siang hari,” catat para peneliti.
Namun, mereka juga mengingatkan bahwa penelitian ini menggunakan data laporan mandiri dari responden, yang bisa kurang akurat, serta tidak dilakukan dalam jangka waktu panjang.
