Kenapa Rasanya Capek Banget ke Kantor? Psikolog Ungkap Penyebabnya
- Freepik
Lifestyle –“Duh, kenapa ya rasanya capek banget ke kantor?” Pertanyaan ini mungkin sering muncul di benak banyak orang, bahkan setelah tidur cukup atau tidak melakukan aktivitas fisik berat. Kondisi ini bukan sekadar rasa malas, melainkan bisa jadi tanda tubuh dan pikiran sedang kewalahan menghadapi tuntutan kerja.
Rasa capek kronis setiap kali berangkat ke kantor perlu diperhatikan karena dapat berdampak pada kesehatan fisik, mental, serta produktivitas. Dalam psikologi, fenomena ini erat kaitannya dengan kelelahan kerja (work fatigue) dan bahkan burnout.
Kelelahan Biasa vs Burnout
Secara umum, wajar bila seseorang merasa lelah setelah bekerja seharian. Namun, kelelahan yang terus berulang dan membuat sulit bersemangat setiap kali hendak ke kantor bisa menjadi tanda burnout.
Gejala yang sering muncul antara lain:
- Fisik: tubuh terasa berat, sakit kepala, gangguan tidur, nyeri otot.
- Psikologis: kehilangan motivasi, mudah marah, sulit fokus, bahkan merasa tidak puas dengan pekerjaan.
Seorang profesor psikologi dari University of California, Berkeley, Christina Maslach adalah salah satu pakar yang banyak meneliti burnout. Menurutnya, burnout terdiri dari tiga komponen yakni kelelahan emosional, sinisme atau depersonalisasi, dan menurunnya pencapaian pribadi.
Kenapa Rasanya Capek Banget ke Kantor?
Ada banyak faktor yang membuat seseorang merasa sangat lelah menghadapi rutinitas kantor. Berikut beberapa penyebab utamanya menurut psikologi:
1. Beban Kerja Berlebihan
Tugas menumpuk, deadline ketat, dan tuntutan multitasking membuat energi mental terkuras. Penelitian Gallup menunjukkan bahwa workload overload adalah salah satu pemicu utama burnout.
2. Ekspektasi yang Tidak Jelas
Tidak tahu pasti apa yang diharapkan dari pekerjaan, sering mendapat instruksi yang berubah-ubah, atau target yang tidak realistis, bisa membuat otak bekerja ekstra tanpa hasil memuaskan.
3. Lingkungan Kerja yang Kurang Mendukung
Minimnya dukungan dari atasan atau rekan kerja juga memperparah rasa capek. Tanpa komunikasi yang baik dan apresiasi, karyawan mudah merasa “sendirian” menghadapi beban kerja.
4. Faktor Psikologis dan Emosional
Kecemasan, masalah keluarga, kurang tidur, atau tekanan finansial bisa menambah stres dan mempercepat munculnya rasa lelah, meskipun jam kerja normal. Harvard Health mencatat bahwa kondisi emosional sangat memengaruhi tingkat energi seseorang.
5. Kurangnya Waktu Pemulihan
Saat di luar jam kantor, pikiran masih sibuk memikirkan pekerjaan. Akibatnya, waktu istirahat tidak benar-benar mengisi ulang energi.
6. Ketidakseimbangan Hidup dan Kerja
Ketika pekerjaan terus ’mencuri’ waktu pribadi, energi mental dan emosional lama-lama terkuras. Tidak ada ruang untuk hobi, keluarga, atau sekadar relaksasi.
Christina Maslach menjelaskan bahwa burnout bukan semata akibat individu yang ’kurang kuat’, tetapi karena kondisi lingkungan kerja yang tidak sehat. Dalam model Maslach Burnout Inventory, ada tiga aspek yang saling berkaitan:
- Emotional Exhaustion (kelelahan emosional) – pekerja merasa tidak punya energi lagi untuk menghadapi tuntutan kerja.
- Depersonalization atau Cynicism (sinisme) – mulai bersikap acuh, bahkan sinis terhadap pekerjaan atau rekan kerja.
- Reduced Personal Accomplishment (penurunan prestasi pribadi) – merasa tidak produktif, gagal, atau kehilangan makna dalam pekerjaan.
“Burnout adalah reaksi terhadap stres kerja kronis yang tidak terkelola dengan baik. Ini bukan sekadar rasa lelah sesaat, tapi kondisi serius yang bisa berdampak pada kesehatan mental maupun fisik,” jelas Maslach dalam penelitiannya yang dipublikasi di tahun 2016.
Cara Mengatasi Rasa Capek Berlebihan ke Kantor
Kabar baiknya, ada cara untuk mencegah dan mengurangi rasa capek kronis akibat kerja.
Dari Sisi Individu:
- Tetapkan batas kerja: misalnya, tidak membuka email kantor setelah jam kerja.
- Manajemen waktu: fokus pada prioritas, hindari multitasking berlebihan.
- Tidur cukup & gaya hidup sehat: olahraga ringan dan pola makan seimbang.
- Praktik mindfulness: meditasi singkat atau pernapasan dalam bisa menurunkan stres.
- Komunikasi dengan atasan: bicarakan jika beban kerja terasa tidak realistis.
Dari Sisi Perusahaan:
- Ciptakan lingkungan kerja suportif: apresiasi, feedback positif, komunikasi terbuka.
- Atur target realistis: beban kerja sesuai kapasitas.
- Fleksibilitas kerja: jam kerja fleksibel atau remote work jika memungkinkan.
- Program kesehatan mental: konseling, workshop, atau cuti khusus kesehatan mental.
- Monitoring burnout: evaluasi rutin kondisi karyawan dan lakukan intervensi dini.