Krisis Air Bersih di NTT, Apa Saja Dampaknya untuk Kesehatan?
- Polda NTT.
Lifestyle – Kekurangan air bersih masih menjadi persoalan besar di sejumlah wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama bertahun-tahun, warga di Kota Kupang, khususnya Liliba, Fatukoa, dan Sikumana, terpaksa membeli air tangki dengan harga tinggi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Air bersih menjadi barang mewah yang hanya bisa didapatkan dengan pengorbanan besar.
Situasi ini tidak hanya membebani ekonomi keluarga, tetapi juga berdampak buruk bagi kesehatan. Banyak warga yang terpaksa mengonsumsi air tidak layak, sehingga rawan terserang penyakit diare, tifus, infeksi kulit, hingga stunting pada anak-anak. Kondisi ini membuat kebutuhan air bersih tak lagi bisa ditunda, karena menyangkut kualitas hidup generasi mendatang.
Namun kini, situasi perlahan berubah. Kapolda NTT Irjen Pol Dr. Rudi Darmoko, S.I.K., M.Si. meresmikan tiga sumur bor baru di RT 041 Kelurahan Liliba, RT 010 Kelurahan Fatukoa, dan RT 023 Kelurahan Sikumana. Kehadiran sumur bor ini disambut haru oleh ratusan warga yang selama ini hidup dengan keterbatasan air bersih.
Simbol sederhana, tetapi sarat makna, air yang dulu dianggap mewah, kini hadir di depan rumah mereka. Di Liliba, warga menyambut Kapolda dengan tarian tradisional. Sementara di Fatukoa, tepuk tangan pecah saat keran air pertama diputar dan alirannya mengucur deras. Di Sikumana, rasa syukur warga begitu terasa karena sumur bor diharapkan menjadi solusi permanen bagi kebutuhan hidup mereka.
Kapolda NTT menegaskan bahwa pembangunan sumur bor merupakan wujud nyata Polri hadir mendengarkan keluhan masyarakat.
“Air adalah sumber kehidupan. Polda NTT tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga memastikan kebutuhan paling mendasar masyarakat dapat terpenuhi. Hingga saat ini sudah hampir 20 sumur bor dibangun di NTT, dan kami siap menambah lagi jika memang dibutuhkan. Kami mengimbau masyarakat untuk menjaga fasilitas ini sebagai milik bersama. Kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada warga yang dengan tulus menyerahkan lahannya demi kepentingan umum,” ujar Kapolda NTT, Rudi Darmoko, dalam keterangannya, dikutip Jumat 19 September 2025.
Bagi warga, hadirnya sumur bor ini lebih dari sekadar infrastruktur. Antonia Sona, perwakilan warga Liliba, menyampaikan rasa syukur mendalam.
“Ini bukan hanya soal air, tapi soal kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak kami,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Hal senada diungkapkan Yulius Amtiran, warga Fatukoa, yang bangga melihat Kapolda turun langsung membawa solusi. Ketua RT 23 Sikumana, Nitaniel Selan, juga menyampaikan terima kasih.
“Kehadiran sumur bor ini adalah jawaban dari doa dan harapan warga selama ini,” ucapnya penuh haru.
Selain meresmikan sumur, Kapolda juga menyerahkan bantuan sembako. Kehadiran Polri, menurut warga, bukan hanya dengan seragam dan pengamanan, melainkan dengan empati nyata.
Kini, setiap tetes air yang keluar dari sumur bor tidak hanya melepas dahaga, tetapi juga mengalirkan harapan baru. Dari beban biaya air yang tinggi dan ancaman penyakit akibat konsumsi air kotor, warga Kupang bisa menatap masa depan lebih sehat dan sejahtera.