Sekali dipinjami Uang Kok Malah Keterusan, Kebiasaan atau Ketergantungan Manfaatkan Orang?
- Freepik
Artinya, meskipun seseorang merasa keputusan meminjam uang itu logis misalnya “saya akan bayar setelah gajian” nyatanya keputusan itu banyak dipengaruhi oleh tekanan psikologis dan situasi keterbatasan. Ketika seseorang hidup dalam kondisi scarcity atau kekurangan, fokus pikirannya menyempit hanya pada kebutuhan jangka pendek. Akibatnya, solusi cepat seperti meminjam uang terasa selalu benar, padahal jangka panjangnya bisa merugikan.
Pandangan Shafir membantu kita memahami bahwa kebiasaan meminjam uang bukan sekadar soal malas atau tidak bertanggung jawab. Ada faktor psikologis yang membuat orang terjebak dalam pola ini. Namun, tentu tidak menutup kemungkinan ada yang memanfaatkan keadaan tersebut untuk memanipulasi orang lain.
Bagaimana Cara Bijak Menghadapinya?
Jika kita sering diminta meminjamkan uang dan merasa itu mulai menjadi kebiasaan, ada beberapa langkah bijak yang bisa dipertimbangkan:
- Tetapkan batas yang jelas
Putuskan sejak awal apakah bantuan yang diberikan berupa pinjaman atau hadiah. Jika pinjaman, buat kesepakatan tertulis sederhana agar tidak ada ambiguitas. - Kenali tanda manipulasi
Waspadai jika peminjam selalu membuat Anda merasa bersalah, menggunakan alasan dramatis berulang, atau tidak menghormati batas waktu pembayaran. - Bantu dengan cara lain
Jika memang ingin membantu tapi tidak mau memberi uang tunai, tawarkan bentuk lain, seperti memberi saran keuangan, membantu membuat anggaran, atau menghubungkan dengan peluang pekerjaan tambahan. - Komunikasi asertif
Belajar berkata tidak dengan sopan tapi tegas. Contohnya: “Aku paham kamu butuh, tapi aku juga sedang mengatur keuangan, jadi tidak bisa meminjamkan sekarang.”