Kenapa Ibu Rumah Tangga Sering Merasa Bersalah Padahal Sudah Berusaha Maksimal?
- Pixaby
Sayangnya, kepekaan ini juga membuat ibu lebih rentan menyalahkan diri sendiri jika anak rewel, pasangan stres, atau rumah berantakan. Otak mereka secara alami mencari ‘apa yang bisa kulakukan agar situasi ini lebih baik,’ yang akhirnya sering berubah menjadi ‘aku gagal karena ini terjadi’.
Tanggung Jawab Tak Berbagi, Tapi Dipikul Sendiri
Banyak rumah tangga, meskipun pasangan modern mulai berbagi peran, tekanan emosional dan manajerial tetap berada di pundak ibu. Istilah yang disebut ‘mental load’ atau beban pikir menggambarkan ini yakni ibu yang mengingat jadwal vaksin anak, menyusun menu makan, mencatat kebutuhan sekolah, hingga urusan sepele seperti ganti spons dapur.
Psikolog asal Inggris, Dr. Emma Svanberg, menyebut ini sebagai bentuk kerja tak terlihat yang sulit diukur, tapi sangat menguras tenaga dan emosi. Ketika semua berjalan lancar, tak ada yang berkomentar. Tapi begitu ada yang keliru, ibu sering jadi yang pertama merasa bersalah.
Kurangnya Validasi Membuat Ibu Meragukan Dirinya Sendiri
Berbeda dengan pekerjaan formal yang mendapat penghargaan, gaji, bahkan promosi, menjadi ibu rumah tangga sering kali berjalan tanpa pengakuan. Tidak ada bos yang memberi ucapan terima kasih setiap hari. Hal ini membuat banyak ibu mempertanyakan apakah mereka cukup berarti.
Menurut psikolog klinis dari University of Texas, Dr. Kristin Neff kurangnya validasi eksternal bisa menyebabkan ibu kehilangan self-compassion atau kasih sayang terhadap diri sendiri. Mereka jadi terlalu keras menilai diri, dan mudah merasa bersalah atas hal-hal yang sebenarnya manusiawi.