Kenapa Ibu Rumah Tangga Sering Merasa Bersalah Padahal Sudah Berusaha Maksimal?
Selasa, 27 Mei 2025 - 18:10 WIB
Sumber :
- Pixaby
Perasaan Bersalah Tak Selalu Negatif, Tapi Perlu Dikelola
Dr. Neff menegaskan bahwa merasa bersalah bukan berarti ibu lemah. Justru, ini menunjukkan betapa dalam cinta seorang ibu terhadap anak dan keluarganya. Namun, jika dibiarkan terus-menerus tanpa pengelolaan, rasa bersalah ini bisa berkembang menjadi kecemasan, depresi, atau burnout emosional.
Penting untuk membedakan antara rasa bersalah yang produktif—yang mendorong refleksi dan perbaikan dengan rasa bersalah yang destruktif, yang hanya menyalahkan diri tanpa solusi. Menyadari ini bisa jadi langkah awal untuk mengubah cara pandang ibu terhadap dirinya sendiri.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Beberapa langkah praktis yang bisa membantu ibu keluar dari lingkaran rasa bersalah:
- Berhenti Membandingkan. Setiap keluarga unik. Kehidupan orang lain yang terlihat sempurna di media sosial mungkin hanya potongan kecil dari realita mereka.
- Berlatih Self-Compassion. Seperti yang disarankan Dr. Neff, cobalah berbicara kepada diri sendiri seperti kita berbicara kepada sahabat: dengan pengertian, kelembutan, dan empati.
- Validasi Diri Sendiri. Tidak harus menunggu ucapan terima kasih. Setiap napas anak yang sehat, tawa kecil di ruang makan, adalah bukti kerja keras yang tak terlihat.
- Bicarakan Beban Emosional. Diskusi terbuka dengan pasangan soal “beban pikir” bisa jadi awal redistribusi tanggung jawab yang lebih adil.
- Terapi atau Dukungan Komunitas. Jika rasa bersalah mulai memengaruhi kesehatan mental, tak ada salahnya berbicara dengan psikolog atau bergabung dalam komunitas ibu.
Ibu Tak Harus Sempurna untuk Dicintai
Halaman Selanjutnya
Perasaan bersalah yang dirasakan ibu rumah tangga adalah cermin dari betapa dalamnya kasih sayang mereka. Namun, penting juga untuk diingat: menjadi ibu bukan soal melakukan semuanya dengan sempurna, tapi menjalani peran dengan cinta dan ketulusan.