Mengapa Kita Menangis Setelah Pulang Kerja?

Ilustrasi menangis
Sumber :
  • Freepik

LifestylePulang kerja, ganti baju, duduk sebentar, lalu air mata mulai mengalir tanpa permisi. Fenomena ini dialami banyak pekerja, namun sering dianggap tabu atau memalukan. Nyatanya, menangis setelah bekerja adalah reaksi emosional yang wajar dan bahkan punya fungsi penting bagi kesehatan mental.

Merasa Nggak Berguna & Nggak Termotivasi? Ternyata Ini Alasannya!

Dalam dunia kerja yang penuh target, deadline, dan tekanan, emosi sering kali dipendam sepanjang hari. Saat tiba di rumah, tubuh dan pikiran akhirnya menemukan “celah” untuk melepasnya dan salah satu bentuknya adalah menangis.

Penyebab Umum: Stres, Emotional Exhaustion, dan Burnout

Burnout bukan sekadar lelah fisik, tetapi kondisi kelelahan emosional mendalam akibat tekanan kerja yang berkepanjangan. Menurut definisi umum, burnout meliputi tiga aspek utama:

  • Kelelahan emosional
  • Depersonalisasi (perasaan terlepas dari pekerjaan atau orang di sekitar)
  • Penurunan rasa pencapaian
Luka Batin Tersembunyi, Kenapa Orang Dewasa Sering Tampak Baik-Baik Saja Padahal Tidak

Fenomena menangis setelah kerja sering terkait dengan emotional exhaustion, perasaan lelah mental yang membuat kita sulit mengendalikan emosi. Tekanan berulang, konflik di kantor, atau lingkungan kerja yang tidak mendukung menjadi pemicunya.

Menangis Sebagai Pelepasan (Catharsis) dan Regulasi Emosi

Secara psikologis, menangis dapat dipahami sebagai catharsis, pelepasan emosi yang memberikan rasa lega. Konsep ini dikenal sejak zaman Aristoteles, lalu dikembangkan oleh Sigmund Freud untuk menjelaskan bagaimana pelepasan emosi dapat meringankan beban mental.

Semakin Dewasa, Semakin Sering Nangis Diam-Diam, Ada Apa dengan Kita?

Menangis mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, yang membantu tubuh kembali ke keadaan tenang. Itulah mengapa setelah menangis, banyak orang merasa sedikit lega, bahkan jika masalah belum selesai.

Psikiater tersertifikasi dan penulis The Empath’s Survival Guide, Dr. Judith Orloff menegaskan bahwa menangis bukan tanda kelemahan, melainkan mekanisme biologis untuk melepaskan tekanan.

“Air mata adalah katup pelepas tubuh Anda untuk stres, kesedihan, duka, kecemasan, dan frustrasi... rasanya menenangkan, seperti cara untuk membersihkan emosi yang terpendam,” kata dia dalam sebuah wawancara.

Menurutnya, menangis memungkinkan tubuh mengeluarkan hormon stres dan menghindarkan kita dari penumpukan emosi yang dapat merugikan kesehatan mental maupun fisik.

Manfaat Biologis dan Sosial dari Menangis

Secara biologis, menangis memicu pelepasan endorphin zat kimia otak yang meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi nyeri. Menangis juga menurunkan kadar kortisol, hormon stres yang jika berlebihan bisa merusak kesehatan.

Dari sisi sosial, tangisan adalah sinyal nonverbal yang memicu empati. Orang di sekitar kita dapat merespons dengan dukungan emosional, yang pada gilirannya memperkuat hubungan sosial.

Konteks Penting: Kenapa Setelah Kerja?

Banyak orang menahan ekspresi emosinya di kantor karena takut dinilai tidak profesional. Akibatnya, emosi yang tertahan ini akhirnya “meledak” di tempat yang dianggap aman biasanya di rumah, sendirian, atau bersama orang terdekat.

Selain itu, kelelahan fisik di akhir hari menurunkan kemampuan otak dalam mengatur emosi. Ambang batas kesabaran menjadi lebih rendah, sehingga hal kecil pun bisa memicu tangisan.

Strategi Sehat Mengatasi Emosi Pasca Kerja

Menangis adalah bagian dari proses penyembuhan, tetapi ada beberapa strategi untuk membantu mengelola emosi dengan lebih seimbang:

  • Cool-down time: sisihkan 10–15 menit setelah kerja untuk melakukan aktivitas yang menenangkan sebelum pulang, seperti berjalan kaki atau mendengarkan musik.
  • Ruang aman: cari tempat atau orang yang membuat Anda nyaman untuk berbagi perasaan.
  • Teknik relaksasi: latihan pernapasan, meditasi, atau yoga dapat membantu menstabilkan emosi.
  • Jurnal emosi: tulis apa yang Anda rasakan untuk membantu memahami pemicu emosional.
  • Konsultasi profesional: jika tangisan sering terjadi dan memengaruhi kualitas hidup, pertimbangkan terapi atau konseling.

Indikator Butuh Bantuan Profesional

Menangis sesekali adalah hal wajar, tetapi bila terjadi terus-menerus disertai rasa putus asa, kehilangan minat pada aktivitas, atau perubahan pola tidur dan makan, ini bisa menjadi tanda depresi atau gangguan kecemasan yang memerlukan penanganan medis.