Kenapa Orang Sering Menghakimi Saat Korban PHK Gunakan Pesangon untuk Melunasi Cicilan?

Ilustrasi bayar utang
Sumber :
  • Freepik

Lifestyle –Menghadapi pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah masa yang berat bagi siapa saja. Selain kehilangan penghasilan tetap, banyak hal harus diatur ulang, mulai dari rencana karier hingga kondisi finansial. Pesangon biasanya menjadi ‘nafas tambahan’ untuk bertahan sementara, namun bagaimana mengelolanya bukan hal mudah.

Tips Cerdas Atur Uang Pesangon, Mana yang Lebih Dulu Lunasi Utang, Nabung, atau Mulai Usaha?

Salah satu keputusan yang sering diambil adalah menggunakan pesangon untuk melunasi cicilan rumah, kendaraan, atau pinjaman lainnya. Namun, ironisnya, pilihan ini kerap menjadi bahan komentar negatif dari orang sekitar. Mereka mempertanyakan kenapa pesangon yang seharusnya ‘disimpan’ malah dipakai untuk membayar utang.

Lalu, mengapa fenomena ini bisa terjadi? Apakah keputusan menggunakan pesangon untuk melunasi cicilan salah? Artikel ini akan membahas alasan-alasan logis di balik keputusan tersebut, alasan mengapa orang lain menghakimi, serta bagaimana kita bisa tetap percaya diri mengelola keuangan pribadi saat menghadapi komentar negatif.

Alasan Logis Menggunakan Pesangon untuk Melunasi Cicilan

Punya Rekan Kerja Culas Biar Dia Nggak Kena PHK? Lakukan Langkah Ini!

Menggunakan pesangon untuk melunasi cicilan bukan keputusan sembarangan. Ada sejumlah alasan kuat yang membuat langkah ini menjadi pilihan bijak bagi korban PHK.

1. Beban bunga yang terus bertambah

Cicilan rumah atau kendaraan biasanya melibatkan bunga yang dihitung per bulan. Jika tidak segera dilunasi, jumlah utang akan bertambah dan semakin memberatkan keuangan di masa depan. Dengan melunasi cicilan lebih awal menggunakan pesangon, beban bunga bisa ditekan seminimal mungkin.

2. Mengurangi risiko gagal bayar

Gawat! Ini 7 Industri Paling Rentan PHK Massal di 2025, Siap-Siap Banting Setir!

Saat penghasilan hilang, kemampuan membayar cicilan menjadi tidak pasti. Risiko gagal bayar meningkat dan bisa berujung pada masalah hukum, penyitaan aset, atau menurunnya reputasi kredit. Melunasi cicilan lebih awal memberi perlindungan dari risiko tersebut.

3. Ketenangan pikiran

Bebas dari kewajiban utang yang membebani dapat membantu stabilitas mental dan emosional di tengah ketidakpastian mencari pekerjaan baru. Ketenangan ini penting agar fokus bisa tetap pada pencarian pekerjaan tanpa terganggu tekanan finansial.

4. Proteksi finansial di masa sulit

Pesangon digunakan sebagai “jaring pengaman” yang memberikan ruang bernafas. Melunasi utang berarti mencegah masalah tambahan yang dapat memperburuk situasi keuangan saat pendapatan belum pasti.

Kenapa Orang Lain Sering Menghakimi Keputusan Ini?

Meski ada alasan logis, tidak sedikit orang mengomentari atau bahkan menghakimi korban PHK yang menggunakan pesangon untuk membayar cicilan. Berikut beberapa penyebab sikap tersebut:

1. Perbedaan prioritas keuangan

Setiap orang memiliki cara berbeda dalam memandang keuangan. Ada yang percaya pesangon harus disimpan sebagai dana darurat, sementara yang lain mungkin mengutamakan investasi atau kebutuhan lain. Ketika seseorang mengambil pilihan berbeda, muncul kecenderungan menilai pilihan itu salah.

2. Minimnya pemahaman soal bunga dan risiko utang

Banyak orang tidak menyadari betapa cepatnya bunga cicilan bisa menumpuk dan memperberat beban utang jika dibiarkan berjalan. Tanpa pemahaman ini, mereka sulit mengerti kenapa melunasi cicilan jadi prioritas.

3. Pengalaman pribadi yang berbeda

Orang yang belum pernah mengalami PHK atau masalah utang mungkin merasa punya “cara benar” mengelola keuangan. Mereka menilai dari sudut pandang sendiri tanpa memahami tekanan dan kebutuhan korban PHK.

4. Budaya ikut campur urusan finansial pribadi

Di beberapa budaya atau lingkungan sosial, keuangan pribadi sering jadi topik diskusi dan perbandingan. Hal ini membuka ruang bagi komentar dan penilaian tanpa filter.

5. Pengaruh media sosial

Postingan di media sosial biasanya hanya menampilkan hasil akhir misalnya foto pelunasan cicilan atau pembelian baru tanpa konteks perjuangan dan strategi keuangan di baliknya. Hal ini sering menimbulkan asumsi dan komentar negatif.

Salah satu perencana keuangan ternama, Suze Orman, memberikan pandangannya terkait hal ini. Dia menyebut melunasi utang berbunga tinggi adalah strategi yang sangat direkomendasikan, khususnya dalam kondisi ketidakpastian pendapatan seperti setelah PHK. Selain meringankan beban finansial, hal ini juga membantu menjaga kesehatan mental yang penting untuk melewati masa sulit.

“Jika Anda kehilangan pekerjaan dan menerima uang pesangon, salah satu langkah terbaik yang bisa Anda ambil adalah melunasi utang berbunga tinggi terlebih dahulu. Utang ini bisa menjadi beban besar jika dibiarkan, terutama saat penghasilan Anda belum stabil. Melunasi utang tidak hanya mengurangi tekanan finansial, tapi juga memberikan ketenangan pikiran yang sangat dibutuhkan di masa sulit,” kata dia.

Dampak Negatif dari Komentar Negatif

Komentar dan penghakiman dari orang lain tak hanya menyakitkan secara emosional, tetapi juga bisa berdampak buruk:

  • Tekanan emosional bertambah di saat korban sudah mengalami stres kehilangan pekerjaan.
  • Rasa bersalah dan ragu terhadap keputusan finansial yang sebenarnya sudah dipertimbangkan matang.
  • Pengambilan keputusan buruk akibat ingin menyenangkan orang lain atau menghindari kritik.

Cara Menghadapi Komentar dan Tetap Percaya Diri

Mengelola komentar negatif bukan hal mudah, tapi beberapa strategi ini bisa membantu:

  • Fokus pada kondisi keuangan dan rencana pribadi. Buat keputusan berdasarkan analisis risiko dan kebutuhan sendiri, bukan opini orang lain.
  • Cari edukasi dan informasi dari sumber kredibel. Memahami seluk-beluk utang dan pesangon akan menambah keyakinan dalam mengambil keputusan.
  • Batasi paparan komentar negatif, terutama di media sosial. Hindari membuka ruang untuk kritik yang tidak membangun.
  • Minta dukungan dari orang terdekat yang memahami situasi. Lingkungan yang suportif sangat membantu dalam masa transisi.