Bosan dengan Rutinitas yang Itu-Itu Saja? Apa yang Sebenarnya Terjadi? Ini Penjelasan Psikologisnya

Ilustrasi bosan dengan aktivitas keseharian
Sumber :
  • iStock

Lifestyle – Setiap hari terasa seperti memutar ulang bangun pagi, berangkat kerja, pulang, makan, lalu tidur. Besok, siklusnya terulang lagi. Tidak ada yang benar-benar salah, tapi juga tidak ada yang membuat bersemangat. Hidup terasa datar, membosankan, bahkan hampa.

Sering Dialami Pekerja, Kenali ‘Boreout’ yang Lebih Bahaya dari Burnout!

Jika kamu pernah merasakannya, kamu tidak sendirian. Banyak orang mengalami kebosanan akibat rutinitas yang monoton, meski secara kasat mata hidup mereka tampak stabil. Tapi tahukah kamu bahwa rasa bosan ini punya akar psikologis yang dalam dan bisa memengaruhi kebahagiaan, produktivitas, hingga kesehatan mentalmu?

Kebosanan adalah kondisi ketika kita merasa aktivitas yang dilakukan tidak menarik, tidak menantang, atau tidak memberi makna. Dr. Angela Morgan, seorang psikolog klinis, menjelaskan, bosan itu bukan sekadar tidak ada yang dilakukan.

Kok Bisa? Bos Menyebalkan Malah Cepat Naik Jabatan, Ini Alasannya!

"Bosan adalah ketika apa yang kita lakukan tidak memikat perhatian dan tidak memuaskan keinginan kita untuk terlibat," kata dia. 

Ada dua jenis kebosanan yang sering muncul dalam rutinitas sehari-hari:

  1. Attentional boredom – terjadi ketika aktivitas terlalu mudah atau terlalu sulit sehingga kita kehilangan fokus.
  2. Meaningless boredom – muncul ketika aktivitas yang dilakukan terasa tidak bermakna atau tidak relevan dengan tujuan hidup kita.
5 Tools AI BantukPekerja Kreatif Tingkatkan Produktivitas, Wajib Jadi 'Strartekpack'

Model Control-Value Theory (CVT) juga menjelaskan bahwa kebosanan terjadi ketika kita merasa tidak punya kendali atas aktivitas (control rendah) atau menganggap aktivitas tersebut tidak penting (value rendah).

Profesor psikologi dari University of Waterloo, James Danckert, dalam wawancaranya dengan KCRW Life Examined, Danckert mengatakan bahwa kebosanan adalah tanda bahwa kita menginginkan sesuatu yang lebih.

Ia menyebut fenomena ini sebagai desire for desires, atau keinginan untuk memiliki keinginan. Ketika hidup terlalu monoton atau terasa tanpa makna, otak mengirim sinyal kebosanan agar kita mencari tujuan baru.

“Orang sering mengira bosan itu sama dengan malas duduk di sofa. Padahal, saat bosan, kita sebenarnya cukup termotivasi dan ingin melakukan sesuatu, kita hanya tidak tahu apa yang harus dilakukan,”kata dia.

Mengapa Kita Bisa Bosan dengan Rutinitas?

  1. Adaptasi neurologis
    Otak kita cenderung terbiasa terhadap hal yang sama (habituation). Aktivitas yang awalnya menyenangkan bisa terasa hambar jika diulang terus-menerus.
  2. Kurangnya tantangan
    Ketika tugas terlalu mudah dan tidak lagi menantang, otak tidak merasa terstimulasi. Rasa puas pun hilang.
  3. Minim makna
    Aktivitas yang dilakukan sekadar untuk formalitas atau kewajiban, tanpa koneksi emosional atau tujuan yang jelas, akan terasa kosong.
  4. Kurang kebaruan (novelty)
    Hidup yang terlalu terprediksi membuat kita kehilangan rasa ingin tahu. Padahal, kebaruan bisa memicu hormon dopamin yang membuat kita bersemangat.
  5. Tidak punya kendali (low autonomy)
    Jika kita merasa tidak bisa memilih apa yang kita lakukan atau bagaimana cara melakukannya, kebosanan akan lebih mudah muncul.

Dampak Kebosanan Rutinitas

Kebosanan yang dibiarkan bisa berdampak negatif, baik pada individu maupun kehidupan secara umum.

  • Pada individu: menurunkan kreativitas, memicu prokrastinasi, membuat suasana hati murung, bahkan bisa memicu stres dan depresi ringan. Waktu terasa berjalan lambat, energi menurun, dan kita cenderung mencari pelarian yang tidak selalu sehat.
  • Dalam jangka panjang: kebosanan bisa menimbulkan ketidakpuasan eksistensial. Kita mulai mempertanyakan makna hidup, merasa stagnan, atau terjebak dalam hidup yang “begitu-begitu saja”.

Cara Mengatasi Kebosanan dalam Rutinitas

Kabar baiknya, kebosanan bisa menjadi sinyal positif untuk berubah. Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan:

A. Ubah Kehidupan Sehari-hari dengan Kebaruan

  • Terapkan “Novelty Rule”
    Tambahkan hal baru sekecil apa pun dalam rutinitasmu. Cobalah rute baru ke kantor, mencoba menu berbeda, atau mendekorasi ulang meja kerja. Perubahan kecil ini bisa menyegarkan pikiran.
  • Break terjadwal
    Sisipkan jeda sejenak untuk otak beristirahat. Jalan kaki sebentar, meditasi lima menit, atau ngobrol ringan bisa membuat energi kembali.

B. Rekayasa Ulang Tugas yang Membosankan

  • Task crafting
    Ubah cara mengerjakan tugas agar terasa lebih menantang atau menarik. Misalnya, pasang batas waktu, pecah tugas menjadi beberapa bagian, atau ubah jadi permainan (gamification).
  • Cari makna dalam aktivitas
    Reframe tugas yang membosankan dengan menghubungkannya ke tujuan lebih besar. Misalnya, menganggap laporan mingguan sebagai cara meningkatkan kepercayaan atasan atau membantu tim berkembang.

C. Ciptakan Tujuan Baru

  • Tetapkan target mini
    Buat tujuan harian atau mingguan yang realistis agar ada rasa pencapaian.
  • Side project atau hobi baru
    Ikut kursus online, belajar bahasa, atau memulai proyek kreatif. Aktivitas baru bisa memberi semangat baru.

D. Atur Ulang Karier atau Pertumbuhan Diri

  • Cobalah rotasi proyek atau peran baru di kantor.
  • Ambil peluang untuk meningkatkan keterampilan atau mencoba bidang yang berbeda.
  • Ikut komunitas profesional atau kegiatan sosial untuk menambah variasi dalam hidup.