Kamu Sering Goreng Telur Begini? Hati-Hati, Bisa Picu Kanker!
- iStock
Lifestyle –Telur goreng jadi menu andalan di banyak rumah. Praktis, murah, dan rasanya bikin nagih. Tapi, tanpa disadari, cara kita menggoreng telur bisa jadi “jalan diam-diam” menuju risiko kanker, terutama kalau kamu pakai minyak yang sudah dipanaskan berulang kali.
Menurut Wakil Presiden Penelitian di American Institute for Cancer Research (AICR), Dr. Nigel Brockton, kebiasaan menggoreng dengan minyak bekas bisa menghasilkan senyawa karsinogenik alias zat pemicu kanker. Dan sayangnya, ini bukan hal langka. Banyak dapur rumah tangga (dan warung makan) melakukannya setiap hari.
"Pemanasan berulang pada minyak dapat menghasilkan aldehida dan senyawa oksidatif yang bersifat karsinogenik bagi tubuh," tegas Dr. Brockton.
Lantas kenapa minyak bekas itu berbahaya? Setiap kali minyak dipanaskan, terutama sampai suhu tinggi, strukturnya berubah. Kalau dipanaskan berkali-kali, proses ini menghasilkan aldehida (seperti 4-HNE dan akrolein), radikal bebas dan polimer lemak teroksidasi.
Senyawa-senyawa ini bersifat toksik dan karsinogenik, artinya bisa memicu kerusakan DNA, menyebabkan peradangan kronis, dan dalam jangka panjang berkontribusi terhadap pembentukan sel kanker. Menurut studi, senyawa ini berkaitan erat dengan kanker usus besar, hati, dan lambung.
Kombinasi Bahaya: Telur + Minyak Bekas = Resep untuk Masalah
Masih banyak orang yang menggoreng telur dengan minyak yang sudah dipakai untuk goreng ayam, goreng kerupuk dan masak gorengan lainnya. Lalu minyak yang sama digunakan lagi, bahkan sampai berubah warna jadi kehitaman. Telur yang dimasak dengan cara ini dapat menyebabkan:
- Menyerap senyawa toksik dari minyak rusak
- Terpapar suhu tinggi yang merusak nutrisinya
- Kadang menghasilkan kerak gosong yang mengandung senyawa AGEs (Advanced Glycation End-products) yang juga berkontribusi pada peradangan
Kombinasi antara lemak rusak + suhu tinggi + kerak gosong = bom waktu untuk kesehatan.
Beberapa temuan penting yang nggak bisa diabaikan. Pertama Journal of Clinical Biochemistry tahun 2018, saat itu melakukan penelitian terhadap tikus yang diberi makanan dari minyak sawit yang dipanaskan ulang hasilnya? mengalami peningkatan risiko tumor hati dan usus.
Sementara itu, American Institute for Cancer Research (AICR) mencatat bahwa pemanasan berulang pada minyak sayur menghasilkan senyawa akrolein dan aldehida yang bersifat karsinogenik, efeknya meningkat jika dilakukan secara rutin.
Organisasai Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyarankan agar tidak menggunakan minyak goreng lebih dari dua kali, terutama untuk makanan yang dipanaskan pada suhu tinggi.
Ciri-Ciri Minyak yang Sudah Tidak Layak Pakai
Kamu mungkin nggak sadar, tapi minyak yang kelihatannya masih bisa dipakai sebenarnya sudah rusak. Tanda-tandanya:
- Warna berubah menjadi gelap, kecokelatan, atau kehitaman
- Aroma tengik atau bau menyengat mirip gosong
- Buih atau kerak muncul saat dipanaskan
- Lebih kental dan lengket dibanding minyak segar
- Minyak meninggalkan bekas lengket di wajan/panci
Kalau kamu menemukan tanda-tanda ini, lebih baik buang saja. Jangan sayang, karena yang dipertaruhkan bukan cuma rasa tapi juga kesehatanmu.
Kenapa Suhu Juga Berperan?
Selain soal minyak bekas, suhu saat menggoreng juga punya peran penting. Kalau terlalu panas, bahkan minyak baru pun bisa berubah jadi racun.
Minyak yang dipanaskan melebihi titik asapnya (biasanya di atas 200°C) mulai:
- Mengeluarkan asap tajam
- Menghasilkan senyawa toksik seperti akrolein
- Menghancurkan nutrisi dalam makanan
Padahal, telur itu nggak butuh suhu tinggi.
- Putih telur matang di suhu sekitar 63°C
- Kuning telur matang di suhu sekitar 70°C
Jadi nggak perlu panaskan wajan sampai berasap, cukup api sedang saja.
Solusi Aman: Cara Menggoreng Telur yang Sehat dan Nggak Bikin Cemas
Tenang, kamu tetap bisa menikmati telur goreng yang lezat tanpa risiko kesehatan. Kuncinya adalah:
1. Gunakan Minyak Baru
- Pilih minyak yang belum pernah dipakai.
- Gunakan hanya satu kali, maksimal dua kali jika harus.
- Simpan sisa minyak di wadah tertutup dan jauh dari cahaya matahari.
2. Pilih Minyak dengan Titik Asap Tinggi
Contohnya minyak canola, avocado oil, dan refined sunflower oil. Hindari minyak sawit bekas, minyak kelapa untuk suhu tinggi dan minyak zaitun extra virgin (lebih cocok untuk salad).
3. Gunakan Api Sedang
- Panaskan minyak selama 30–60 detik saja.
- Jangan tunggu sampai berasap!
- Telur tetap matang dengan baik dan nutrisinya lebih terjaga.
4. Gunakan Wajan Anti-Lengket
- Cukup ½ sendok teh minyak untuk hasil maksimal.
- Minim kerak, minim resiko senyawa toksik terbentuk.
5. Coba Alternatif Sehat
Kalau kamu mau lebih aman dan hemat minyak dengan telur rebus (hard/soft boiled), poached egg, telur kukus ala Jepang/Korea dan air fryer egg.
Selain minyak, teman makan telur juga perlu diperhatikan. Banyak orang makan telur goreng bareng mi instan, kornet, sosis dan sambal botolan. Semua itu tinggi sodium dan pengawet, dan jika dikonsumsi bersamaan setiap hari, bisa menambah risiko hipertensi dan kanker lambung. Gantilah dengan tumis sayur, alpukat, tomat segar hingga nasi merah atau roti gandum
Kamu nggak harus berhenti makan telur goreng. Tapi kamu wajib ubah cara masaknya kalau nggak mau ambil risiko. Hindari minyak bekas, perhatikan suhu, dan pilih alat masak yang tepat. Mulai dari hal kecil di dapur, kamu bisa mencegah hal besar yang tak diinginkan.
"Pencegahan kanker bisa dimulai dari hal sederhana dengan mengurangi paparan karsinogen dari makanan yang kita masak sendiri," pesan Dr. Nigel Brockton.