Apa Benar Mi Instan Bisa Bikin Usus Terganggu? Cek Penjelasan Dokter!
- Freepik
Lifestyle –Mi instan sudah jadi teman setia banyak orang. Mulai dari anak kos yang kepepet waktu dan uang, pekerja kantoran yang kelelahan, sampai keluarga yang ingin sajian praktis sehingga semua suka mi instan. Apalagi kalau ditambah kuah gurihnya yang menggoda, bikin lidah susah berhenti nyeruput!
Tapi di balik kenikmatannya, banyak yang mulai bertanya-tanya salah satunya“Apa benar sering makan mi instan, terutama minum kuahnya, bisa bikin usus terganggu?” Nah, daripada hanya mengandalkan mitos, yuk kita cari tahu faktanya dari sudut pandang medis.
Apa Sebenarnya yang Terkandung dalam Kuah Mi Instan?
Kuah mi instan itu bukan sekadar air dan bumbu. Di dalamnya terdapat berbagai zat tambahan yang membuat rasa gurihnya begitu kuat dan bikin nagih. Beberapa di antaranya adalah:
- Natrium (garam) dalam kadar tinggi
- MSG (Monosodium Glutamate) untuk cita rasa umami
- Pengawet, perisa buatan, dan kadang pewarna sintetis
- Minyak bumbu yang mengandung lemak jenuh
Kalau kamu sering minum kuah mi, maka zat-zat ini akan masuk langsung ke sistem pencernaan dan bisa berdampak pada kesehatan usus dan mikrobiota yang ada di dalamnya.
Mikrobiota Usus
Di dalam saluran cerna, khususnya usus, ada komunitas besar mikroorganisme yang disebut mikrobiota usus. Bakteri baik ini bukan musuh, tapi justru sahabat tubuh kita. Fungsinya sangat penting yakni:
- Membantu proses pencernaan
- Menghasilkan vitamin B dan K
- Menjaga kekebalan tubuh
- Melindungi usus dari bakteri jahat
- Mengontrol peradangan
Keseimbangan mikrobiota ini sangat bergantung pada apa yang kita makan. Semakin sehat pola makan kita, semakin sehat pula komposisi bakteri di usus.
Menurut profesor gastroenterologi dari UCLA sekaligus penulis buku The Mind-Gut Connection, Dr. Emeran Mayer, mi instan termasuk dalam kelompok makanan ultra-proses yang bisa berdampak negatif terhadap mikrobiota usus jika dikonsumsi terlalu sering.
“Konsumsi rutin makanan ultra-proses seperti mi instan dapat mengubah keseimbangan mikrobiota usus, mengurangi keragaman bakteri baik, dan memicu kondisi peradangan kronis tingkat rendah,” jelas Dr. Mayer.
Zat seperti MSG, natrium tinggi, dan aditif lain bisa menyebabkan berkurangnya bakteri baik, seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium, meningkatnya bakteri oportunistik seperti Clostridium difficile hingga terjadinya dysbiosis, yaitu ketidakseimbangan mikrobiota usus
Tanda-Tanda Mikrobiota Usus Mulai Bermasalah
Kalau keseimbangan mikrobiota terganggu, kamu bisa mengalami gejala berikut:
- Kembung, gas berlebih, dan tidak nyaman setelah makan
- Konstipasi atau diare kronis
- Irritable Bowel Syndrome (IBS), yakni gangguan usus sensitif
- Sering sakit, mudah lelah, dan menurunnya daya tahan tubuh
- Bahkan bisa berpengaruh pada suasana hati dan tingkat stres!
Kok bisa? Karena sistem saraf usus terhubung langsung dengan otak lewat jalur yang disebut gut-brain axis. Jadi, gangguan usus bisa ikut memengaruhi emosi dan mood.
Efek Kuah Mi Instan pada Lapisan Usus
Selain mikrobiota, kuah mi instan juga bisa memengaruhi lapisan mukosa usus. Kuah yang kaya garam dan zat aditif bersifat hiperosmolar, artinya dapat menarik cairan dari jaringan sekitarnya dan mengiritasi lapisan usus jika dikonsumsi berulang kali.
Efeknya bisa berupa produksi lendir usus terganggu, terjadi peradangan ringan terus-menerus hingga transit makanan dalam usus terganggu bisa terlalu cepat sehingga terjadi diare, atau terlalu lambat alias sembelit.
Ditambah lagi, minyak dalam bumbu mi bisa memicu produksi empedu lebih banyak dari biasanya, yang juga bisa mengganggu proses pencernaan.
Dr. Emeran Mayer menjelaskan bahwa makanan ultra-proses yang tinggi garam dan rendah serat seperti mi instan, adalah kombinasi buruk untuk kesehatan usus.
“Bakteri usus sangat sensitif terhadap apa yang kita makan. Diet rendah serat dan tinggi aditif bisa menghancurkan keberagaman mikroba usus secara perlahan tapi pasti.”
Padahal, bakteri baik justru berkembang subur dalam lingkungan kaya serat (prebiotik), rendah aditif, dan stabil secara pH.
Kelompok Rentan: Anak, Remaja, dan Usia Produktif
Anak-anak dan remaja adalah kelompok yang paling banyak mengonsumsi mi instan, apalagi karena murah dan praktis. Padahal, di usia ini, mikrobiota usus sedang berkembang dan perlu “bahan bakar” sehat agar bisa stabil hingga dewasa.
Jika sejak kecil usus sudah sering ‘dihajar’ dengan zat aditif dan makanan ultra-proses, maka risiko gangguan pencernaan, alergi makanan, dan penurunan imun bisa lebih tinggi.
Kabar baiknya, menurut Dr. Mayer, konsumsi sesekali tidak masalah, selama tidak menjadi pola makan rutin. Masalah muncul saat kamu mengonsumsi mi instan (plus kuahnya) beberapa kali seminggu atau bahkan setiap hari.
Agar lebih aman, coba tips berikut:
- Jangan minum semua kuahnya. Buang setengahnya atau lebih.
- Gunakan setengah bumbu. Rasanya tetap enak, garamnya berkurang.
- Rebus dua kali. Air pertama buang, lalu rebus dengan air baru.
- Tambahkan sayur segar. Sawi, wortel, jamur, dan kol bisa jadi pelengkap sehat.
- Kombinasikan dengan protein. Misalnya telur rebus atau tempe.
- Batasi konsumsi maksimal 1x seminggu.
Dengan cara ini, kamu masih bisa menikmati mi instan tanpa harus merusak sistem cerna.
Usus adalah rumah dari triliunan bakteri baik yang bertugas menjaga kesehatanmu setiap hari. Jika kamu terus-menerus mengisinya dengan makanan tinggi garam dan aditif seperti kuah mi instan, maka yang rusak bukan cuma pencernaan, tapi juga daya tahan tubuh dan bahkan kondisi mentalmu.
Makan mi instan? Boleh saja. Tapi ingat, bijak dalam memilih dan mengatur frekuensinya adalah kunci agar tubuh tetap sehat jangka panjang.
Mulai sekarang, yuk bijak! Nikmati mi instan secukupnya dan bantu usus kamu tetap seimbang dan bahagia!