10 Alasan Mengapa Jepang Jadi Impian Tempat Tinggal Banyak Orang
- Pixaby
Lifestyle – Tidak sedikit wisatawan yang usai berlibur ke Jepang justru merasa sulit untuk 'move on'. Kota-kota bersih, teratur, dan efisien seperti Tokyo, Kyoto, atau Sapporo memberikan pengalaman unik yang jarang ditemukan di negara lain. Budaya masyarakatnya yang sopan, makanan yang lezat namun tetap sehat, serta lingkungan yang aman membuat banyak orang jatuh cinta sejak kunjungan pertama. Bagi sebagian orang, rasa kagum itu berubah menjadi keinginan untuk menetap.
Namun, bukan hanya karena pengalaman wisata yang menyenangkan. Jepang menawarkan kualitas hidup tinggi yang berkelanjutan—dan faktor kesehatan memegang peranan besar di dalamnya. Negara ini dikenal sebagai salah satu negara dengan harapan hidup tertinggi di dunia, didukung oleh sistem kesehatan universal, pola makan tradisional yang sehat, serta budaya yang menghargai keseimbangan hidup.
Dalam artikel ini, kita akan membahas 10 alasan utama, terutama dari sisi kesehatan dan kesejahteraan yang membuat Jepang menjadi impian tempat tinggal banyak orang dari seluruh dunia. Artikel ini juga akan mengutip data dan pendapat para ahli internasional untuk memberikan gambaran yang lebih akurat dan ilmiah.
1. Harapan Hidup Terpanjang di Dunia
Salah satu daya tarik utama Jepang adalah harapan hidup penduduknya yang luar biasa tinggi. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Jepang dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), harapan hidup rata-rata penduduk Jepang mencapai lebih dari 84 tahun, banyak tertinggi di dunia. Ini bukan angka kebetulan b faktor yang berkontribusi terhadap pencapaian ini, seperti pola makan rendah lemak, sistem kesehatan yang andal, serta kebiasaan fisik harian seperti berjalan kaki atau menggunakan sepeda.
Ahli kesehatan seperti Dr. Michael Greger, penulis buku How Not to Die, sering merujuk pola hidup masyarakat Jepang sebagai contoh gaya hidup preventif yang efektif. Ia menyoroti bagaimana makanan berbasis tumbuhan dan aktivitas fisik ringan yang dilakukan setiap hari berkontribusi signifikan terhadap penurunan risiko penyakit jantung dan kanker.
Jepang juga memiliki komunitas seperti Okinawa, yang terkenal dengan banyaknya penduduk berusia lebih dari 100 tahun. Mereka menjalani hidup dengan prinsip ikigai (alasan untuk hidup) dan menjaga relasi sosial yang erat, yang terbukti menurunkan tingkat stres kronis, penyebab banyak penyakit degeneratif di negara-negara Barat.
2. Sistem Kesehatan Universal dan Terjangkau
Sistem asuransi kesehatan di Jepang yang dikenal sebagai Kokumin Kenkō Hoken—mengadopsi sistem universal, artinya setiap warga negara dan penduduk asing berhak atas perlindungan medis. Sistem ini memungkinkan siapa pun, termasuk pekerja asing dan penduduk tetap, mendapatkan akses ke layanan medis berkualitas tinggi dengan biaya yang sangat terjangkau.
Pasien hanya membayar sekitar 30 persen dari total biaya medis, sisanya ditanggung oleh pemerintah. Bahkan untuk penyakit kronis atau operasi besar, pembatasan biaya (ceiling) diberlakukan agar pasien tidak terbebani secara finansial. Dibandingkan dengan sistem kesehatan di banyak negara maju lain seperti Amerika Serikat, Jepang jauh lebih efisien dan inklusif.
Menurut Prof. William Hsiao dari Harvard School of Public Health, sistem kesehatan Jepang adalah contoh terbaik dari kombinasi antara keadilan sosial dan efisiensi ekonomi. Tidak heran jika Jepang selalu menempati posisi tinggi dalam berbagai indeks kesehatan global.
3. Fokus pada Pencegahan dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin
Kesehatan di Jepang bukan hanya soal pengobatan, tapi juga soal pencegahan. Pemerintah Jepang mewajibkan pemeriksaan kesehatan tahunan (kenkō shindan) untuk semua pekerja dan bahkan pelajar. Pemeriksaan ini mencakup pemeriksaan darah, tekanan darah, fungsi hati, kadar gula, dan lainnya. Tujuannya adalah mendeteksi masalah sejak dini dan mencegah kondisi menjadi kronis.
Program nasional seperti Health Japan 21 juga aktif mempromosikan gaya hidup sehat di seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari promosi diet seimbang, kampanye berhenti merokok, hingga dorongan untuk berolahraga ringan setiap hari, Jepang menekankan pentingnya tanggung jawab individu terhadap kesehatannya.
4. Pola Makan Sehat dan Budaya Makan yang Bijak
Diet Jepang adalah salah satu kunci utama di balik kesehatan masyarakatnya. Makanan sehari-hari didominasi oleh ikan, sayuran segar, kedelai (tofu dan natto), beras, serta makanan fermentasi yang baik untuk pencernaan. Jepang juga dikenal dengan porsi makan kecil dan kebiasaan makan perlahan, yang membantu sistem metabolisme tetap optimal.
Salah satu filosofi makan paling terkenal di Jepang adalah Hara Hachi Bu, sebuah prinsip yang mendorong orang untuk makan hanya sampai 80 persen kenyang. Kebiasaan ini tidak hanya mencegah kelebihan kalori, tetapi juga memperpanjang usia sel tubuh karena menurunkan stres metabolik.
Sebuah studi dari National Institute on Aging di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pembatasan kalori seperti yang dilakukan di Jepang dapat memperlambat penuaan dan menurunkan risiko penyakit degeneratif. Tidak mengherankan jika penduduk Jepang jarang mengalami obesitas dan memiliki angka penyakit jantung yang sangat rendah dibandingkan negara-negara Barat.
5. Kualitas Udara yang Bersih dan Lingkungan yang Sehat
Jepang dikenal dengan udara bersih dan kualitas lingkungan yang tinggi, terutama di luar kawasan industri besar. Hal ini bukan semata karena faktor geografis, tetapi hasil dari kebijakan lingkungan yang sangat ketat dan kesadaran kolektif masyarakat terhadap kebersihan.
Pemerintah Jepang telah menetapkan peraturan pengendalian emisi sejak awal 1990-an, seperti Air Pollution Control Law dan kebijakan emisi kendaraan. Bahkan di kota metropolitan seperti Tokyo dan Osaka, kualitas udara relatif jauh lebih baik dibandingkan banyak kota besar lain di dunia. Ini berdampak langsung pada rendahnya tingkat penyakit pernapasan, terutama pada anak-anak dan lansia.
Studi yang dipublikasikan dalam Environmental Health Perspectives menunjukkan bahwa paparan udara bersih dalam jangka panjang berkontribusi pada peningkatan kapasitas paru-paru, menurunkan risiko stroke, dan memperbaiki kualitas tidur. Tak hanya itu, Jepang juga memiliki banyak taman kota, ruang hijau, dan hutan yang mudah diakses publik. Konsep *shinrin-yoku* atau forest bathing—yang didukung oleh berbagai studi dari Universitas Chiba—menyatakan bahwa berjalan di hutan secara rutin dapat menurunkan tekanan darah, stres, dan hormon kortisol.
6. Dukungan Kesehatan Mental dan Kebijakan Sosial
Dalam beberapa dekade terakhir, Jepang mulai membuka ruang lebih besar untuk kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Pemerintah dan komunitas lokal mengembangkan berbagai layanan dukungan psikologis, termasuk hotline, layanan konseling di tempat kerja, dan pusat kesehatan masyarakat.
Meskipun stigma masih ada, kesadaran perlahan tumbuh berkat pendidikan dan kampanye publik. Di beberapa kota, bahkan pemerintah lokal memfasilitasi kegiatan seperti tertawa bersama, yoga komunitas, hingga terapi seni bagi lansia dan penyintas depresi. Di tahun 2023, pemerintah Jepang sempat mengajukan kebijakan mendorong warga untuk tertawa minimal sekali sehari, sebagai bagian dari program pencegahan stres nasional.
Menurut profesor psikiatri dari Harvard dan direktur studi jangka panjang tentang kebahagiaan, Dr Robert Waldinger hubungan sosial yang kuat dan rasa aman secara emosional sangat penting bagi kesehatan jangka panjang. Jepang memenuhi aspek ini dengan budaya omotenashi (hospitalitas) dan sistem sosial yang menjaga solidaritas antar warga. Selain itu, banyak warga lanjut usia yang tetap aktif secara sosial melalui klub komunitas, kegiatan relawan, dan kerja paruh waktu. Aktivitas ini berperan besar dalam menjaga kesehatan mental mereka.
7. Infrastruktur Kesehatan yang Merata
Salah satu keunggulan sistem kesehatan Jepang adalah pemerataan fasilitas medis di seluruh wilayah, termasuk daerah rural. Rumah sakit dan klinik tersebar merata, sehingga masyarakat di pedesaan pun memiliki akses terhadap layanan medis berkualitas tanpa harus menempuh perjalanan jauh.
Pemerintah Jepang mengalokasikan anggaran khusus untuk menjamin bahwa dokter, perawat, dan obat-obatan tersedia hingga ke pelosok. Kebijakan seperti one doctor per tow diimplementasikan untuk menjaga keseimbangan distribusi tenaga medis. Sistem rujukan juga dirancang efisien, dengan catatan medis digital dan sistem antrean terintegrasi.
Dampaknya bisa dilihat pada kesenjangan yang sangat kecil antara angka harapan hidup di kota besar dan daerah terpencil. Ini bertolak belakang dengan banyak negara lain yang mengalami ketimpangan layanan kesehatan yang ekstrem antara kota dan desa.
8. Komunitas yang Peduli dan Dukungan Sosial Kuat
Jepang memiliki budaya sosial yang erat dan penuh rasa tanggung jawab terhadap komunitas. Salah satu contohnya adalah konsep "mura", atau kehidupan desa yang mendorong gotong royong, saling menjaga antar tetangga, dan keharmonisan sosial. Bahkan di kota besar, semangat ini masih hidup melalui asosiasi warga, kegiatan sukarela, hingga klub hobi.
Kehidupan sosial yang kuat terbukti memiliki pengaruh langsung terhadap kesehatan mental dan fisik. Studi dari Harvard School of Public Health menunjukkan bahwa keterlibatan sosial rutin mengurangi risiko demensia hingga 40 persen serta memperpanjang umur secara signifikan.
Bagi lansia, dukungan sosial sangat vital. Jepang memiliki program unik bernama Fureai Kippu, di mana orang muda membantu lansia sebagai bentuk ‘tabungan waktu’, yang nanti bisa digunakan saat mereka sendiri sudah tua. Konsep ini mempererat hubungan antar generasi sekaligus menciptakan rasa aman dan solidaritas.
Bagi warga asing yang tinggal di Jepang, komunitas internasional dan lokal juga terbuka dan saling mendukung. Ini membuat transisi kehidupan menjadi lebih nyaman dan memperkuat keinginan untuk tinggal jangka panjang.
9. Teknologi Medis dan Inovasi dalam Perawatan
Jepang adalah pemimpin global dalam bidang teknologi medis. Rumah sakit dan pusat riset di negara ini terus melakukan inovasi dalam bidang robotika, diagnostik dini, dan perawatan kanker. Salah satu contoh paling terkenal adalah robot asisten lansia seperti PARO, robot terapi berbentuk anjing laut yang digunakan dalam perawatan demensia.
Negara ini juga unggul dalam pemanfaatan AI dan data besar (big data) dalam menganalisis kondisi kesehatan pasien secara real time. Sistem ini memungkinkan deteksi dini penyakit kronis dan penanganan yang jauh lebih cepat dan efisien. Penelitian dari Keio University dan Tokyo Medical University menunjukkan bahwa pasien yang dirawat dengan bantuan teknologi seperti wearable devices mengalami peningkatan kualitas hidup dan kepatuhan pengobatan yang lebih tinggi.
Dengan pendekatan teknologi ini, Jepang mampu mempertahankan biaya kesehatan tetap rendah sambil menjaga kualitas pengobatan yang sangat tinggi. Hal ini sangat menarik bagi penduduk asing yang ingin tinggal di negara dengan layanan kesehatan masa depan yang canggih dan manusiawi.
10. Lingkungan Hidup yang Bersih dan Aman
Jepang dikenal dunia sebagai negara dengan tingkat kebersihan luar biasa. Jalanan hampir selalu bebas sampah, bahkan di kota besar. Masyarakat terbiasa membawa sampah sendiri dan memilah limbah sesuai kategori: organik, plastik, kaleng, botol, dan lainnya. Selain kebersihan, keamanan publik di Jepang juga patut diacungi jempol. Tingkat kriminalitas sangat rendah, dan anak-anak sekolah dasar bisa berjalan kaki sendiri ke sekolah dengan aman. Hal ini memberikan rasa nyaman yang mendalam bagi siapa pun yang tinggal, khususnya keluarga dengan anak-anak.
Lingkungan yang bersih dan aman bukan hanya menenangkan secara psikologis, tapi juga berdampak langsung pada kesehatan fisik dan mental. Menurut WHO, lingkungan yang sehat berperan penting dalam menurunkan risiko penyakit infeksi, pernapasan, dan gangguan kesehatan jiwa. Selain itu, Jepang juga menghadirkan akses mudah ke alam mulai dari taman kota, gunung, hingga pemandian air panas (onsen). Semua ini memberi ruang bagi warga untuk merawat diri secara alami dan holistik.