Seberapa Sulit Medan Gunung Rinjani? Pendaki Harus Tahu 10 Hal Ini

Pendakian Gunung Rinjani
Sumber :
  • Pixabay

LifestyleGunung Rinjani, yang menjulang di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, adalah destinasi impian bagi para pendaki yang mencari petualangan alam sekaligus pengalaman spiritual. Dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, gunung berapi aktif ini menawarkan panorama menakjubkan, seperti Danau Segara Anak dan sunrise dari puncaknya. 

Pantang Panggil Nama Pendaki di Gunung Rinjani, Apa yang Terjadi Kalau Dilanggar?

Namun, medan Rinjani terkenal menantang, bahkan bagi pendaki berpengalaman. Dari jalur berpasir hingga tanjakan curam, pendakian ini menguji fisik, mental, dan kesiapan logistik. Untuk membantu pendaki memahami tantangan ini, artikel wisata ini merangkum 10 hal penting yang perlu diketahui tentang medan Gunung Rinjani berdasarkan informasi terkini per Juni 2025.

1. Jalur Sembalun: Tanjakan Panjang dan Terik

Jalur Sembalun adalah rute populer untuk mencapai puncak Rinjani. Jalur ini dimulai dari Desa Sembalun Lawang pada ketinggian 1.156 meter. Meski awalnya landai dengan padang savana, pendaki akan menghadapi tanjakan panjang menuju Pelawangan Sembalun (2.639 meter). Jalur ini terbuka dan panas di siang hari, sehingga risiko dehidrasi tinggi. Pendaki disarankan membawa air minimal 2 liter per orang untuk hari pertama.

2. Letter E: Tanjakan Ekstrem di Jalur Senaru

10 Hotel dengan Teknologi Canggih, Berasa Nginap di Masa Depan

Jalur Senaru, yang dimulai dari Desa Senaru, terkenal dengan tanjakan "Letter E" yang curam dan berbatu. Bagian ini sering disebut sebagai salah satu medan tersulit karena kemiringan hingga 45 derajat dan permukaan licin saat hujan. Pendaki membutuhkan sepatu trekking dengan cengkraman kuat dan trekking pole untuk menjaga keseimbangan. Jalur ini lebih cocok bagi mereka yang ingin ke Danau Segara Anak tanpa ke puncak.

3. Medan Berpasir Menuju Puncak

Tanjakan terakhir menuju puncak Rinjani dari Pelawangan Sembalun dikenal sebagai "jalur pasir" karena permukaannya yang berpasir dan berkerikil. Setiap dua langkah maju, pendaki sering melorot satu langkah ke belakang, membuatnya sangat melelahkan. Bagian ini membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam untuk mendaki 1.000 meter vertikal. Pendakian biasanya dilakukan dini hari untuk mengejar sunrise, sehingga suhu dingin dan angin kencang menjadi tantangan tambahan.

4. Cuaca yang Berubah Cepat

10 Hotel dengan Konsep Ekstrem, Nginap di Sini Butuh Adrenalin!

Cuaca di Rinjani sangat tidak terduga. Di musim kemarau (April-Oktober), suhu bisa mencapai 30°C di siang hari namun turun hingga 5°C di malam hari. Di musim hujan (November-Maret), jalur menjadi licin dan berisiko longsor, sehingga Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTGR) sering menutup jalur. Pendaki harus membawa jaket tahan air dan pakaian hangat untuk mengantisipasi perubahan cuaca.

5. Keterbatasan Sumber Air

Sumber air di Rinjani terbatas, terutama di jalur Sembalun. Air hanya tersedia di pos tertentu, seperti Pos 2 atau di dekat Danau Segara Anak. Pendaki harus merencanakan kebutuhan air dengan cermat, terutama karena membawa air berlebih menambah beban. Porter biasanya membantu membawa air, tetapi pendaki tetap perlu membawa botol cadangan.

6. Medan Berbatu di Sekitar Danau Segara Anak

Turun dari Pelawangan Senaru ke Danau Segara Anak melibatkan jalur berbatu yang curam dan licin. Jarak 3,5 km ini bisa memakan waktu 2-3 jam karena pendaki harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Di tepi danau, medan berlumpur sering menyulitkan pergerakan, terutama setelah hujan. Sepatu tahan air sangat disarankan di area ini.

7. Stamina dan Persiapan Fisik

Pendakian Rinjani membutuhkan stamina yang prima. Rata-rata pendakian memakan waktu 2-3 hari, dengan jarak tempuh hingga 20 km pulang-pergi. BTGR merekomendasikan latihan kardio dan kekuatan kaki minimal dua bulan sebelumnya. Pendaki dengan riwayat asma atau jantungan harus berkonsultasi dengan dokter karena ketinggian dapat memengaruhi kesehatan.

8. Pantangan Budaya yang Harus Dihormati

Medan Rinjani tidak hanya menantang secara fisik, tetapi juga membutuhkan sensitivitas budaya. Masyarakat Sasak menganggap Rinjani sebagai tempat suci. Pantangan seperti memanggil nama seseorang di malam hari harus dihindari karena dipercaya dapat menarik perhatian makhluk gaib. Gunakan nama panggilan atau isyarat non-verbal untuk komunikasi.

9. Logistik dan Peran Pemandu

Pendaki wajib didampingi pemandu resmi yang terdaftar di BTGR. Pemandu tidak hanya membantu navigasi, tetapi juga memastikan kepatuhan terhadap aturan adat dan keselamatan. Porter juga penting untuk membawa peralatan dan logistik, terutama karena medan yang berat membuat sulit membawa beban berlebih. Pastikan memesan pemandu melalui operator resmi di Senaru atau Sembalun.

10. Aturan Taman Nasional

BTGR memberlakukan aturan ketat untuk melindungi ekosistem Rinjani. Pendaki harus mendaftar melalui sistem e-Rinjani, tidak membuang sampah, dan menghindari aktivitas yang merusak, seperti memancing di Danau Segara Anak atau mengambil batu suvenir. Pelanggaran, seperti yang terjadi pada 52 pendaki pada Mei 2025 karena membuang sampah, dapat mengakibatkan denda atau larangan mendaki.