Larangan Lip-Syncing di Turkmenistan, Ternyata Ini Tujuannya

Ilustrasi menyanyi
Sumber :
  • Pixabay

LifestyleTurkmenistan, negara Asia Tengah yang kaya akan budaya tradisional dan kebijakan unik, kembali menjadi sorotan dunia dengan larangan lip-syncing di acara-acara budaya dan hiburan yang diberlakukan pada awal 2025. Kebijakan ini, yang diumumkan oleh Kementerian Kebudayaan Turkmenistan, bertujuan untuk mempromosikan autentisitas seni pertunjukan dan melindungi warisan budaya negara.

Negara Serba Putih, Mobil Warna Hitam Harus Dicat Ulang!

Di tengah lanskap gurun yang megah dan arsitektur marmer putih di ibu kota Ashgabat, aturan ini mencerminkan upaya pemerintah untuk mempertahankan identitas nasional yang kuat. Artikel ini akan mengulas latar belakang larangan lip-syncing, tujuannya, dampaknya terhadap industri seni, serta implikasinya bagi wisatawan yang ingin menikmati pengalaman budaya di Turkmenistan.

Latar Belakang Larangan Lip-Syncing

Larangan lip-syncing di Turkmenistan bukanlah kebijakan pertama yang menarik perhatian internasional. Negara ini dikenal dengan peraturan ketat yang mengatur kehidupan sehari-hari, mulai dari estetika kota hingga perilaku publik. Menurut laporan Radio Free Europe/Radio Liberty pada Februari 2025, larangan ini diperkenalkan sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk "menjaga kemurnian seni tradisional Turkmenistan." Pemerintah menyatakan bahwa lip-syncing, yaitu praktik menyanyi dengan suara rekaman alih-alih live, dianggap merendahkan nilai seni dan menipu penonton.

Survei: Gen Z Ternyata Lebih Suka ke Cafe daripada Perpustakaan

Kebijakan ini berlaku untuk semua acara budaya resmi, termasuk konser, pertunjukan tari tradisional, dan festival nasional seperti Hari Karpet Turkmenistan atau Hari Kemerdekaan. Pelaku seni yang kedapatan melanggar aturan ini dapat menghadapi denda hingga 2.000 manat (sekitar Rp8 juta) atau larangan tampil di acara resmi. Langkah ini juga mencakup pengawasan ketat oleh komite budaya setempat untuk memastikan kepatuhan.

Tujuan Kebijakan

Pemerintah Turkmenistan menegaskan bahwa larangan lip-syncing bertujuan untuk mempromosikan kejujuran dan kualitas dalam seni pertunjukan. Dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh Turkmen.news pada Januari 2025, Menteri Kebudayaan menyatakan bahwa seni harus mencerminkan "jiwa sejati bangsa Turkmen" dan tidak boleh dikompromikan oleh praktik yang dianggap tidak autentik. Warisan budaya Turkmenistan, yang meliputi musik tradisional seperti dutar dan tarian epik seperti Kushtdepdi, dianggap sebagai pilar identitas nasional yang harus dilindungi.

Halaman Selanjutnya
img_title
7 Destinasi Ikonik di Australia Barat yang Harus Masuk Daftar Tujuan Wisata